Dari Ikatan Lokal ke Ikatan Komunitas MTA

141 Dulu waktu masih muda ya sering ikut pawai mengantar pengantin. Semua sudah lengkap. Waktu masih muda sudah lengkap mengikuti acara-acara itu. Belum tahu Islam ya senang. Sesudah tahu ya tapi masih ikutan, tapi sudah mulai menyepelekan. Dulu saya kalau ada pawai pengantin itu saya yang disuruh bawa tombak. Tombak itu tidak boleh dibawa seperti ini. Harus dipegang dengan benar. Tombak tidak boleh mengarah ke bawah. Saya kan kritis. Mulai mengaji. Saya bertanya: Kenapa harus membawa tombak pak? Kata bapak itu dulu mengantar pengantin ke sumur karena berjaga-jaga kalau ada harimau atau binatang buas. Saya bilang sekarang kan sudah tidak ada harimau kok masih pakai tombak? Kata bapak sudah tidak usah macam-macam. Lalu tombak saya buat mainan seperti kalau sedang bermain silat. Saya dimarahi warga. Tidak boleh, nanti kualat. Tombak dianggap ada penunggunya. Jin atau apa. Tombak dianggep ada yang menunggu. Jin atau apa. Kalau nanti membawanya tidak benar yang membawa marah. 162 Dengan kata lain, persinggungan dengan berbagai ide atau nilai lain dari luar dusun membuat sebagian individu merasa menjadi lebih mandiri dan tidak lagi terikat pada tradisi kosmologis yang pernah ada di kampung mereka. Mereka memiliki kebebasan untuk merefleksikan dan mengkritisi praktik tradisional dari leluhur dan memilih mana yang lebih sesuai dengan kondisi mereka saat ini, dalam hal ini adalah hanya melakukan praktek yang sesuai dengan ajaran agama secara murni dan memiliki dasar hukum, yaitu Quran dan Hadits.

3. Dari Ikatan Lokal ke Ikatan Komunitas MTA

Ketika warga Bangkerep menggelar tradisi sedekah bumi di bawah pohon besar, mereka berupaya untuk menghadirkan makna dan nilai komunal yang 162 Terjemahan wawancara dengan Suradi, MTA, 26 April 2012 142 dipercayai leluhur mereka di masa sekarang dengan pengharapan bahwa kehidupan mereka di masa mendatang, terutama di bidang pertanian akan menjadi lebih baik. Tradisi ini dilakukan sehabis panen pertama setiap tahunnya di mana seluruh warga dusun bersama-sama hadir di bawah pohon besar dengan ritual yang dipandu oleh Kamituwo dan Modin. Menurut pemikiran Giddens, dalam tatanan masyarakat tradisional dimensi kehidupan didominasi oleh kehadiran dan aktifitas yang terlokalisasi. Ritual-ritual yang dilakukan masyarakat Bangkerep adalah cara untuk mengontrol waktu, atau menghadirkan masa lalu di masa sekarang untuk pengharapan di masa mendatang. Selain itu, kehidupan warga dusun mensyaratkan kebersamaan di mana setiap orang hadir dalam setiap kegiatan bersama. Dengan tidak menghadiri suatu kegiatan tertentu, seseorang dianggap menyalahi kebiasaan atau bahkan tidak lagi menjadi bagian dari warga dusun. Kehadiran menjadi syarat penting untuk menegaskan eksistensi seorang warga di dusun Bangkerep. Hal ini disampaikan Ratno, salah seorang warga Bangkerep yang termasuk sangat vokal menentang kehadiran MTA: Mereka warga MTA itu adalah orang yang tidak bisa hidup bermasyarakat. Mereka punya aturan sendiri, zakat, iuran-iuran, baiat. 163 Sebaliknya, modernitas ditandai dengan penjarakan ruang dan waktu juga yang membuat ketidakhadiran mendominasi hubungan perjumpaan antar-pribadi. Penjarakan ruang dan waktu memungkinkan dibangunnya sarana organisasi modern 163 Terjemahan wawancara dengan Ratno,warga desa, 17 April 2012 143 yang rasional, di mana sebuah organisasi semakin mampu menghubungkan satu wilayah tertentu dengan wilayah lain di dunia yang saling berjauhan sehingga dengan demikian organisasi modern dapat menjangkau dan mempengaruhi banyak orang. Ketika seorang warga anggota MTA di dusun Bangkerep melepaskan diri dari ikatan tradisional dengan meninggalkan praktik-praktik leluhur mereka, pada saat yang sama mereka mendefinisikan diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, yaitu umat Islam yang melaksanakn ajaran Islam secara murni dan Kaffah. Struktur hirarkis MTA sebagai organisasi modern memungkinkan pengendalian anggotanya yang tersebar di seluruh Indonesia termasuk di Bangkerep melalui berbagai aturan yang ketat. Seorang warga MTA di dusun Bangkerep cukup menjadi bagian dari komunitas Islam yang murni tanpa harus bertemu dengan rekannya sesama anggota di tempat lain. Jadi lokalitas dipengaruhi oleh aktifitas di kejauhan, dan apa yang membentuk lokal itu tidak hadir dalam aktifitas sosial individu atau masyarakat yang bersangkutan. Jarak ditiadakan antara Bangkerep dengan Surakarta, karena mereka menjadi satu bagian dari komunitas yang lebih besar. Sementara berbagai aturan dan kode etik anggota membuat seseorang warga MTA di Bangkerep mematuhi perintah dari dunia luar dirinya.

4. Antara Kamituwo dan Ustadz