Puritanisme dan Kebangkitan Islam Global

39

B. MTA dan Dinamika Islam di Tingkat Lokal, Nasional dan Internasional

1. Puritanisme dan Kebangkitan Islam Global

Munculnya berbagai gerakan yang mengusung ide pemurnian Islam dan penerapan Islam dalam berbagai aspek kehidupan menandai fenomena kebangkitan Islam dalam skala global. Fenomena tersebut berlangsung melalui beberapa tahapan dengan berbagai karakteristik gerakan yang berbeda-beda. Pada abad 18 muncul sebuah gerakan keagamaan di Arab Saudi yang sangat gencar dalam memerangi tradisi-tradisi masyarakat Arab yang mereka anggap bid‟ah menyimpang seperti takhayul dan praktek pemujaan sufi serta berbagai perilaku umat Islam yang tidak mencerminkan nilai Islami. 52 Gerakan tersebu disebut Wahhabi karena mengambil inspirasi dari pemikiran teologis pendirinya yaitu Muhammad ibn Abd al Wahhab w.1206 H1792 M. Gagasan utama teologi Wahhabi adalah bahwa umat Islam telah melakukan kesalahan dengan menyimpang dari jalan lurus dan hanya dengan kembali ke ajaran agama yang benar mereka akan mendapat ridha Allah Swt. Dengan semangat untuk memurnikan agama, ia hendak membebaskan Islam dari semua hal yang menggerogoti Islam, yaitu tasawuf, doktrin perantara tawassul, rasionalisme, syiah dan berbagai ajaran bid‟ah. 53 Dalam pandangan kaum Wahhabi, umat Islam harus kembali kepada Islam yang murni, sederhana, dan lurus murni yang hanya bisa dicapai melalui penerapan perintah Tuhan secara literal serta mengikuti perilaku Nabi 52 Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, Tr. Helmi Mustofa, Jakarta: 2006, Serambi, hal. 61-62 53 Abou El Fadl, ibid, hal. 61-62 40 secara literal, sekaligus dengan ketat melakukan berbagai ritual ibadah secara benar. 54 Hanya dengan cara demikian umat Islam akan bangkit dari kebodohan dan keterbelakangan. Pemikiran Muhammad Ibn „Abd al Wahab sendiri dikembangkan dari ajaran- ajaran Taqiyuddin Ibnu Taimiyah 1263-1328 atau Ibnu Taimiyah yang merupakan pengikut Hambalisme, mazhab paling ketat dari empat mazhab hukum dalam Islam Sunni. 55 Gagasan utama Ibn Taimiyah adalah menganjurkan umat Islam kembali berpegang pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh para generasi Salaf atau generasi yang generasi terbaik yang hidup pada masa Nabi, yaitu sahabat Nabi. Istilah Salafi inilah yang kemudian digunakan untuk menyebut kelompok atau gerakan yang berupaya untuk memurnikan ajaran Islam dan kembali kepada Al Quran dan Hadits Nabi secara kaku dan absolut. 56 Beberapa waktu kemudian muncul gerakan Salafisme, yakni sebuah gerakan yang muncul satu abad setelah Abd al Wahhab memiliki pengaruh kuat di semenanjung Arab. Gerakan ini dikembangkan oleh sarjana dari Universitas Al Azhar di Mesir seperti Jamaaludin Al Afghani 1839- 97, Muhammad „Abduh 1849-1905 dan muridnya Rashid Rida 1865-1935. 57 Al Azhar saat itu menjadi alternatif perkembangan keilmuan Islam selain Mekkah Fox, 2004:3-4. Berbeda dengan 54 Abou el Fadl, ibid, hal. 63 55 Noorhadi Hassan, Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia Pasca Orde Baru, Jakarta, 2008, Pustaka LP3ES dan KITLV, hal 33 56 Ide pembaruan Ibn Abd‟ Wahhab tersebut menginspirasi berbagai gerakan di berbagai penjuru dunia, termasuk di nusantara yang dimotori oleh kaum Paderi yang berkenalan dengan ideologi Wahhabi seusai menunaikan ibadah haji ke Mekkah. 57 Hassan, ibid, hal. 34 41 ideologi Wahabisme awal, para pemikir seperti Al Afghani, Abduh dan Ridha mengembangkan pemikiran mereka tidak semata pada pemurnian Islam dari bid‟ah dan taqlid, tetapi juga seruan kepada umat Islam ntuk membuka pintu ijtihad, mendukung kemajuan dan pemikiran modern sebagai syarat untuk meraih kejayaan Islam yang hilang. Hassan, 2008: 34. 58 Pada awal abad 20, di bawah raja Abdul Aziz bin Su‟ud, ajaran Wahabi secara resmi menjadi ajaran resmi Kerajaan Arab Saudi. 59 Ini merupakan awal mula dari penyebaran ajaran Wahabi di seluruh dunia. Abdul Aziz ibn Saud berupaya untuk menjadikan Saudi Arabia sebagai pusat dunia Islam, antara lain dengan mengorganisir Kongres Dunia Islam yang bertujuan untuk membangun solidaritas antar negara- negara Islam pada tahun 1926. 60 Pada tahun 1962, dibentuk Liga Muslim Dunia Muslim World zxLeagueAr. Rabitat al- „Alam al-Islami yang kemudian menjadi lembaga yang menyebarkan faham ini di dunia Islam. 61 Penyebaran ideologi Wahhabi yang didukung penuh oleh rezim Saudi Arabia mengalami puncak keberhasilannya terutama di Timur Tengah akibat kekalahan 58 Di Indonesia, gagasan mereka mengilhami berdirinya berbagai organisasi Islam modern yang bertujuan untuk mengajak umat Islam kembali pada kemurnian ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits, antara lain Muhammadiyah pada tahun 1912 dan Persatuan Islam PERSIS pada tahun 1923. Penerimaan kedua organisasi tersebut terhadap modernisme bisa dilihat dari metode dakwah mereka melalui pendirian sekolah, rumah sakit dan lembaga pendidikan modern lainnya. 59 Jajang Jahroni. Gerakan Salafi di Indonesia: dari Muhammadiyah sampai Laskar Jihad, Mimbar, Vol. 23, No. 4, 2006, hal. 359-360 60 Hassan, ibid, hal 41 61 Noorhaidi Hasan, Between Transnational Interest and Domestic Politics: Understanding Middle Eastern Fatwas on Jihad in the Moluccas , Noorhaidi HasanMoch Nur Ichwan, ed. “Moving with the Times: the Dynamics of Contemporary Islam in a Changing Indonesia, Yogyakarta: CISForm UIN Sunan Kalijaga, 2007, hal. 43 42 negara-negara Arab dari Israel dalam perang Arab-Israel pada tahun 1967. 62 Penyebaran Wahhabi juga semakin menemukan momentumnya ketika ketika terjadi booming harga minyak yang membuat Arab Saudi menjadi negara kaya. 63 Dengan dana melimpah, Wahabi berusaha untuk menyebarkan ideologi mereka ke dunia Islam –termasuk Indonesia- dengan memberi beasiswa, membangun masjid, institusi pendidikan dan menerbitkan buku. Pada perkembangan berikutnya, yakni rentang waktu 1970 sampai 1980, dunia kembali menyaksikan fenomena kebangkitan Islam dengan bentuk yang sedikit berbeda. Jika kebangkitan Islam abad ke-18 yang dimotori oleh kaum Wahhabi cenderung menekankan aspek syariat, maka pada kurun waktu tersebut kebangkitan Islam diwarnai oleh munculnya gerakan yang berupaya mewujudkan syariat Islam sebagai sebuah ideologi politik Pipes, 2002:124. Gerakan ini diwakili oleh Hasan Al Banna 1906-1948 dan Sayyid Qutb 1906-1966 yang mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir atau Abu A‟la Al Mawdudi 1903-1978 yang mendirikan Jamaat-i Islami di Pakistan. Prinsip utama gerakan Islam politik tersebut adalah kejayaan Islam akan dicapai jika setiap orang kembali pada ajaran Quran dan Sunah, mengupayakan syariat Islam, menghindari segala macam praktek keagamaan yang menyimpang, pembaruan komitmen dalam pemahaman dan perilaku individu sebagai basis solidaritas bersama, mengupayakan keadilan sosial, kepedulian terhadap orang miskin, seruan terhadap kaum perempuan kembali ke peran domestik, perjuangan 62 Hassan, ibid, hal. 42 63 Hassan, ibid, hal 42 43 untuk mengganti pemerintahan yang korup dan menciptakan negara Islam sebagai penjaga dan pengontrol moralitas Islami dalam masyarakat Islam. Lapidus, 1997; 445. Gagasan mereka menjadi populer, terutama slogan “Islam sebagai solusi” merujuk pada kemunduran umat Islam yang ditandai dengan kekalahan negara Arab dalam perang Arab-Israel pada tahun 1967. 64 Kekalahan yang menimpa negara-negara Arab yang dipimpin oleh rezim nasionalis membuat kalangan Islamis bangkit dan mengupayakan Islam sebagai ideologi alternatif yang mampu mengembalikan kejayaan Islam dari puing kehancuran. Kebangkitan Islam semakin menemukan momentumnya ketika terjadi beberapa peristiwa penting di beberapa negara. Pada tahun 1973 negara-negara Arab berhasil membalas kekekalahannya dengan memenangkan perang Ramadhan perang Yom Kippur versi Israel, yang diikuti dengan embargo minyak Raja Saudi Arabia Faishal terhadap Israel dan Amerika. Kemudian pada tahun 1977 Jenderal Zia ul-Haq melakukan kudeta di Pakistan dan mencanangkan program Islamisasi, sementara di Afghanistan pada tahun 1979 kelompok Islam bangkit melawan invasi Uni Soviet, hingga berkuasanya Khomeini lewat Revolusi Iran pada tahun 1979. 65 Revolusi 1979 yang membawa Ayatollah Khomeini membuat rezim Saudi Arabia yang berideologi Wahhabi khawatir kalau revolusi tersebut justru akan meruntuhkan kekuasaannya 64 Hassan, ibid hal 42-43 65 Akbar S. Ahmed, Postmodernisme and Islam: Predicament and Promise, Taylor Francis e- Library, 2003, hal 33-35. 44 sendiri sehingga membuat mereka semakin intensif dalam menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia. 66 Selain di kancah konflik, geliat ini juga terjadi di lapangan intelektual mulai dari Konferensi dunia tentang pendidikan muslim di Makkah 1977, gagasan tentang pendidikan Islam oleh Ali Ashraf 1979, ekonomi Islam oleh Khursid Ahmad 1981, Islamisasi ilmu pengetahuan Islamization of knowledge oleh Ismail Al-Faruqi 1982, dan lain-lain. 67 Meningkatnya aktifitas keislaman juga terjadi di beberapa tempat yang jauh dari Timur Tengah sebagai pusat Islam, termasuk Indonesia. Kebangkitan pada rentang waktu 1970 dan 1980 juga bisa dilihat dari meningkatnya perilaku keagamaan dengan cara hadir di masjid, menjalankan sholat dan puasa, penyebaran dakwah melalui publikasi, kegemaran memakai busana dan nilai-nilai Islami, revitalisasi sufisme dan pernyataan kembali Islam dalam kehidupan publik yang antara lain ditunjukkan dengan adanya peningkatan orientasi keislaman di pemerintah maupun organisasi, hukum, perbankan, layanan kesejahteraan sosial, maupun institusi pendidikan. Esposito, 1999: 10. Dalam konteks yang lebih luas, gejala kebangkitan Islam pada periode tersebut adalah upaya membangun kembali nilai-nilai, praktek, institusi dan hukum Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam sekaligus upaya menciptakan kembali etos dan tatanan sosial yang Islami berdasarkan tatanan Al Quran dan Sunah Chandra Muzaffar, 1987:2. 66 Hassan, ibid, hal. 43-44 67 Akbar S. Ahmed, ibid 45 Penting untuk dicatat bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi memainkan peran penting bagi persebaran gagasan dan wacana keislaman sehingga meluas ke banyak tempat. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mengubah pola konsumsi di dunia Islam seperti yang digambarkan John Anderson di mana informasi keagamaan yang semula disampaikan lewat khotbah di mimbar ke bentuk media cetak seperti buku atau bentuk elektronik seperti kaset dan radio dan terakhir internet sehingga bisa menjangkau audiens dengan lebih luas. Teknologi media cetak memungkinkan tokoh-tokoh Islam seperti Rashid Ridha dan Maulana Maududi menyebarkan gagasannya dalam bentuk buku. Begitu juga kemunculan media elektronik membuat wacana keislaman bisa diakses dalam kaset audio dan radio seperti pidato revolusi Ayatullah Khumaini yang bisa didengarkan di setiap tempat. Kemunculan media elektronik telah mengubah kebiasaan dan interaksi dalam mengakses masalah keagamaan dari otoritas keagamaan seperti ulama dari semula bersifat personal menjadi suatu bentuk publikasi. 68 Hal tersebut membuat informasi keagamaan tidak lagi didapat dari otoritas keagamaan dan bisa diakses oleh siapapun tanpa mempertimbangkan jarak. 68 John W Anderson, New Media, New Publics: Reconfiguring the Public Sphere of Islam, Journal Social Research, Vol 70, No 3, Fall 2003 46

2. Orde Baru dan Kebangkitan Islam di Indonesia