125
pengajian. Beberapa perempuan Bangkerep memang mengenakan penutup kepala dalam menjalankan kegiatan sehari-hari -salah satunya istri Pak Kamituwo Saji-
namun umumnya mereka hanya mengenakan kerudung atau jilbab pendek yang hanya menutupi kepala tanpa menutup tubuh mereka.
c. Dua Pengajian di Hari Selasa
Selasa adalah hari yang sangat sibuk di Bangkerep. Sebagian warga –terutama
warga MTA- mengakhiri kegiatannya di sawah atau ladang lebih awal. Mereka kemudian menuju ke Majelis atau kantor MTA dengan berpakaian rapi, celana
panjang dan menenteng tas berisi Al Quran, buku tulis dan pulpen. Seusai sholat berjamaah, kegiatan dimulai dengan kegiatan Tahsinul Quran atau
memperbaiki cara membaca Al Quran. Tidak semua warga MTA mengikuti kegiatan tersebut dan biasanya hanya diikuti oleh mereka yang belum lancar dalam membaca
Al Quran. Kegiatan ini dipimpin oleh seorang guru khusus yang ditunjuk oleh pengurus MTA sendiri.
Acara selanjutnya yang juga merupakan acara inti adalah pengajian cabang, salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh warga MTA di seluruh Indonesia. Di
masing-masing cabang, biasanya diselenggarakan seminggu sekali dengan jadual berbeda-beda.
Yang menarik dari pengajian ini adalah metode dan pelaksanaannya yang dipimpin oleh ustadz yang khusus didatangkan dari MTA pusat. Warga MTA yang
126
hadir dipisah menurut jenis kelamin. Warga MTA laki-laki berada di sebelah depan, sementara warga MTA perempuan di belakang dipisahkan dengan kain pembatas.
Selain dari Dusun Bangkerep, mereka juga berasal dari desa lain di sekitar Desa Balong. Di sebelah depan, sebuah meja dan kursi disediakan untuk Ustadz yang
mengisi pengajian. Seluruh peserta pengajian diwajibkan membawa satu buah buku tulis, pensil dan Al Quran terjemahan.
Ustadz Ngabdi, berusia sekitar 50-an tahun, menjadi penceramah tetap yang mengisi pengajian di Bangkerep. Ia merupakan ustadz senior dari Surakarta. Sebelum
memulai pengajian, ia memeriksa daftar kehadiran anggota, dan menanyakan siapa yang tidak hadir berikut apa alasannya. Pemeriksaan daftar kehadiran di pengajian
cabang dan pengajian khusus merupakan aturan baku di MTA. Bagi warga yang tidak hadir tiga kali berturt-turut tanpa alasan yang jelas maka ia dikeluarkan dari
keanggotaan MTA. Setelah pemeriksaaan daftar hadir selesai, ustadz Ngabdi melanjutkan dengan menyampaikan salam dari ketua umum MTA Ahmad Sukina.
Dalam pengajian rutin tersebut, Ustadz Ngabdi membawakan satu topik tertentu. Ia mengawalinya dengan membaca salah satu ayat Al Quran. Warga
menyimak dengan Al Quran yang dibawanya. Setelah itu Ustadz Ngabdi menjelaskan keterangan ayat tersebut sementara anggota MTA mencatat di buku masing-masing.
Di bagian akhir pengajian selalu dibuka sesi tanya jawab di mana anggota MTA bebas bertanya hal apapun, baik masalah keagamaan, keluarga maupun organisasi.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu dijawab dengan merujuk pada dari pedoman
127
atau dalil dari Al Quran dan Hadits atau panduan dari pengurus MTA Pusat, dalam hal ini ketua umumnya Ahmad Sukina. Pengajian rutin ini biasanya selesai menjelang
magrib. Saat pengajian cabang di kantor MTA berlangsung, di tempat lain ibu-ibu
Bangkerep juga mengadakan pengajian. Berbeda dengan kegiatan MTA yang dipusatkan di kantor, pengajian ibu-ibu Bangkerep dilaksanakan bergantian di
masing-masing rumah. Selain itu, jika pengajian cabang di kantor MTA tidak menggunakan pelantang suara yang mengarah ke luar, maka pengajian ibu-ibu
menggunakan pelantang suara yang bisa didengar dari seluruh penjuru dusun. Pengajian ini bukan berupa ceramah atau mengkaji materi tertentu, melainkan secara
khusus membaca yasin dan tahlil. Sementara ceramah pengetahuan agama dilakukan sebulan sekali oleh kiai yang didatangkan dari kecamatan.
d. Pengajian warga MTA Khususi di hari Jumat