Permainan Dinamika Kelompok Hakikat Permainan
perkembangan atau kehidupan remaja dan selanjutnya orang dewasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Transisi atau
perubahan-perubahan mendasar yang dialami remaja menurut Stenberg dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 meliputi transisi
biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial. a.
Transisi Biologis Sebagai remaja, peserta didik usia SMP mengalami
perubahan yang sangat mencolok pada aspek biologisnya
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Besarnya tubuh, proporsi dan bentuk tubuh secara cepat berubah menyerupai orang
dewasa. Pada masa ini muncul ciri- ciri sex sekunder sebagai akibat pematangan organ-organ seksual dan kelenjar-kelenjar tertentu.
Kematangan organ-organ seksual antara lain menyebabkan remaja
wanita mengalami menarchy menstruasi yang pertama dan remaja
pria mengalami ejakulasi yang pertama, yang sekaligus menandai bahwa mereka mampu mereproduksi keturunan. Munculnya
menstruasi dan ejakulasi bagi sebagian remaja kadang membawa persoalan tersendiri, terlebih bagi mereka yang kurang dapat
menerima keadaan fisik akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi itu.
Kematangan fisik dan seksual akan berpengaruh terhadap cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri, dan juga pada
bagaimana remaja dipandang dan diperlakukan oleh orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain. Hal ini antara lain menyebabkan remaja sangat peka terhadap penilaian orang lain terutama teman sebayanya. Selain
itu, kematangan biologis remaja juga memunculkan ketertarikan remaja terhadap lawan jenisnya.
b . Transisi Kognitif
Ditinjau dari aspek perkembangan kognitifnya, peserta didik SMP berada pada tahap formal operational di mana
individu telah mampu berfikir secara abstrak dan hipotetis. Pada masa sebelumnya masa anak, individu berada pada tahap concrete
operational dimana individu baru mampu berfikir kongkrit. Karena
perkembangan kemampuan kognitifnya, pada masa remaja apa saja dapat menjadi obyek pikirannya, bahkan pikiran-pikiran
mereka sendiri. Hal ini menjadikan remaja bersifat egosentris.
Pada diri remaja terbentuk personal fable yaitu
keyakinan bahwa dirinya adalah unik sehingga berhak memiliki pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang berbeda dengan orang
lain. Tingkah laku yang mudah diamati sebagai akibat dari transisi kognitif antara lain munculnya rasa ingin tahu yang besar
terhadap banyak hal, suka membangkang terutama untuk hal-hal yang menurut pemikiran mereka sulit dimengerti, susah diatur,
ingin dipahami dan ingin serba dimaklumi, dan lain-lain. Dari kaca mata orang tua, keadaan yang demikian
menyebabkan remaja mendapatkan cap sebagai remaja nakal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI