82
BAB III DINAMIKA BANGKEREP : ANTARA TRADISI, MODERNITAS DAN
PURITANISME
A. Pengantar
Ayo Podho Solat Kanggo sangu neng akherat
Pitulas rekaat rino wengi ojo telat Yen jejek solate bakal ngadek agamane
Yen ninggal solate bakal rubuh agamane
Senja itu, alunan irama menggunakan pelantang suara memecah keheningan di sebuah dusun kecil di Blora, Jawa Tengah. Sholawatan
140
yang mengalun merdu dengan nada menyerupai lagu Jawa populer caping gunung
141
tersebut berasal dari sebuah masjid kecil berdinding semi permanen yang terletak tepat di tengah dusun.
Hampir bersamaan, suara adzan terdengar lantang dari sebuah masjid megah yang hanya terletak sekitar lima belas meter sebelah barat masjid sebelumnya. Berbeda
dengan sholawatan bercengkok lagu Jawa, adzan dari masjid dengan dinding keramik tersebut berkumandang tanpa irama.
140
Sholawatan adalah puji-pujian yang dibaca oleh umat Islam kebanyakan di Jawa. Lazimnya dibaca antara waktu sesudah panggilan adzan dan sebelum iqomat atau pelaksanaan sholat.
141
Lagu Caping Gunung adalah lagu yang populer di masyarakat Jawa yang diciptakan oleh Gesang dan dipopulerkan Waljinah. Dalam versi aslinya, lirik lagu tersebut berbunyi: Dhek jaman
berjuangNjuk kelingan anak lanangBiyen tak openiNing saiki ana ngendiJarene wis menangKeturutan sing digadangBiyen ninggal janjiNing saiki apa laliNing gunungTak jadongi
sega jagungYen mendungTak silihi caping gunungSukur bisa nyawangGunung desa dadi rejaDene ora ilangGone padha lara lapa
83
Segera saja jalanan dusun yang mulai gelap dipenuhi oleh orang-orang yang hendak menunaikan sholat Maghrib. Laki-laki, perempuan, anak-anak berjalan
beriringan sambil berbicara hangat satu sama lain menuju masjid kecil dengan dinding batu dan kayu. Namun, beberapa orang laki-laki terlihat bergegas terburu-
buru menuju masjid yang lebih besar, sebagian dari mereka berjalan tanpa sepatah katapun.
Lazimnya dalam satu desa hanya terdapat satu masjid dan beberapa mushola. Tetapi di Bangkerep, dusun kecil yang hanya dihuni oleh sekitar 151 kepala keluarga,
dua masjid yang berdekatan merupakan simbol identitas masing-masing. Masjid Baitun Nahdliyin dengan bangunan kecil semi permanen dengan alunan sholawatan
bercengkok Jawa tadi digunakan oleh sebagian besar warga Bangkerep untuk beribadah dan menjadi simbol keharmonisan Islam dengan tradisi lokal. Sementara
Masjid Al Furqon dengan bangunan permanen, berlantai keramik dengan arsitektur modern tadi adalah masjid yang dibangun oleh warga Bangkerep yang bergabung
dalam organisasi Majelis Tafsir Al Quran MTA setempat yang menjadi salah satu dari pengukuhan kembali identitas baru sebagai muslim yang murni dan utuh kaffah.
B. Agama, Tradisi dan Modernitas di Bangkerep