Doktrin Kemurnian Kesadaran akan Resiko, Pencarian Stabilitas dan Keamanan Ontologis

159 masa lalu. Dengan demikian menjadi MTA bukan sekedar meninggalkan kebiasaan di masa lalu karena tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya, tetapi juga menyadari akan adanya resiko yang akan terjadi di masa depan yang hanya bisa dihadapi melalui hukum Islam. Selain itu keamanan ontologis tergantung pada kepercayaan terhadap keandalan seseorang atau sistem yang berhubungan dengan sekumpulan kejadian atau hasil tertentu dan kepercayaan itu merupakan keyakinan terhadap kejujuran atas kecintaan orang lain atau terhadap kebenaran prinsip-prinsip abstrak pengetahuan teknis. Dalam hal ini, kepercayaan terjadi melalui kepercayaan terhadap sistem baik doktrin maupun girarkis yang dibangun oleh MTA sebagai organisasi keagamaan. Kepastian dan keamanan ontologis didapat warga anggota MTA di dusun Bangkerep dari beberapa hal, antara lain :

1. Doktrin Kemurnian

Penting untuk dicatat bahwa ketidakhadiran otoritas yang mampu menjelaskan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat ikut memberi alasan mengapa sebagian warga dusun bergabung dengan MTA. Sebagaimana dijelaskan di awal, kehidupan keagamaan Bangkerep jauh dari kegiatan keagamaan. Meski beragama Islam, mayoritas dari mereka sama sekali tidak menjalankan praktek Islam, bahkan mbah Modin yang merupakan tokoh agama dusun pun tidak menjalankan sholat. Baru setelah ada madrasah Diniyah di dusun Balong, beberapa orang Bangkerep seperti Wakidi dan Mus belajar agama di sana. 160 Maka ketika MTA datang dengan doktrin yang menyeru pada kemurnian pengamalan yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits, sebagian warga Bangkerep menyambut dengan baik. Seperti dikatakan oleh Yatno: Materi yang cocok semuanya. Misalnya dari materi tentang Quran dan Sunah. Dalam Islam nabi sendiri bersabda kutinggalkan dua perkara padamu yang dengan itu kamu tidak akan tersesat jika berpegang pada keduanya yaitu Quran Sunah. Dari dulu kan saya sudah kenal hadits itu. Dari muhammadiyah dari acuan MTA yang semacam itu akhirnya saya ikuti terus. Islam itu yang ditinggalkan yang diajarkan hanya dua perkara tadi. Ya memang jadi orang Islam mau tidak mau harus dipaksa cocok dengan Quran dan Sunah. Kalau kita mau mengikuti Islam dalam Quran mengikutilah Islam secara keseluruhan mau ndak mau kita harus mengikuti apa yang dikatakan Quran apa yang dikatakan Sunah. Prinsip saya seperti itu. 177 Sementara menurut Parwanto, ketertarikannya terhadap MTA adalah karena ketegasan doktrin yang membedakan antara yang benar dan yang salah. Parwanto mengatakan: “Kalo MTA itu kalo haq dikatakan haq kalo haram dikatakan haram. Dan kita itu disuruh memilih. Maksudnya kalau ustadz mengatakan itu dari dalil, bukan sembarangan omong. Kamu percaya silakan. Tidak percaya silakan. La ikroha fiddin. Tidak ada paksaan dalam beragama. Kita itu maksudnya benar-benar disuruh memilih jalan yang lurus atau jalan yang bengkok. Kalau jalan yang lurus ini. Quran dan hadits. Dan itu dpperlihatkan semua. Ini halal ini haram tidak ditutup-tutupi. ” 178 Hal yang sama juga dikatakan oleh Paiman yang membandingkan MTA dengan organisasi lain dalam hal pengamalan ajaran. Menurut Paiman: “Ya karena ajaran yang dikaji itu sesuai dengan ajaran Islam. Berbeda dengan organisasi lain, istilahnya yang dikaji Quran dan Sunah. Kalo 177 Terjemahan wawancara dengan Suyatno, 29 Juni 2012 178 Wawancara dengan Parwanto, 29 Juni 2012 161 organisasi lain itu kan omong-omong biasa. Tidak ditunjukkan ini haditsnya. Ayatnya. 179

2. Dukungan Jaringan Ekonomi dan Informasi