Pengajian warga MTA Khususi di hari Jumat Ustadz Muda

127 atau dalil dari Al Quran dan Hadits atau panduan dari pengurus MTA Pusat, dalam hal ini ketua umumnya Ahmad Sukina. Pengajian rutin ini biasanya selesai menjelang magrib. Saat pengajian cabang di kantor MTA berlangsung, di tempat lain ibu-ibu Bangkerep juga mengadakan pengajian. Berbeda dengan kegiatan MTA yang dipusatkan di kantor, pengajian ibu-ibu Bangkerep dilaksanakan bergantian di masing-masing rumah. Selain itu, jika pengajian cabang di kantor MTA tidak menggunakan pelantang suara yang mengarah ke luar, maka pengajian ibu-ibu menggunakan pelantang suara yang bisa didengar dari seluruh penjuru dusun. Pengajian ini bukan berupa ceramah atau mengkaji materi tertentu, melainkan secara khusus membaca yasin dan tahlil. Sementara ceramah pengetahuan agama dilakukan sebulan sekali oleh kiai yang didatangkan dari kecamatan.

d. Pengajian warga MTA Khususi di hari Jumat

Di Dusun Bangkerep tercatat sekitar 30 KK atau hampir 90 warga bergabung dengan MTA. Namun dari sekian jumlah tersebut, tercatat hanya 13 orang yang merupakan anggota Khususi, atau anggota khusus yang memiliki kualifikasi di bidang pengetahuan keagamaan yang lebih serta diukur dari berapa lama seorang anggota bergabung dibanding anggota lainnya. Warga anggota MTA yang sudah termasuk dalam kategori Khususi selain mengikuti pengajian cabang juga mengikuti pengajian Khususi yang diselenggarakan 128 setiap hari Jumat di kantor pusat MTA di Surakarta. Tepat seusai Sholat Jumat, Suradi dan anggota MTA lainnya secara berombongan berangkat ke Surakarta menggunakan mobil milik Sunardi yang juga anggota MTA. Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang empat jam, mereka tiba di kantor pusat MTA dan segera bergabung dengan warga Khususi MTA lainnya di seluruh Indonesia. Acara ini berlangsung sampai menjelang Shalat Maghrib, dan dilanjutkan dengan pertemuan informal antar anggota. Menjelang dini hari, Suradi dan rombongan biasanya baru sampai di dusun mereka kembali.

e. Ustadz Muda

Setiap hari Senin, Suradi bersama dengan Suwanto pergi ke Surakarta menggunakan sepeda motor. Mereka mengikuti pengajian yang diselenggarakan khusus untuk membina ustadz-ustadz yang mengisi pengajian di wilayahnya masing- masing. Selaku pengurus MTA Perwakilan Blora, Suradi dan Suwanto adalah dua warga yang sudah mendapatkan semacam lisensi dari MTA Pusat untuk mengisi pengajian di masing-masing cabang di Blora. Tidak heran jika jadual keduanya sangat padat. Di hari Rabu misalnya, Suradi mengisi pengajian di MTA Cepu dan MTA Kedungtuban yang berjarak puluhan kilometer dari Bangkerep. Sementara hari Kamis, Suwanto berceramah di Japah dan Todanan. Belum lagi pengajian binaan, atau tahap persiapan sebelum menjadi cabang. 129 Dengan model organisasi yang hirarkis, Suradi dan Suwanto sebagai ustadz menjadi fenomena yang sangat menarik. Hal ini karena usia keduanya yang masih sangat muda, sementara warga MTA yang mengikuti pengajian banyak yang berusia lebih tua dari mereka. Bahkan banyak warga MTA di Blora yang berasal dari kalangan pejabat maupun birokrat baik di kantor kecamatan maupun kabupaten. Apalagi Suradi secara formal hanya berpendidikan SMP, meski kemudian melanjutkan ke Kejar Paket C dan saat ini sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Blora. sementara Suwanto juga lulusan SMP, dan sehari-harinya berprofesi sebagai petani. Selama pengajian, keduanya dipanggil dengan sebutan Ustadz.

f. Pengajian Ahad pagi