89
tinggi dengan beragam jenis mata pencaharian selain petani. Dibandingkan dengan Dusun Bangkerep, rumah-rumah warga Dusun Balong banyak yang berdinding batu
dengan arsitektur beragam. Selain itu, Dusun Balong juga menjadi pusat pemerintahan desa, di mana selain terdapat kantor balai desa, juga terdapat berbagai
layanan publik seperti sekolah dasar, Madrasah Diniyah sekolah sore keagamaan, serta Polindes poliklinik desa dan bidan desa.
c. Ekonomi : Antara tanah tandus dan perantauan
Di penghujung bulan April, tanda-tanda kemarau sudah mulai terasa di Dusun Bangkerep. Sawah-sawah mulai mengering tak bisa ditanami. Kali kecil dan irigasi
sudah tidak lagi mengalir. Sebagaimana wilayah Blora lainnya, lahan pertanian di Dusun Bangkerep didominasi oleh tanah tandus dan kering. Hampir seluruh petani di
Dusun Bangkerep menggantungkan kehidupan mereka pada sawah tadah hujan. Masa panen besar biasanya berlangsung sekitar bulan Februari atau Maret atau di akhir
musim penghujan. Di musim kemarau, jagung menjadi satu-satunya tanaman andalan warga untuk bertahan hidup.
Kemarau yang menjelang juga menjadi pertanda bahwa sebentar lagi dusun kecil yang terletak di tengah persawahan dan hutan jati itu akan mulai sepi
ditinggalkan para penghuninya –terutama para lelaki untuk merantau ke kota besar.
Sebagian besar para lelaki merantau ke kota untuk bekerja sebagai buruh bangunan atau berdagang informal. Surabaya, kota besar yang yang terdekat dengan Blora
90
menjadi tujuan utama, sebagian kecil pergi ke Jakarta. Ada juga yang pergi ke luar pulau Jawa. Mereka yang hendak merantau biasanya pergi dalam rombongan besar
dengan menyewa mobil secara bersama-sama. Laki-laki warga Dusun Bangkerep yang tidak pergi merantau biasanya adalah mereka yang mengurusi ternak, atau
mereka yang berusia lanjut. Namun beberapa tahun belakangan ini, warga Bangkerep menemukan
komoditas pertanian yang jauh lebih menguntungkan, yaitu singkong. Dengan masa panen rata-rata 4-7 bulan dan perawatan yang tidak rumit, hasil yang didapat jauh
lebih besar ketimbang tanaman padi. Sebagai contoh, untuk lahan seluas 0,5 hektar, warga bisa mendapat sekitar 3-4 juta rupiah sekali panen. Hasil panen biasanya di
ambil oleh tukang tebas yang berasal dari warga sekitar untuk dijual ke tengkulak di kota Pati, sebagai bahan tepung kanji.
2. Bangkerep dan tradisi masyarakat petani