77
seorang warga MTA di Blora mengikuti nafar di kota lain, atau bahkan di provinsi atau pulau lainnya. Dengan demikian, terjadi interaksi dan berbagi pengalaman antar
anggota yang berasal dari wilayah yang berbeda. Selain itu juga terdapat kegiatan insidental seperti Pengajian Akbar saat peresmian Cabang atau Perwakilan baru, di
mana warga MTA dari seluruh Indonesia datang dan menjadi gambaran kesolidan organisasi dan pesatnya perkembangan MTA.
4. Pola Interaksi dan Solidaritas Anggota
Jenjang organisasi yang hirarkis, model rekrutmen anggota yang ketat, aturan yang mengikat, serta berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan secara terjadual
dan rapi telah membuat MTA menjadi organisasi dengan anggota yang memiliki loyalitas dan ketaatan terhadap pimpinan, solidaritas keanggotaan yang kuat serta
komitmen dan disiplin yang tinggi dalam menjalankan ajaran-ajaran keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Interaksi keanggotaan antar warga MTA dijabarkan dalam prinsip yaitu ta‟ruf,
tafahum, dan takaful . Ta‟ruf artinya sesama aggota saling mengenal satu dengan
lainnya. Kemudian Tafahum, artinya saling memahami satu sama lain. Sedangkan Takaful artinya saling membantu dan bekerja sama. Konsep ini diambil dari
pemikiran ideolog Ikhwanul Muslimin, Hasan Al Banna
138
Ketiga konsep tersebut
138
Wawancara dengan Ustadz Yoyok Mugiyanto, 9 September 2012. Sebagaimana dijelaskan dalam bagian lain pada bab ini, Hasan Al Banna 1906-1948 adalah ideolog organisasi Ikhwanul Muslimin
yang berdiri di Mesir. Konsep ini ia jabarkan dalam bukunya Majmaatul Rasail atau diterjemahkan menjadi. Lihat Himpunan Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, ebook tanpa tahun dan penerbit.
78
terutama diamalkan dalam kelompok yang terdiri dari 5-7 orang, di mana kelompok berfungsi sebagai ajang untuk mengulang pelajaran sekaligus mengamalkan apa yang
sudah mereka pelajari. Dari kelompok inilah solidaritas dan persaudaraan antar sesama warga tumbuh dan berkembang karena prinsip dalam Islam setiap umat Islam
adalah bagaikan satu tubuh yang saling berhubungan satu sama lain.
139
Dengan konsep tersebut, MTA menggalang jaringan, solidaritas dan loyalitas anggotanya di berbagai tempat. Setiap warga bisa meminta tolong warga lainnya, baik
dalam persoalan keagamaan atau urusan ekonomi, bisnis, pekerjaan atau urusan lainnya. Dengan konsep ini maka seorang warga merasa menjadi bagian dari suatu
komunitas besar yang menaungi dirinya baik dari segi keagamaan maupun sosial ekonomi, yang mana hal tersebut mungkin tidak ia jumpai di luar kelompoknya.
Dengan konsep tersebut, tidak heran jika anggota MTA yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda memiliki solidaritas dan kebersamaan yang
tinggi. Mereka memiliki ikatan yang kuat sebagai umat Islam yang memiliki komitmen untuk mengkaji, memahami dan mengamalkan tuntunan Islam secara
murni. Dalam perkembangannya, solidaritas dan kebersamaan tersebut sangat berfungsi menguatkan komitmen mereka sebagai muslim puritan di tengah kehidupan
masyarakat di sekitar mereka yang kebanyakan masih menjaga dan menjalankan berbagai praktek agama yang bercampur tradisi lokal. Di banyak tempat, perilaku
keagamaan yang ketat dan kehidupan sehari-hari yang cenderung berbeda membuat
139
Wawancara dengan Ustadz Yoyok Mugiyanto, 9 September 2012
79
warga MTA sering mendapat kecaman dari masyarakat lainnya. Namun bagi warga MTA, hal itu tidak menyurutkan mereka terhadap apa yang mereka yakini, dan
menganggap hal tersebut sebagai konsekuensi yang harus ditanggung demi menjadi seorang muslim yang utuh kaffah, yakni muslim yang menjalankan agamanya
berdasar sumber asli, yaitu Al Quran dan Hadits.
5. Jihad Harta dan Jihad Diri