72
persoalan yang dihadapi organisasi atau yang dialami anggota baik untuk urusan keagamaan maupun persoalan lainnya dipecahkan secara berjenjang di masing-
masing kelompok, lalu jika tidak selesai di bawa ke tingkat cabang, selanjutnya perwakilan sampai ke pusat.
127
Selain itu, model kepemimpinan MTA juga sangat berbeda dengan organisasi puritan modern lainnya. MTA tidak mengenal pemilihan ketua atau pengurus secara
periodik. Hal tersebut mengikuti pola kepemimpinan nabi dan para sahabat, di mana pimpinan ditunjuk berdasarkan kapasitas.
128
Hal tersebut bisa dilihat dari proses peralihan kepemimpinan dari Abdullah Thufail ke Ahmad Sukina.
3. Kegiatan dan Rekrutmen Anggota
Sesuai dengan namanya, organisasi dakwah MTA memfokuskan diri pada kegiatan dakwah untuk mempelajari, memahami dan meinterpretasikan Al Quran.
Dalam berbagai kesempatan, Ahmad Sukina selalu menjelaskan bahwa MTA bukan organisasi yang menafsirkan Al Quran, melainkan tempat mempelajari Al Quran.
Salah satu kegiatan yang menjadi ciri khas MTA adalah pengajian Ahad Pagi. Acara ini berlangsung setiap hari minggu di gedung MTA pusat dan dipimpin
langsung oleh ketua umumnya Ahmad Sukina. Peserta adalah anggota MTA dan masyarakat umum dari berbagai kalangan. Dalam pengajian ini, setiap peserta
mengajukan pertanyaan mengenai persoalan agama maupun persoalan kehidupan
127
Catatan lapangan dan wawancara dengan Ustadz Suradi, ketua MTA perwakilan Blora
128
Wawancara dengan Sekretaris MTA Pusat Ustadz Yoyok Mugiyanto, 9 September 2012
73
sehari-hari yang dijawab langsung oleh Ahmad Sukina. Pengajian ini menjadi andalan MTA dalam merekrut anggota karena disiarkan melalui radio satelit dan internet
sehingga bisa menjangkau seluruh wilayah dan mampu diakses semua kalangan, terutama mereka yang berasal dari pedesaan. Banyak anggota MTA yang mengaku
bergabung dengan MTA setelah mendengar pengajian Ahad Pagi melalui radio.
129
Selain pengajian Ahad Pagi yang terbuka untuk umum, MTA juga menggelar pengajian yang khusus dihadiri oleh para anggotanya. kegiatan ini diselenggarakan
oleh masing-masing cabang, biasanya digelar seminggu sekali dengan guru dari pusat atau daerah yang sudah mendapat rekomendasi dari pusat. Misalnya di MTA
Perwakilan Blora menggelar pengajian setiap Selasa sore dengan seorang ustadz dari Surakarta.
130
Khusus untuk perwakilan Blora, hanya ada dua orang guru yang bisa mengajar, yaitu Suradi, ketua MTA perwakilan Blora dan Suwanto yang berasal dari
Bangkerep, Blora. Selain pengajian khusus anggota di masing-masing perwakilan atau cabang,
ada juga pengajian khushusi, yaitu pengajian yang diselenggarakan khusus untuk anggota yang dianggap memiliki kapasitas tertentu dan mereka yang telah
membaiatkan diri kepada sang imam ketua umum MTA.
131
Anggota Khushusi biasanya mereka adalah pengurus di masing-masing perwakilan atau cabang serta
anggota biasa yang dianggap layak dan memiliki komitmen tinggi atau mereka yang
129
Wawancara dengan Suraji, salah seorang warga MTA berasal dari Purwodadi. tanggal 9 September 2012 di kantor pusat MTA. Ia mengaku mengenal MTA pertama kali dari radio.
130
Catatan lapangan
131
Jinan, ibid, hal 594
74
sudah lama bergabung dengan MTA.
132
Kegiatan ini diselenggarakan setiap hari Jumat di kantor pusat MTA. Para peserta terbagi dalam beberapa kelas dan dipimpin
oleh seorang guru.
133
Pengajian ini diselenggarakan setiap hari Jumat di kantor pusat MTA dengan peserta pengurus maupun anggota khusus.
Selain itu, pengajian di MTA memiliki ciri khas. Jika pengajian pada umumnya tidak ada interaksi langsung atau penceramah berbicara dan pendengar
menyimak, di pengajian MTA –baik pengajian terbuka atau khusus anggota- setiap
setiap orang bebas bertanya persoalan apapun, baik persoalan agama atau kehidupan sehari-hari. Peserta juga membawa pena, buku catatan dan Al Quran terjemahan.
Dalam pengajian ini juga disebarkan brosur –istilah yang memang disebut oleh MTA-
yang berisi kumpulan ayat al-Quran dan hadis beserta terjemahannya sesuai dengan tema yang diajarkan pada hari itu yang dikeluarkan secara resmi oleh pengurus MTA
pusat. Yang menarik dari pengajian tertutup yang dihadiri oleh anggota adalah
adanya presensi atau pengecekan kehadiran anggota. Sebelum seorang ustadz memulai pengajian, ia selalu menanyakan siapa saja anggota yang tidak hadir berikut
alasannya. Jika selama kurun waktu tertentu seorang anggota tidak hadir tanpa keterangan yang jelas, ia bisa dikeluarkan dari MTA. Adanya presensi tersebut
dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dan komitmen anggota dalam belajar agama,
132
Wawancara Ustadz Yoyok Mugiyanto, 9 September 2012
133
Catatan lapangan di kantor perwakilan MTA Blora dan dan kantor pusat MTA Surakarta
75
karena sebagai anggota MTA mereka punya aturan dan kewajiban yang harus ditaati.
134
Keanggotaan MTA dilandaskan atas pemikiran Abdullah Thufail bahwa agar berkembang dengan baik umat Islam harus disatukan oleh baiat dan imamah, model
perekrutan keanggotaan MTA dilakukan secara berjenjang dengan baiat atau loyalitas sebagai syarat untuk masuk ke dalam keanggotaan MTA. Orang yang bergabung
dengan MTA biasa disebut dengan istilah warga. Istilah ini dipilih untuk menghindari sebu
tan ”anggota”, karena MTA merupakan Yayasan memiliki pengurus tetapi tidak memiliki anggota.
135
Menurut Suradi, istilah warga merupakan strategi dari ustad Abdullah Thufail selaku pendiri MTA pada masa Orde Baru karena tidak secara
spesifik menunjukkan identitas keislaman, semisal istilah Jamaah yang pada masa Orde Baru identik dengan gerakan Islam garis keras.
136
Untuk menjadi warga MTA, seseorang harus melalui beberapa tahapan. Pertama, seorang yang akan bergabung harus terlebih dulu mengikuti pengajian MTA
di tempat dia tinggal terdekat atau mengikuti pengajian Ahad Pagi dengan status sebagai pendengar
mustami‟. Selanjutnya calon tersebut diharuskan mengikuti pengajian baik secara berkelompok atau secara pribadi selama beberapa kali. Tahap
berikutnya adalah pembinaan, yaitu tahapan di mana calon yang dinilai serius dalam mengikuti pengajian calon warga diharuskan mengisi formulir peserta yang berisi data
pribadi, kerelaan menjadi anggota sekaligus menyetujui setiap aturan yang mengikat
134
Wawancara dengan Ustadz Yoyok Mugiyanto, 9 September dan catatan lapangan
135
Jinan ,ibid
136
Wawancara dengan Ustadz Suradi
76
mereka sebagai warga MTA. Aturan yang harus ditaati oleh setiap anggota yang bergabung dengan MTA adalah: 1Niat ikhlas menuntut ilmu; 2 Bermujahadah
bersungguh-sungguh –penulis untuk memahami pelajaran; 3 Bermujahadah
meyakini dan mengamalkan isi pelajaran tingkat perorangan, rumah tangga dan masyarakat; 4 Tertib dan bersih dalam berpakaian, sopan dalam pembicaraan di
dalam maupun di luar pengajian; 5 Menjaga ketertiban masuk dan keluar ruang belajar; 6 Menjaga dan menghindari pergaulan bebas pria dan wanita; 7
Menyebarluaskan isi pelajaran kepada keluarga dan masyarakat dengan kasih sayang, tanpa pamrih dan mengharap ridha Allah Swt; 8 Tidak masuk pengajian tiga kali 3x
berturut-turut tanpa ijin, dinyatakan keluar dari Majlis Tafsir Al Quran.
137
Tahap ketiga atau terakhir adalah kemantapan, yakni bersamaan dengan proses pembinaan,
kelompok binaan diresmikan menjadi cabang atau tersendiri atau bergabung dengan cabang yang sudah ada.
Selain kegiatan pengajian Ahad Pagi dan di masing-masing cabang atau perwakilan, MTA juga menggelar kegiatan yang mungkin tidak ditemui di organisasi
Islam lainnya. antara lain adalah kegiatan Nafar bahasa arab: rombongan atau kegiatan kunjungan silaturahim warga MTA ke wilayah lain yang dilakukan setiap
bulan Ramadhan. Khusus untuk kegiatan ini, seorang warga MTA harus mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan di tempat lain ke kantor pusat MTA,
di mana pengurus pusat kemudian menentukan penempatan seorang warga. Bisa jadi
137
Sumber dari Lembar Pernyataan Peserta CabangGelombang, Yayasan Majlis Tafsir Al Quran
77
seorang warga MTA di Blora mengikuti nafar di kota lain, atau bahkan di provinsi atau pulau lainnya. Dengan demikian, terjadi interaksi dan berbagi pengalaman antar
anggota yang berasal dari wilayah yang berbeda. Selain itu juga terdapat kegiatan insidental seperti Pengajian Akbar saat peresmian Cabang atau Perwakilan baru, di
mana warga MTA dari seluruh Indonesia datang dan menjadi gambaran kesolidan organisasi dan pesatnya perkembangan MTA.
4. Pola Interaksi dan Solidaritas Anggota