91
keseimbangan dalam kehidupan.
145
Keyakinan terhadap kepercayaan leluhur tersebut mewujud dalam berbagai ritual seperti sedekah bumi, kepercayaan terhadap danyang
di tempat-tempat keramat, serta ritual siklus kehidupan kelahiran, pernikahan, kematian seperti lek-lekan begadang semalaman dalam rangka kelahiran bayi atau
hajatan pernikahan yang dalam beberapa waktu terakhir sudah diwarnai oleh ajaran Islam. Di sisi lain Dusun Bangkerep bisa dikategorikan sebagai dusun Abangan di
mana mayoritas warganya tidak memiliki pengetahuan keagamaan Islam yang cukup serta kurang peduli dalam mempraktekkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
dan pada saat yang sama masih memegang teguh kepercayaan dan menjalankan berbagai ritual-ritual dari leluhur mereka.
a. Kamituwo dan Modin: dua serangkai penjaga tradisi dusun
Rumah kayu bercat coklat di tengah dusun itu hampir tak pernah sepi. Ada saja orang yang datang untuk suatu keperluan. Hari itu misalnya, salah seorang warga
datang untuk mengurus perceraian. Ada juga yang datang untuk berkonsultasi mengenai kapan baiknya mengadakan acara kenduri karena berbenturan dengan
warga lainnya. Sebagian besar warga datang untuk mengurus administrasi kependudukan atau sekedar menanyakan kepastian program pemerintah yang
menyasar langsung ke warga, seperti misalnya pembagian beras miskin.
145
Franz Magnis-Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta, 2003, Gramedia, hal 85
92
Rumah itu milik pak Saji, Kamituwo kepala dusun Bangkerep. Lelaki berusia sekitar 40 tahun itu menjadi rujukan warga Bangkerep untuk segala macam urusan.
Dalam struktur masyarakat pedesaan, Kamituwo tidak hanya berfungsi struktural, tetapi juga kultural. Selain mengurus administrasi seperti pernikahan, kelahiran
maupun perceraian, ia juga bertugas untuk mengurusi hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan keagamaan di dusun.
Pak Saji menjadi Kamituwo sejak tahun 2002. Ia dipilih karena satu-satunya warga berusia tua yang lulus sekolah menengah pertama. Saat pemilihan Kamituwo,
ia melawan bumbung kosong atau satu-satunya calon Kamituwo karena tidak ada warga lain yang bersedia mencalonkan diri menjadi Kamituwo.
Sama seperti warga Bangkerep lainnya, pak Saji mendapatkan penghasilannya dari bertani. Sebagai Kamituwo, ia mendapatkan tanah bengkok. Pagi hari ia sudah
mengurus sawah atau melihat tanaman singkongnya. Menjelang siang, ia mencari rumput untuk dua ekor sapinya. Ia hampir tidak pernah ke kantor balai desa di
Balong, hanya sesekali atau bersamaan dengan jadual piketnya, hari Selasa. “Mboten
wonten damelan wonten mriko. Tidak ada yang dikerjakan di sana ”, katanya suatu
ketika. Bu Tuminah, istrinya, menghabiskan waktu dengan mengurus rumah. Sebagai
istri Kamituwo, ia juga berperan dalam kegiatan sosial keagamaan, seperti mengurus kelompok musik rebana dusun atau kelompok pengajian ibu-ibu. Maulida, anak
perempuannya adalah satu dari sekitar empat anak dusun Bangkerep yang bersekolah
93
ke sekolah menengah pertama di kota kecamatan. Sementara Kukuh, anak laki- lakinya masih bersekolah di sekolah dasar di Dusun Balong.
Selain Kamituwo, tokoh berpengaruh lainnya adalah Mbah Nurhasyim, yakni Modin atau orang yang bertugas mengurusi masalah keagamaan. Meskipun memiliki
jabatan Modin, Mbah Nurhasyim bukan tipe tokoh agama yang memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan masalah keagamaan. Ia hanya menjadi imam sholat di saat-saat tertentu saja. Beberapa warga menunjukkan keraguannya pada mbah Nurhasyim,
terutama karena bacaan Qur‟annya yang tidak fasih. Menurut Pak Saji: “Riyen mbah Modin namung ditunjuk, kowe dadi modin. Nggih namung iso-isonan
.” Dulu mbah Modin itu ditunjuk, kamu jadi Modin. Ya cuma bisa sedikit-sedikit saja.
Selain Kamituwo dan Modin, sebenarnya ada tokoh kultural lainnya, yaitu Petengan dan Bayan. Petengan adalah orang yang bertugas menjaga keamanan dusun.
Sementara Bayan adalah semacam juru informasi berkaitan dengan kebijakan desa atau dusun. Namun sudah puluhan tahun kedua posisi tersebut tidak diisi karena
Dusun Bangkerep tidak memiliki tanah bengkok untuk menggaji orang yang menduduki kedua jabatan tersebut.
b. Warung kopi : ruang publik dan transaksi ekonomi