Jihad Harta dan Jihad Diri

79 warga MTA sering mendapat kecaman dari masyarakat lainnya. Namun bagi warga MTA, hal itu tidak menyurutkan mereka terhadap apa yang mereka yakini, dan menganggap hal tersebut sebagai konsekuensi yang harus ditanggung demi menjadi seorang muslim yang utuh kaffah, yakni muslim yang menjalankan agamanya berdasar sumber asli, yaitu Al Quran dan Hadits.

5. Jihad Harta dan Jihad Diri

Salah satu konsep paling utama dari MTA adalah mengenai Jihad. Dalam pandangan MTA, agar dakwah Islam Islam bisa terus berkembang harus dilakukan dengan dua macam jihad, yaitu jihad dengan jiwa dan jihad dengan harta. Jihad dengan harta ini menjadi ciri khas MTA yang berbeda dengan organisasi keagamaan Islam lainnya, yakni berkaitan dengan konsep Zakat dan Infaq. Dalam pemahaman yang dianut sebagian besar umat Islam di Indonesia, mengeluarkan zakat harta sebesar 2,5 persen harta merupakan kewajiban jika telah memenuhi jumlah harta tertentu dalam satu tahun nishob. Namun di MTA zakat harus dikeluarkan oleh seluruh anggotanya setiap kali mendapat penghasilan, baik harian maupun bulanan. Dana yang terkumpul baik di pusat, perwakilan atau cabang dikelola sendiri dan digunakan sebagai dana untuk membiayai infrastruktur dan operasional untuk kegiatan-kegiatan MTA yang dimaknai sebagai perjuangan untuk menegakkan agama Allah, atau jihad fi sabilillah. Dengan cara seperti ini tidak heran jika MTA memiliki infrastruktur yang lengkap dan modern, seperti gedung megah, sekolah-sekolah, radio 80 dan televisi serta untuk membiayai berbagai kegiatan lainnya yang memerlukan dana cukup besar. Selain zakat wajib, kegiatan operasional MTA juga didukung dari sumbangan atau infaq. Sama seperti zakat yang ditekankan sebagai bagian dari perjuangan menegakkan Islam, infaq atau sumbangan sukarela di MTA menjadi kata kunci yang selalu di sampaikan kepada warga anggota MTA sebagai bagian tak terpisahkan dalam menegakkan dakwah Islam. Sementara konsep Jihad jiwa adalah bersungguh-sungguh mengerahkan seluruh hidupnya untuk berdakwah. Dalam prakteknya, seluruh anggota MTA dituntut untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan di cabang, perwakilan atau pusat baik yang sifatnya rutin seperti pengajian Ahad Pagi atau kegiatan insidental seperti peresmian-peresmian cabang MTA di seluruh Indonesia termasuk kegiatan Nafar selama bulan Ramadhan dimana anggota MTA dari satu cabang dikirim ke tempat lain baik di lokal atau ke seluruh wilayah Indonesia selama satu bulan penuh untuk belajar agama sekaligus membangun jejaring dengan anggota lainnya.

D. Kesimpulan