Upaya pengembangan karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan : studi kasus penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII D Smp Negeri 4

(1)

MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA KELOMPOK

YANG DIAPLIKASIKAN DALAM PERMAINAN

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015)

Ervin Aprilianti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan karakter berjiwa besar melalui bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah 32 siswa.

Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yaitu angket pemahaman karakter berjiwa besar dan angket karakter berjiwa besar yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas instrumen penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Alfa Cronbach yang kemudian disesuaikan dengan kriteria Guilford. Dari hasil perhitungan dengan Alpha Cronbach pada angket pemahaman karakter berjiwa besar diperoleh koefisien senilai 0,488 dan reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria cukup serta pada angket karakter berjiwa besar diperoleh koefisien senilai 0,843 dan reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemahaman siswa tentang kepemilikan karakter berjiwa besar mengalami perkembangan ke arah yang semakin baik dengan meningkatnya hasil rata-rata skor pada pre-test dan post-test. Hasil rata-rata skor pada pre-test adalah sebesar 65,75 meningkat menjadi 68,65 pada post-test. Tingkat karakter berjiwa besar pada siklus I menunjukkan hasil rata-rata skor sebesar 82,31. Pada siklus II hasil rata-rata skor menurun menjadi 81,93. Pada siklus III dilakukan upaya perbaikan dan menunjukkan hasil rata-rata skor meningkat menjadi 82,06. Berdasarkan hasil uji signifikansi terdapat peningkatan yang siginifikan senilai 0,002; (Sig 2 tailed) sebesar (0,002) < (0,05) pada hasil upaya pengembangan karakter berjiwa besar sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Artinya upaya pengembangan karakter berjiwa besar dapat dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan. Selain itu, hasil validasi program oleh mitra kolaboratif dan siswa menunjukkan bahwa program layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan mampu mengembangkan karakter berjiwa besar.

Kata kunci: karakter berjiwa besar, bimbingan klasikal kolaboratif, dinamika kelompok, dan permainan.


(2)

COLLABORATIVE CLASS GUIDANCE SERVICE USING GROUP DYNAMICS APPLIED IN GAMES

(Action Research of Guidance and Counseling to Students of Class VII D SMP Negeri 4 Wates Academic Year 2014/2015)

Ervin Aprilianti Sanata Dharma University

2016

This research aims to develop a high-minded character through collaborative class guidance by using group dynamics method applied in games. The research subjects are 32 students of class VII D SMP Negeri 4 Wates academic year 2014/2015.

This research way conducted in three cycles. The research instruments are a questionnaire on understanding high-minded character and high-minded character questionnaire composed by the researcher. The reliability coefficient of instruments was analyzed by using Cronbach’s Alfa technique which was then adjusted to Guilford criteria. The calculation results by using Cronbach’s Alfa show that reliability coefficient of high-minded character understanding questionnaire is 0.488 which is means that the instrument reliability is in an adequate criterion, while the reliability coefficient of a high-minded character questionnaire is 0.843 which means that the instrument reliability is categorized as high.

The research result shows that the students understanding of having a high-minded character develops better with the increasing average score in the pre-test and post-test. The average score in the pre-test is 65.75 which increased to 68.65 in the post-test. The level of high-minded character in the first cycle shows the average score is 82.31, in the second cycle the average score decreased to 81.93, in third the cycle the average score increased to 82.06 as the result of improvement effort. Based on the significance test, it is proved that there is a significant improvement 0.002; (Sig 2 tailed) of (0.002) < (0.05) on the outcome of high-minded character development before and after the improvement effort. It can be concluded that high-minded character development effort can be conducted through a collaborative class guidance service using group dynamics applied in games. Moreover, the validation program resulted by the collaborative partners and students shows that the collaborative class guidance service by using group dynamics applied in game can develop high-minded character.

Keywords: karakter berjiwa besar, bimbingan klasikal kolaboratif, dinamika kelompok, dan permainan.


(3)

UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER BERJIWA BESAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA KELOMPOK YANG DIAPLIKASIKAN DALAM PERMAINAN

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Ervin Aprilianti

NIM 121114071

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

I Suffered, I Learned, I Changed.

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

QS. Al-Baqarah : 286

“Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar”

‒ Mahatma Gandhi ‒


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Allah SWT yang selalu mendampingiku dalam suka dan duka Orang tua tercinta Almh. Raden Roro Indarwati

Bapak Drs. Nandar Widadi Mamak Kustinah

Adikku tersayang Laili Indah Wulandari Keluarga besar Mbah Pujo Suwarno

& Mbah Harjo Suprapto Sahabat-sahabatku terkasih

Program Studi Bimbingan dan Konseling Novian Andhi Nurcahyo


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 September 2016 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ervin Aprilianti

NIM : 121114071

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER BERJIWA BESAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA KELOMPOK YANG DIAPLIKASIKAN DALAM PERMAINAN

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 21 September 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii

ABSTRAK

UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER BERJIWA BESAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF

MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA KELOMPOK YANG DIAPLIKASIKAN DALAM PERMAINAN

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015)

Ervin Aprilianti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan karakter berjiwa besar melalui bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah 32 siswa.

Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yaitu angket pemahaman karakter berjiwa besar dan angket karakter berjiwa besar yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas instrumen penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Alfa Cronbach yang kemudian disesuaikan dengan kriteria Guilford. Dari hasil perhitungan dengan Alpha Cronbach pada angket pemahaman karakter berjiwa besar diperoleh koefisien senilai 0,488 dan reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria cukup serta pada angket karakter berjiwa besar diperoleh koefisien senilai 0,843 dan reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemahaman siswa tentang kepemilikan karakter berjiwa besar mengalami perkembangan ke arah yang semakin baik dengan meningkatnya hasil rata-rata skor pada pre-test dan post-test. Hasil rata-rata skor pada pre-test adalah sebesar 65,75 meningkat menjadi 68,65 pada post-test. Tingkat karakter berjiwa besar pada siklus I menunjukkan hasil rata-rata skor sebesar 82,31. Pada siklus II hasil rata-rata-rata-rata skor menurun menjadi 81,93. Pada siklus III dilakukan upaya perbaikan dan menunjukkan hasil rata-rata skor meningkat menjadi 82,06. Berdasarkan hasil uji signifikansi terdapat peningkatan yang siginifikan senilai 0,002; (Sig 2 tailed) sebesar (0,002) < (0,05) pada hasil upaya pengembangan karakter berjiwa besar sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Artinya upaya pengembangan karakter berjiwa besar dapat dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan. Selain itu, hasil validasi program oleh mitra kolaboratif dan siswa menunjukkan bahwa program layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan mampu mengembangkan karakter berjiwa besar.

Kata kunci: karakter berjiwa besar, bimbingan klasikal kolaboratif, dinamika kelompok, dan permainan.


(11)

ix

ABSTRACT

HIGH-MINDED CHARACTER DEVELOPMENT EFFORT THROUGH COLLABORATIVE CLASS GUIDANCE SERVICE

USING GROUP DYNAMICS APPLIED IN GAMES

(Action Research of Guidance and Counseling to Students of Class VII D SMP Negeri 4 Wates Academic Year 2014/2015)

Ervin Aprilianti Sanata Dharma University

2016

This research aims to develop a high-minded character through collaborative class guidance by using group dynamics method applied in games. The research subjects are 32 students of class VII D SMP Negeri 4 Wates academic year 2014/2015.

This research way conducted in three cycles. The research instruments are a questionnaire on understanding high-minded character and high-minded character questionnaire composed by the researcher. The reliability coefficient of instruments was analyzed by using Cronbach’s Alfa technique which was then adjusted to Guilford criteria. The calculation results by using Cronbach’s Alfa show that reliability coefficient of high-minded character understanding questionnaire is 0.488 which is means that the instrument reliability is in an adequate criterion, while the reliability coefficient of a high-minded character questionnaire is 0.843 which means that the instrument reliability is categorized as high.

The research result shows that the students understanding of having a high-minded character develops better with the increasing average score in the pre-test and post-test. The average score in the pre-test is 65.75 which increased to 68.65 in the post-test. The level of high-minded character in the first cycle shows the average score is 82.31, in the second cycle the average score decreased to 81.93, in third the cycle the average score increased to 82.06 as the result of improvement effort. Based on the significance test, it is proved that there is a significant improvement 0.002; (Sig 2 tailed) of (0.002) < (0.05) on the outcome of high-minded character development before and after the improvement effort. It can be concluded that high-minded character development effort can be conducted through a collaborative class guidance service using group dynamics applied in games. Moreover, the validation program resulted by the collaborative partners and students shows that the collaborative class guidance service by using group dynamics applied in game can develop high-minded character.

Keywords: karakter berjiwa besar, bimbingan klasikal kolaboratif, dinamika kelompok, dan permainan.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkah yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Mengembangkan Karakter Berjiwa Besar Melalui

Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif Menggunakan Metode Dinamika Kelompok yang Diaplikasikan dalam Permainan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015”. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Usaha yang peneliti lakukan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Namun, berkat usaha keras serta adanya bantuan yang diberikan kepada peneliti, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini

3. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu, membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.


(13)

xi

4. Orang tua tercinta Almh. Raden Roro Indarwati, Bapak Drs. Nandar Widadi, dan Mamak Kustinah atas segala dukungan yang diberikan kepada peneliti.

5. Adik tercinta, Laili Indah Wulandari yang selalu memberikan dorongan kepada peneliti agar segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Stefanus Pryatmoko selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan skripsi.

7. Guryadi, S.Pd.,M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Wates yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melaksankan penelitian di sekolah.

8. Bapak Agus Sutik, Ibu Mahmudah, dan Bapak Sugaib Suhatmoko selaku guru Bimbingan dan Konseling yang telah membantu peneliti selama proses penelitian di SMP Negeri 4 Wates.

9. Ibu Wasiyem dan Ibu Endang Susilowati selaku guru di SMP Negeri 4 Wates yang turut serta bersama dengan guru Bimbingan dan Konseling selama proses penelitian berlangsung di SMP Negeri 4 Wates.

10. Yohanes Purnomo Edi yang konsisten menjadi pengamat selama proses penelitian berlangsung di SMP Negeri 4 Wates.

11. Seluruh tim yang tergabung dalam Penelitian Stranas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma 2014-2016 atas kerja keras dan pengalaman yang tidak terlupakan.

12. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada peneliti.


(14)

xii

13. Sahabat-sahabat terkasih dan seluruh teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti.

14. Novian Andhi Nurcahyo yang selalu menemani, memberikan semangat, dan dukungan kepada peneliti dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

15. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, sumbang saran peneliti nantikan dari pembaca. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca.

Yogyakarta, 21 September 2016 Penulis


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 13

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 13

4. Aspek-aspek Pendidikan Karakter ... 16

5. Proses Pembentukan Nilai Karakter ... 19

B. Hakikat Karakter Berjiwa Besar ... 21

1. Pengertian Karakter Berjiwa Besar ... 21

2. Karakteristik Individu yang Berjiwa Besar ... 23

3. Upaya Pengembangan Karakter Berjiwa Besar ... 23

C. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 26

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 26


(16)

xiv

3. Bidang Bimbingan Klasikal ... 28

4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 30

D. Hakikat Dinamika Kelompok ... 32

1. Pengertian Dinamika Kelompok ... 32

2. Tujuan Dinamika Kelompok ... 33

3. Manfaat Dinamika Kelompok ... 33

4. Prinsip-prinsip Dinamika Kelompok ... 34

5. Proses Dinamika Kelompok ... 35

E. Hakikat Permainan ... 36

1. Pengertian Permainan ... 36

2. Tujuan Permainan ... 37

3. Permainan Dinamika Kelompok ... 40

F. Hakikat Remaja ... 41

1. Pengertian Remaja ... 41

2. Karakteristik Remaja ... 41

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 46

4. Perkembangan Karakter Berjiwa Besar Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 47

G. Kerangka Berpikir ... 48

H. Hipotesis Tindakan ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 52

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 52

D. Setting Penelitian ... 52

E. Prosedur Penelitian ... 54

F. Langkah Penelitian ... 57

G. Teknik Pengumpulan Data ... 64

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 68

I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 71

J. Analisis Data ... 75

K. Uji Signifikansi Hasil Upaya Pengembangan Karakter Berjiwa Besar Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 80

L. Kriteria Indikator Keberhasilan ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Hasil Penelitian ... 83

1. Proses Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling .... 83

a. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ... 83


(17)

xv

b. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Siklus II ... 88

c. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ... 93

d. Hasil Wawancara ... 99

2. Gambaran Perkembangan Pemahaman dan Tingkat Karakter Berjiwa Besar ... 99

a. Hasil Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar untuk Melihat Perkembangan Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter Berjiwa Besar ... 99

b. Hasil Angket Karakter Berjiwa Besar untuk Melihat Perkembangan Tingkat Karakter Berjiwa Besar ... 103

3. Uji Signifikansi Hasil Upaya Pengembangan Karakter Berjiwa Besar Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 108

4. Validasi Program oleh Mitra Kolaboratif ... 108

5. Validasi Program oleh Siswa ... 109

6. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 111

a. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan Dilihat dari Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar ... 111

b. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan Dilihat dari Angket Karakter Berjiwa Besar ... 113

B. Pembahasan ... 114

BAB V PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan ... 124

C. Saran ... 125


(18)

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pembentuk Karakter ... 18

Tabel 2.2 Karakter-karakter Inti dengan Karakter Turunannya ... 22

Tabel 2.3 Pengimplementasian Pendidikan Karakter Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 25

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar ... 68

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Karakter Berjiwa Besar ... 69

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Observasi ... 70

Tabel 3.4 Panduan Wawancara ... 71

Tabel 3.5 Nilai Indeks Diskriminasi Item ... 73

Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 75

Tabel 3.7 Kategorisasi Skor Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter Berjiwa Besar ... 77

Tabel 3.8 Kategorisasi Skor Tingkat Karakter Berjiwa Besar ... 78

Tabel 3.9 Penilaian Validasi Program untuk Mitra Kolaboratif ... 79

Tabel 4.1 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pre-test Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter Berjiwa Besar ... 100

Tabel 4.2 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Post-test Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter Berjiwa Besar ... 101

Tabel 4.3 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus I ... 103

Tabel 4.4 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus II ... 104

Tabel 4.5 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus III ... 106


(20)

xvii

Tabel 4.7 Validasi Program oleh Siswa ... 110 Tabel 4.8 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pre-test dan Post-test

Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter

Berjiwa Besar ... 112 Tabel 4.9 Perkembangan Pemahaman Siswa Tentang Kepemilikan Karakter

Berjiwa Besar Sebelum dan Sesudah Pemberian Layanan

Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 112 Tabel 4.10 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Tingkat Karakter Berjiwa

Besar pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 113 Tabel 4.11 Perkembangan Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III ... 114 Tabel 4.12 Perbandingan Rata-rata Skor Subjek Angket Karakter Berjiwa


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial . 20 Gambar 2.2 Proses Dinamika Kelompok ... 35 Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc. Taggart ... 55


(22)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perkembangan Pemahaman Siswa Tentang Karakter Berjiwa Besar Sebelum dan Sesudah Pemberian Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 102 Grafik 4.2 Perkembangan Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus I

dan Siklus II ... 105 Grafik 4.3 Perkembangan Tingkat Karakter Berjiwa Besar pada Siklus I,


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelayanan Bimbingan ... 131 Lampiran 2. Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar ... 160 Lampiran 3. Angket Karakter Berjiwa Besar ... 164 Lampiran 4. Instrumen Validasi Program untuk Mitra Kolaboratif ... 167 Lampiran 5. Instrumen Validasi Program untuk Siswa ... 169 Lampiran 6. Panduan Observasi ... 170 Lampiran 7. Konstruk Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar dan Angket

Karakter Berjiwa Besar yang Dianalisis oleh Ahli ... 171 Lampiran 8. Seleksi Item Berdasarkan Statistik Daya Diskriminasi Item ... 178 Lampiran 9. Hasil Observasi ... 182 Lampiran 10. Tabulasi Data Angket Pemahaman Karakter Berjiwa Besar ... 183 Lampiran 11. Tabulasi Data Angket Karakter Berjiwa Besar ... 186 Lampiran 12. Tabel Perhitungan Paired Sample T-Test ... 190 Lampiran 13. Tabulasi Data Validasi Program oleh Mitra Kolaboratif ... 191 Lampiran 14. Tabulasi Data Validasi Program oleh Siswa ... 192 Lampiran 15. Dokumentasi Kegiatan ... 193


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga

terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011).

Pengimplementasian pendidikan karakter saat ini diintegrasikan dalam pembelajaran pada semua mata pelajaran di sekolah. Setiap materi


(25)

pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai atau norma dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai karakter tidak hanya sekedar sebagai pengetahuan tetapi juga diinternalisasikan dan dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari siswa. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP di seluruh tanah air selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011).

Hasil penelitian Barus (2015) tentang Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP terdapat 3 sekolah yang masih meletakkan pendidikan karakter hanya sebatas tempelan di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu di SMP Negeri 13 Yogyakarta, SMP Negeri 4 Wates, dan SMP Negeri 6 Surakarta. Sebatas tempelan di RPP memiliki maksud bahwa karakter yang tercantum hanya formalitas semata, sehingga kurang bahkan tidak dipraktekkan kepada siswa, hal ini membuat karakter kurang terinternalisasi dalam diri siswa. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka perlulah kiranya memperbaiki pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sehingga pendidikan karakter tidak hanya menjadi tempelan di RPP semata.

Konselor sekolah atau guru BK wajib memfasilitasi pengembangan dan penumbuhan karakter serta tanpa mengabaikan penguasaan hard skills lebih lanjut yang diperlukan dalam perjalanan hidup serta dalam mempersiapkan karier (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Menurut


(26)

Wangid (www.staff.uny.ac.id) konselor sekolah (guru BK) hendaknya merancangkan dalam program kegiatannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan dan penumbuhan karakter pada siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan guru BK dengan berkolaborasi bersama pendidik lain seperti guru mata pelajaran melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif. Dengan adanya layanan bimbingan klasikal kolaboratif, guru BK dengan guru mata pelajaran mampu memaksimalkan pengembangan karakter dalam diri siswa.

Salah satu sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter adalah SMP Negeri 4 Wates. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang guru di sekolah mengungkapkan bahwa pendidikan karakter telah di terapkan di sekolah tersebut dan juga diintegrasikan dengan mata pelajaran. Menurut beliau, salah satu karakter yang perlu dikembangkan dalam diri siswa di SMP Negeri 4 Wates adalah berjiwa besar karena karakter ini dapat melatih siswa belajar untuk ikhlas.

Sebenarnya karakter berjiwa besar sudah tertanam dalam diri siswa, hanya saja siswa kurang paham tentang kepemilikan karakter tersebut di dalam diri mereka sehingga mereka kurang menunjukkan tindakan yang mencerminkan karakter berjiwa besar. Bahkan, 10% diantaranya berada pada capaian karakter berjiwa besar yang buruk.

Tindakan yang kurang mencerminkan karakter berjiwa besar yang biasa dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 4 Wates adalah sudah jelas melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah namun siswa masih kurang


(27)

memiliki kesadaran untuk mengakui bahwa dirinya bersalah telah melakukan pelanggaran, siswa tersebut justru mengelak dan berusaha membela diri agar tidak dihukum. Selain itu, adanya perselisihan siswa yang dipicu karena masalah spele seperti ejek-ejekkan yang tidak jelas penyebabnya antara kelompok siswa satu dengan siswa lainnya di sekolah tersebut.

Melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif antara guru BK dengan guru mata pelajaran diharapkan keduanya mampu mengembangkan karakter berjiwa besar ke arah yang semakin baik sehingga siswa memiliki karakter berjiwa besar yang tangguh dan kuat. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan klasikal kolaboratif untuk mengembangkan karakter berjiwa besar salah satunya adalah dinamika kelompok. Johnson & Johnson (2012) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang menunjukkan kamajuan.

Metode dinamika kelompok memerlukan adanya aktivitas atau kegiatan yang harus dikerjakan di dalam prosesnya untuk mendukung kemajuan dalam kelompok oleh sebab itu peneliti mengaplikasikannya dalam permainan. Alasan peneliti memilih permainan karena melalui permainan siswa tidak merasa tegang, menciptakan kesenangan, dan mampu membuat pikiran terasa segar. Selain itu, selama proses permainan siswa dapat mengamati, menghayati, dan setelah itu dilakukan diskusi diantara


(28)

mereka sehingga mereka dapat menarik suatu pelajaran atau pesan moral dari permainan tersebut.

Penggunaan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan dalam pemberian layanan bimbingan klasikal kolaboratif ini dimaksudkan agar siswa dapat benar-benar menghayati, memahami, serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari karakter berjiwa besar yang terselip dalam pesan moral yang ada dalam permainan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik mengangkat tema mengenai “Upaya Pengembangan Karakter Berjiwa Besar Melalui Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif Menggunakan Metode Dinamika Kelompok yang Diaplikasikan dalam Permainan pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter terintegrasi masih menjadikan nilai-nilai karakter sebagai tempelan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan SMP Negeri 4 Wates adalah salah satunya

2. Siswa di SMP Negeri 4 kurang memahami tentang kepemilikan karakter berjiwa besar yang ada di dalam diri mereka sehingga kurang menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


(29)

3. Kesadaran siswa di SMP Negeri 4 Wates untuk mengakui kesalahannya ketika melakukan kesalahan masih rendah.

4. Kerap muncul perselisihan antar siswa di SMP Negeri 4 Wates yang diakibatkan oleh aksi siswa yang saling mengejek satu sama lain.

C. Pembatasan Masalah

Melihat begitu banyaknya masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu siswa kurang memiliki pemahaman tentang kepemilikan karakter berjiwa besar dalam diri mereka dan tingkat karakter berjiwa besar dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari juga masih kurang sehingga perlu dikembangkan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka perumusan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pemahaman dan tingkat karakter berjiwa besar dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Seberapa baik perkembangan pemahaman dan tingkat karakter berjiwa besar siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015 setiap siklusnya?


(30)

3. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil upaya pengembangan karakter berjiwa besar sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015?

4. Seberapa baik penilaian mitra kolaboratif terhadap program upaya pengembangan karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015?

5. Seberapa baik penilaian siswa terhadap program upaya pengembangan karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemahaman dan tingkat karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015.


(31)

2. Mendeskripsikan gambaran perkembangan pemahaman dan tingkat karakter berjiwa besar pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015 setelah mengikuti layanan bimbingan klasikal kolaboratif.

3. Menguji signifikansi hasil upaya pengembangan karakter berjiwa besar pada saat sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015.

4. Mendeskripsikan gambaran penilaian mitra kolaboratif terhadap program upaya pengembangan karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015.

5. Mendeskripsikan gambaran penilaian siswa terhadap program upaya pengembangan karakter berjiwa besar melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode kelompok yang diaplikasikan dalam permainan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Wates Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.


(32)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling terutama menyangkut penggunaan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan untuk mengembangkan karakter berjiwa besar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan karakter berjiwa besar dalam dirinya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan informasi pentingnya karakter pembentuk kepribadian yang berakhlak dipahami dan diterapkan pada siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, agar guru dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter melalui metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dalam penggunaan metode dinamika kelompok yang diaplikasikan dalam permainan tidak hanya untuk mengembangkan karakter berjiwa besar, tetapi juga karakter lain pembentuk kepribadian yang berakhlak pada penelitian selanjutnya


(33)

G. Definisi Istilah

1. Pendidikan karakter diartikan sebagai proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

2. Berjiwa besar adalah kemampuan individu membuka hati serta pikiran untuk menerima kritik dan saran, mengakui kelebihan dan kelemahan baik diri sendiri maupun orang lain orang lain serta menerima kemenangan dan kekalahan dengan lapang dada.

3. Layanan bimbingan klasikal kolaboratif merupakan suatu layanan yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran atau stakeholder lain kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang

dilaksanakan di dalam kelas ataupun di luar kelas.

4. Dinamika kelompok adalah adalah interaksi antar individu dalam kehidupan sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menyebabkan adanya perubahan dari waktu ke waktu.

5. Permainan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh individu ataupun sekelompok orang dalam suasana santai dan menyenangkan namun, tetap terdapat aturan yang harus diikuti sehingga dapat diperoleh pengetahuan dan pengalaman usai melaksanakannya.

6. Remaja adalah masa dimana individu mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.


(34)

7. Pengembangan pemahaman adalah upaya yang dilakukan terhadap individu atau kelompok agar semakin baik dalam memahami sesuatu. 8. Pengembangan pengamalan adalah upaya yang dilakukan terhadap


(35)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori yang relevan dan mendasari bangunan konseptual penelitian tindakan ini yang meliputi: hakikat karakter berjiwa besar, hakikat layanan bimbingan klasikal kolaboratif, hakikat dinamika kelompok, hakikat permainan, dan hakikat remaja.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) menjelaskan bahwa pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan atau dilakukan.

Menurut Lickona (dalam Samani & Hariyanto, 2013) pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Sementara itu, Scerenko (dalam Samani & Hariyanto, 2013) pendidikan karakter dapat


(36)

dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulsi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional (2011) menyebutkan pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik.

b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

c. Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010) prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter adalah sebagai berikut.

a. Berkelanjutan

P ri ns i p b erkel anjut an mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari


(37)

suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari TK/RA berlanjut ke kelas satu SD/MI atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP/MTs.

Pendidikan karakter di SMA/MA atau SMK/MAK adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun. Sedangkan pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan penguatan dan pemantapan pendidikan karakter yang telah diperoleh di SMA/MA, SMK/MAK

b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan

Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kokurikuler. Pengembangan nilai-nilai tersebut melalui keempat jalur pengembangan karakter melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam standar Isi.

c. Nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa

Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar (value is neither cought nor taught, it is learned) . Hal ini mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah


(38)

bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar.

Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata kuliah atau pelajaran agama, bahasa Indonesia, sejarah, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, ketrampilan, dan sebagainya. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik.

Oleh karena itu pendidik tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Juga, pendidik tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai.

Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai karakter tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri peserta didik. Peserta didik tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai tersebut.


(39)

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik. Pendidik menerapkan prinsip ‖tut wuri handayani‖ dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka pendidik menuntun peserta didik agar secara aktif menumbuhkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, satuan pendidikan, dan tugas-tugas di luar satuan pendidikan. Maksud aktif disini adalah tanpa mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif tapi pendidik merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data atau fakta atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai.

4. Aspek-aspek Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan nilai-nilai pembentuk karakter bangsa yang bersumber dari agama, Pancasila,


(40)

budaya serta tujuan pendidkan nasional dan teridentifikasi 18 nilai yang terdapat pada tabel 2.1 di halaman berikut. Berdasarkan 18 nilai karakter yang teridentifikasi, katakter berjiwa besar masuk ke dalam karakter kejujuran.

Karakter berjiwa besar atau berjiwa ksatria atau berjiwa sportif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk jujur mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan dalam diri sendiri secara terbuka. Dari pengertian tersebut, sangat jelas terlihat bahwa karakter berjiwa besar menjunjung adanya kejujuran.


(41)

No Nilai Karakter Deskripsi

1. Religius Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan apa yang telah dimiliki

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan keewajiban dirinya dan orang lain

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar 10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya 11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati

keberhasilan orang lain

13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang mneyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas`kehadiran dirinya

15. Gemar memebaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan YME


(42)

5. Proses Pembentukan Nilai Karakter

Perilaku seseorang yang berkarakter pada hakikatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical

and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective

and Creativity development).

Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Secara diagramatik, koherensi keempat proses psikososial tersebut dapat digambarkan diagram Ven di halaman berikut.


(43)

OLAH PIKIR OLAH HATI

Cerdas Jujur

Kreatif Tanggung Jawab

Perilaku Berkarakter

OLAH RAGA OLAH RASA & KARSA

Sehat dan Peduli

Bersih Gotong royong

Gambar 2.1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial

Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) secara konseptual dapat diperlakukan sebagai suatu klaster atau gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling memperkuat. Karena itu setiap karakter, seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak.

Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan penguatan) dan proses habituasi (pensuasanaan, pembiasaan, dan penguatan) dan pada akhirnya menjadi karakter, keempat kluster nilai


(44)

luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.

B. Hakikat Karakter Berjiwa Besar 1. Pengertian Karakter Berjiwa Besar

Menurut Sedyawati, dkk (dalam Fathurrahman, dkk, 2013) karakter berjiwa besar atau berjiwa ksatria atau sportif merupakan kemampuan untuk menerima keunggulan orang lain serta menerima kekurangan diri sendiri. Selain itu Samani & Hariyanto (2013) mengemukakan karakter sportif memiliki makna menghargai dan menaati aturan main, dapat menerima kemenangan dan kekalahan apa adanya secara terbuka.

Berdasarkan dua pengertian karakter berjiwa besar atau berjiwa ksatria atau berjiwa sportif diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan pengertian dari karakter tersebut. Karakter berjiwa besar atau berjiwa ksatria atau berjiwa sportif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk jujur mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan dalam diri sendiri secara terbuka.

Samani & Haryanto (2013) menjelaskan bahwa karakter berjiwa besar atau jiwa sportif atau jiwa ksatria merupakan karakter yang diturunkan dari karakter jujur. Di halaman berikut disajikan karakter-karakter inti dengan karakter-karakter turunannya.


(45)

Tabel 2.2

Karakter-karakter Inti dengan Karakter Turunannya NO KARAKTER

INTI KARAKTER TURUNAN Personal

1. Jujur Kesalehan, keyakinan, iman dan takwa, integritas,

dapat menghargai diri sendiri, dapat menghormati Sang Pencipta, pertanggungjawaban, ketulusan hati, sportivitas, amanah

2. Cerdas Analitis, akal sehat, kuriositas, krativitas, kekritisan, inovatif, inisiatif, suka memecahkan masalah, produktivitas, kepercayaan diri, kontrol diri, disiplin diri, kemandirian, ketelitian, kepemilikan visi.

Sosial

3. Peduli Penuh kasih sayang, perhatian, kebajikan,

kewarganegaraan, keadaban, komitmen, kegotongroyongan, kesantunan, rasa hormat, demokratis, kebijaksanaan, disiplin, empati, kesetaraan, suka memberi maaf, persahabatan, kesahajaan, kedermawanan, kelemahlembutan, pandai berterima kasih, pandai bersyukur, suka membantu, suka menghormati, keramahtamahan, kemanusiaan, kerendahan hati, kesetiaan,

kelembutan hati, moderasi, kepatuhan, keterbukaan, kerapian, patriotisme, kepercayaan, kebanggaan, ketepatan waktu, suka menghargai, punya rasa humor, kepekaan, sikap berhemat, kebersamaan, toleransi, kebajikan, kearifan.

4. Tangguh Kewaspadaan, antisipatif, ketegasan, kesediaan,

keberanian, kehati-hatian, keriangan, suka berkompetisi, keteguhan, bersifat yakin, keterandalan, ketetapan hati, keterampilan dan kecekatanan, kerajinan, dinamis, daya upaya, ketabahan, kenatusiasan, keluwesan, keceriaan, kesabaran, ketabahan, keuletan, suka mengambil resiko, beretos kerja.


(46)

2. Karakteristik Individu yang Berjiwa Besar

Fathurrahman, dkk (2013) mengungkapkan karakteristik individu yang berjiwa besar adalah sebagai berikut.

a. Mengakui kesalahan

Individu yang memiliki karakter berjiwa besar akan berani mengakui bila melakukan kesalahan (baik di rumah, sekolah maupun dalam pergaulan), menghindari sikap ingkar dan bohong, serta bersikap jujur dan bertanggung jawab.

b. Menghargai orang lain

Individu yang memiliki karakter berjiwa besar akan menghargai orang lain dengan cara terbiasa menyadari kelebihan orang lain dan tidak segan belajar dari contoh yang ada (baik dalam ilmu pengetahuan maupun pengalaman) dan menghindari sikap angkuh. c. Mawas Diri

Individu yang memiliki karakter berjiwa besar memiliki sikap mawas diri dengan berani melakukan intropeksi dan bertanggung jawab terhadap segala yang dilakukan (baik di sekolah, dalam pergaulan, organisasi maupun masyarakat luas), dan selalu menghindari sikap dan tindakan licik.

3. Upaya Pengembangan Karakter Berjiwa Besar

Buchori (dalam Fathurrahman, dkk, 2013) menyebutkan bahwa upaya pengembangan karakter salah satunya karakter berjiwa berjiwa besar seharusnya mampu membawa siswa ke pengenalan nilai secara


(47)

kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fathurrahman, dkk (2013) karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya baik terhadap Tuhan YME, dirinya sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia internasional.

Upaya pengembangan karakter dilakukan melalui pendidikan karakter yang tertuang pada kurikulum yang digunakan di sekolah, salah satunya adalah pengimplementasian pendidikan karakter menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada halaman berikut disajikan tabel mengenai pengimplementasian pendidikan karakter menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(48)

Tabel 2.3

Pengimplementasian pendidikan karakter menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Integrasi dalam mata

pelajaran

Mengembangkan Silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan

2. Integrasi dalam Muatan Lokal

a. Ditetapkan oleh Satuan Pendidkan/Daerah

b. Kompetensi dikembangkan oleh Satuan Pendidikan/Daerah 3. Kegiatan Pengembangan

Diri

a. Pembudayaan dan Pembiasaan 1) Pengkondisian

2) Kegiatan rutin 3) Kegiatan spontanitas 4) Keteladanan

5) Kegiatan terprogram b. Ekstrakurikuler

Pramuka; PMR; UKS; Olah Raga; Seni; OSIS

c. Bimbingan Konseling

Pemberian layanan bagi peserta didik yang mengalami masalah

Pada tabel diatas terlihat bahwa bimbingan dan konseling memiliki peran penting untuk mengembangkan karakter siswa di sekolah. Tidak hanya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saja bimbingan dan konseling dipandang memiliki peran dalam pengembangan karakter siswa di sekolah, menurut Venty (www.prosiding.upgrismg.ac.id) pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam pelaksanaan kurikulum 2013 oleh satuan-satuan pendidikan dalam rangka memperkuat proses pembelajaran yang benar-benar mengupayakan pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, konselor sekolah (guru


(49)

BK) hendaknya merancangkan dalam program kegiatannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan dan penumbuhan karakter pada siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri yang terancang dalam program bimbingan dan konseling, dan juga bersama-sama atau berkolaborasi dengan pendidik lain (guru bidang studi misalnya) yang terancang dalam program sekolah yang dilakukan secara sinergis dari beberapa pihak.

Adanya kolaborasi antara guru BK dengan guru mata pelajaran diharapkan mampu mengembangkan karakter berjiwa besar secara optimal. Guru BK bersama dengan guru mata pelajaran dapat memberikan layanan bimbingan yang bersifat preseveratif atau developmental yang berarti bahwa layanan yang diberikan bermaksud untuk memelihara dan sekaligus mengembangkan perilaku siswa yang sudah sesuai agar tetap terjaga dengan baik, tidak melanggar norma, dan juga mengembangkan agar semakin lebih baik lagi perkembangan karakter berjiwa besarnya.

C. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Winkel & Hastuti (2012) menyebut bimbingan klasikal sebagai bimbingan kelompok dimana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Entah kelompok kecil, agak besar, atau sangat besar. Sementara itu, Makhrifah & Nuryono (2014) mengemukakan bimbingan klasikal


(50)

merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (guru BK) atau konselor sekolah kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) bimbingan klasikal merupakan format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas.

Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi, dapat dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar. Layanan klasikal atau kelompok besar biasanya bersifat informatif, sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK (Sukmadinata, 2007). Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang diberikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa dalam satuan kelas.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Makhrifah & Nuryono (2014) strategi layanan bimbingan klasikal sebagai salah satu srategi dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan. Tujuan layanan bimbingan klasikal adalah untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau mencapai tugas-tugas perkembangannya sehingga


(51)

dapat mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Winkel & Hastuti (2012) tujuan layanan bimbingan diberikan agar:

a. Siswa mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas.

b. Mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana.

c. Mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.

3. Bidang Bimbingan Klasikal

Sebelum memberikan bimbingan klasikal, guru BK dapat memilih bidang bimbingan apa yang akan diberikan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Winkel & Hastusti (2012) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan siswa dapat dibedakan tiga bidang yang penting bagi mereka yaitu sebagai berikut.

a. Bidang studi akademik atau belajar

Bidang akademik atau belajar berisi bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

b. Bidang Pribadi Sosial

Bidang pribadi sosial berkaitan dengan perkembangan kepribadiannya yang menyangkut dirinya sendiri serta hubungannya dengan orang lain. Bimbingan dalam bidang pribadi sosial membantu siswa menghadapi keadaan batinnya sendiri dan


(52)

mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian; perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

c. Bidang Karier

Bidang karier merupakan bidang perencanaan masa depan yang menyangkut jabatan yang akan dipangku kelak. Siswa dibantu dalam mempersiapkan diri menghadapi pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

Makhrifah & Nuryono, (2014) menyatakan berdasarkan model ASCA (American School Counselor Assosiation), bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar (guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat developmental, sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karir. Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan yang terstruktur untuk semua peserta

didik (guidance for all), tanpa mengenal perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA disajikan melalui


(53)

kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial dan karir peserta didik.

4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif

Grolier Webster International Dictionary of the English Language (dalam Dollarhide & Saginak, 2012) mendefiniskan “kolaborasi” sebagai bekerja bersama dengan orang lain, berkooperasi. Dalam diskusinya mengenai situasi yang membantu siswa lulus, Drew (dalam Dollarhide & Saginak, 2012) menguraikan lebih jauh, mendefinisikan kolaborasi sebagai struktur sistem interdependent (ketergantuangan satu dengan yang lainnya) untuk memperoleh tujuan yang tidak dapat diperoleh jika berkerja secara individu.

Berdasarkan penjelasan mengenai kolaborasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kolaborasi merupakan sebuah kerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian bimbingan klasikal kolaboratif dapat diartikan sebagai kegiatan bimbingan yang dilakukan secara kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa dalam satuan kelas untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama antara guru BK dan guru mata pelajaran.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008), program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau


(54)

wali kelas. Konselor sekolah (guru BK) berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu diantaranya:

a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa.

b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam. c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.

d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching.

e. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.

f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.

g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).

h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa).


(55)

i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

D. Hakikat Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika Kelompok

Johnson & Johnson (2012) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang menunjukkan kamajuan. Menurut Ruch (dalam Gerungan, 2009) dinamika kelompok (group dynamics) dapat dirumusukan sebagai analisis dari hubungan-hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial.

Pengertian dinamika kelompok menurut Zulkarnain (2014) setidaknya memiliki beberapa unsur: (1) adanya kumpulan dua orang atau lebih; (2) melakukan interaksi; (3) anggota saling mempengaruhi; (4) keadaan kelompok dari waktu ke waktu sering berubah-ubah atau bergerak. Berdasarkan pengertian para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian dinamika kelompok adalah interaksi antar individu dalam kehidupan sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menyebabkan adanya perubahan dari waktu ke waktu.


(56)

2. Tujuan Dinamika Kelompok

Zulkarnain (2014) mengemukakan tujuan dinamika kelompok antara lain adalah:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.

d. Menimbulkan adanya itikad yang baik antara sesama anggota kelompok.

3. Manfaat Dinamika Kelompok

Sunarto (dalam Zulkarnain, 2014) menjelaskan ada beberapa manfaat yang diperoleh dari dinamika kelompok yaitu sebagai berikut. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerja sama saling mebutuhkan, sebab individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat.

a. Dalam dinamika kelompok, pekerjaan ataupun masalah yang besar dapat teratasi karena dapat diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompok sehingga mampu mengurangi beban serta waktu penyelesaian yang dapat diatur bersama, efektif dan efisien.


(57)

b. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, karena individu satu dengan yang lainnya akan dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

4. Prinsip Dinamika Kelompok

Menurut Sahertian (dalam Zulkarnain, 2014) dalam proses mempelajari dinamika kelompok terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.

a. Learning by doing yang artinya belajar dari sesuatu yang dikerjakan. Seperti misalnya siswa mencari makna esensi dari setiap permainan yang dilakukan, sehingga siswa dapat belajar dari hal tersebut.

b. Striptease, artinya perubahan tabir secara bertahap. Penyampaian materi dinamika kelompok tidak hanya dilakukan dengan ceramah, tetapi maknanya diketahui secara bertahap melalui permaianan yang dilakukan dari waktu ke waktu.

c. Variasi yang menarik, artinya penyajian materi sebaiknya menggunakan banyak variasi seperti permainan, role playing (bermain peran), menonton video, serta diskusi.

d. Here and now, artinya dalam melaksankan dinamika kelompok berorientasi pada keadaan disini dan pada saat ini atau sekarang.


(58)

5. Proses Dinamika Kelompok

Zulkarnain (2014) menjelaskan proses dinamika kelompok seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2

Proses Dinamika Kelompok

Proses dinamika kelompok diawali dari individu yang masuk ke dalam sebuah kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu yang lain. Setiap individu yang berada dalam kelompok belum mengenal satu sama lain sehingga mereka seperti sebuah es yang membeku. Antara individu satu dan yang lain mulai untuk saling mengenal sehingga keadaan mulai mencair tidak lagi membeku ini yang disebut dengan proses ice breaking.

Dari kelompok yang ada terbentuk kelompok kecil serta terbentuk sikap baru dan perubahan perilaku dinamika kelompok dalam proses forming. Dalam proses dinamika kelompok terjadi berbagai macam

diskusi yang terkadang menimbulkan adanya keributan sehingga terjadi proses strorming.

Ice Breaking

Forming

Storming

Norming Performing


(59)

Proses strorming menimbulkan adanya proses norming yakni kesepakatan bersama antar individu di dalam kelompok untuk membuat atauran atau norma yang harus disepakati bersama sebagai pengatur perilaku dalam kelompok. Usai dibuat kesepakatan bersama di dalam kelompok, maka individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan atau disebut sebagai proses performing. Setelah kegiatan dalam kelompok berakhir, maka kelompok akan membubarkan diri atau adjouring.

E. Hakikat Permainan 1. Pengertian Permainan

Menurut Santrock (2002) permainan ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Chayatie (dalam Zulkarnain, 2014) menyebutkan pengertian permainan atau games adalah suatu latihan dimana pesertanya terlibat dalam sebuah kontes dengan peserta lain atau sekelompok orang dengan dikenai sejumlah peraturan.

Pertiwi & Sugiyanto (tth) mendefinisikan permainan sebagai kegiatan yang memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi seseorang dari apa yang dilakukannya tersebut. Menurut pengalaman permainan adalah suatu metode yang sesuai untuk belajar keterampilan sosial, karena dengan permainan diciptakan suasana yang santai dan


(60)

menyenangkan. Dalam suasana seperti itu orang dapat belajar dengan lebih baik dan bersungguh-sungguh (Cremer & Siregar, 1993).

Rusmana (dalam Zulkarnain, 2014) berpendapat bahwa saat permainan dipandang sebagai suplemen yang bermanfaat untuk digunakan sebagai penguatan dan pengukuhan pembelajaran, maka permainan tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program. Selama bermain kita dapat berkonsentrasi pada proses bermain tanpa memikirkan akibat, lalu menarik kesimpulan serta penghatayatan dari proses yang dilaluinya. Apa yang dapat dipelajari dari permaianan, dikaitkan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Sebagai fasilitator atau pembimbing perlu memastikan agar seluruh peserta jangan sampai terlena dalam permaianan sehingga melupakan poin-poin atau pesan moral dari setiap permainan yang akan dimainkan. Selain itu, diharapkan fasilitator atau pembimbing dapat lebih selektif dalam memilih permaianan agar permainan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan peserta.

2. Tujuan Permainan

Melalui permainan, selain menyenagkan dan mampu membuat pikiran terasa segar, peserta juga dapat mengambil pesan moral atau pelajaran dari berbagai permainan yang dimainkan seperti yang dinyatakan oleh Kroehnert (dalam Zulkarnain, 2014) mengenai tujuan permainan sebagai berikut.


(61)

a. Icebreaker

Permainan yang dirancang sebagai icebreaker digunakan sebagai sarana untuk memulai pelatihan dengan memecahkan kebekuan suasana. Tujuannya adalah memberi peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu sama lain dan untuk menuntun mereka ke pokok permasalahan. Selain diberikan untuk memberikan kesempatan kepada peserta agar saling mengenal satu sama lain, tujuan permaianan sebagai icebreaker juga dirancang untuk mengurangi penghalang yang mungkin muncul sehingga peserta dapa dengan nyaman selama mengikuti proses bermain. b. Energizer

Energizer atau permainan pembangkit semangat merupakan

aktivitas yang dirancang untuk membuat kegiatan belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Energizer dapat digunakan kapan saja ketika fasilitator atau pembimbing melihat peserta sudah mulai kehilangan minat dalam mengikuti kegiatan atau mulai mengantuk. c. Team Building

Team building atau latihan membangun kerja sama tim

digunakan untuk memperbaiki hubungan masing-masing individu dan sub kelompok dalam suatu kelompok, atau untuk mengatasi konflik kelompok. Latihan ini seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling terbuka dalam mengenal satu sama lain. Selain itu, sangat penting bagi fasilitaor atau pembimbing untuk


(62)

membahas secara menyeluruh latiha ini agar dapat mematikan bahwa tidak ada rasa permusuhan, kemarahan atau frustasi diantara peserta. d. Kepemimpinan dan Komunikasi

Latihan ini dirancang untuk melatih kemampuan kepemimpinan dan agar peserta lain dapat mengetahui keterampilan komunikasi mana yang dapat diperbaiki. Fasilitator atau pembimbing hendakna mampu memanfaatkan umpan balik dalam semua latihan ini. Umpan balik tersebut harus spesifik dan diarahkan pada tingkah laku yang diamati, serta kemampuan peserta dalam pengendalian tingkah laku tersebut.

e. Persepsi

Latihan persepsi dirancang untuk mengamati bagaimana peserta melihat situasi objek yang berbeda. Hasil akhir sebagian besar latihan adalah peserta menyadari kebutuhan mereka menggunakan pemikiran lateral, untuk melihat segala sesuatu dengan cara lain, dan untuk mencoba menghilangkan prasangka tertentu dalam melihat sesuatu.

f. Evaluasi

Latihan evalusi ditujukan kepada peserta untuk mengevaluasi dirinya sendiri atau program. Bagian penting proses evaluasi harus ditunjukkan kepada para peserta sejak awal latihan. Setiap evaluasi harus bersifat konstruktif bukan destuktif. Segala sesuatu dapat lebih mudah diperbaiki dengan menggunakan evaluasi konstruktif.


(63)

Evaluasi destruktif hanya akan meninggalkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi sebagian bahkan seluruh peserta.

3. Permainan Dinamika Kelompok

Terdapat berbagai macam teknik yang dapat diterapkan dalam melaksanakan dinamika kelompok yakni bermain peran (role play), permainan, simulasi, latihan umpan balik, serta latihan diskusi dan dengan dibantu oleh fasilitator atau pembimbing, diharapkan peserta dapat belajar dari setiap teknik yang ada. Diantara banyak teknik, peneliti memilih permainan dinamika kelompok untuk diberikan kepada peserta. Permainan dirasa merupakan metode yang tepat karena melalui permainan peserta tidak merasa tegang, menciptakan kesenangan, dan mampu membuat pikiran terasa segar. Selain itu, selama proses permainan peserta dapat mengamati, menghayati, dan setelah itu dilakukan diskusi diantara mereka sehingga mereka dapat menarik suatu pelajaran atau pesan moral dari permainan tersebut.

Zulkarnain (2014) menjelaskan bahwa permainan dinamika kelompok merupakan suatu penyajian bahan latihan melalui bentuk ‘permainan’ yang dilakukan oleh sekelompok. Pada dasarnya, permainan dinamika kelompok bertujuan untuk: (1) meningkatkan kesadaran peserta tentang perlunya mengembangkan sikap dan keterampilan tertentu; (2) menyajikan bahan latihan secara menyenangkan agar mengurangi ketegangan; dan (3) memperkenalkan aspek tertentu dalam


(64)

materi yang dibahas. Permainan dinamika kelompok dapat menciptakan suasana santai dan menyenangkan tetapi tetap mengena untuk belajar.

F. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980).

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1980) remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Remaja adalah individu yang berada pada suatu periode dalam rentang hidup ketika individu mengalami transisi pada sebagian besar aspek penting perkembangan atau kehidupan anak-anak menuju perkembangan atau kehidupan remaja dan selanjutnya orang dewasa (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

2. Karakteristik Remaja

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa remaja awal. Remaja adalah individu yang berada pada suatu periode dalam rentang hidup ketika individu mengalami transisi pada sebagian besar aspek penting perkembangan atau kehidupan anak-anak menuju


(65)

perkembangan atau kehidupan remaja dan selanjutnya orang dewasa (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Transisi atau perubahan-perubahan mendasar yang dialami remaja menurut Stenberg (dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) meliputi transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.

a. Transisi Biologis

Sebagai remaja, peserta didik usia SMP mengalami perubahan yang sangat mencolok pada aspek biologisnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Besarnya tubuh, proporsi dan bentuk tubuh secara cepat berubah menyerupai orang dewasa. Pada masa ini muncul ciri- ciri sex sekunder sebagai akibat pematangan organ-organ seksual dan kelenjar-kelenjar tertentu. Kematangan organ-organ seksual antara lain menyebabkan remaja wanita mengalami menarchy (menstruasi yang pertama) dan remaja pria mengalami ejakulasi yang pertama, yang sekaligus menandai bahwa mereka mampu mereproduksi keturunan. Munculnya menstruasi dan ejakulasi bagi sebagian remaja kadang membawa persoalan tersendiri, terlebih bagi mereka yang kurang dapat menerima keadaan fisik akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi itu.

Kematangan fisik dan seksual akan berpengaruh terhadap cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri, dan juga pada bagaimana remaja dipandang dan diperlakukan oleh orang


(66)

lain. Hal ini antara lain menyebabkan remaja sangat peka terhadap penilaian orang lain terutama teman sebayanya. Selain itu, kematangan biologis remaja juga memunculkan ketertarikan remaja terhadap lawan jenisnya.

b . Transisi Kognitif

Ditinjau dari aspek perkembangan kognitifnya, peserta didik SMP berada pada tahap formal operational di mana individu telah mampu berfikir secara abstrak dan hipotetis. Pada masa sebelumnya (masa anak), individu berada pada tahap concrete operational dimana individu baru mampu berfikir kongkrit. Karena

perkembangan kemampuan kognitifnya, pada masa remaja apa saja dapat menjadi obyek pikirannya, bahkan pikiran-pikiran mereka sendiri. Hal ini menjadikan remaja bersifat egosentris.

Pada diri remaja terbentuk personal fable yaitu keyakinan bahwa dirinya adalah unik sehingga berhak memiliki pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang berbeda dengan orang lain. Tingkah laku yang mudah diamati sebagai akibat dari transisi kognitif antara lain munculnya rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal, suka membangkang (terutama untuk hal-hal yang menurut pemikiran mereka sulit dimengerti), susah diatur, ingin dipahami dan ingin serba dimaklumi, dan lain-lain.

Dari kaca mata orang tua, keadaan yang demikian menyebabkan remaja mendapatkan cap sebagai remaja nakal.


(1)

LAMPIRAN 14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 ADI SYAHRUL RAMADHAN 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E 2 AEMELIA RAHMA HANIFAH 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

3 ANINDYA RIZKY PRAKASITA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 E

4 ANISYA FITRI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

5 BAYU RAHARJA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

6 BAYU SETYAJI 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 SE

7 BIMA ADITYA DARMAWAN 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 24 E

8 DEDY MEYVIANTO 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 SE

9 DETY RANTIYEM 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

10 DHANI PANGESTU 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 E

11 DIVA HAYUNINGTYAS 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE 12 DWI ENDARWATI SUSANTI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 13 EVI NUR OKTAVIANI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE 14 FAIQ DHANI PRATAMA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 SE 15 FARIDA NUR AFIFAH 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 16 FARISTA NUR FAZRI YUNI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE

17 GALIH PRAKOSO 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

18 GEGER PAMUNGKAS 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E 19 HANIFAH PUTRI TINA 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 18 E

20 IKA TRISNAWATI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE

21 IKKE RINDANG PRASTIWI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 22 LATHIF RAHARDIAN A. 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 23 MAULANA MUHAMMAD I. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E 24 MUHAMMAD RIZKI D. 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 SE 25 MUHAMMAD ZAKY M. 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 26 NUR CAHYO WIBOWO 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE 27 OLGA LUVIA AGUS DANI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE 28 PUTRI AZIZ AL ANSORY 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

29 REIZKA PUTRI M. 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 SE

30 RISA APRILIANA 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E

31 SEVINA RAHMA HAIDA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E 32 WAHYU NUGRAH HENI 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 SE

: SE : E : S : TE : STE

192

VALIDASI PROGRAM UNTUK SISWA

Sangat efektif Efektif Sedang Tidak efektif Sangat tidak efektif >24

– 4 – – TOTAL SKOR KATEGORI PENILAIAN <6 Skor Keterangan


(2)

193

LAMPIRAN 15

DOKUMENTASI KEGIATAN PELAKSANAAN TINDAKAN

UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER BERJWA BESAR

MELALUI BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF MENGGUNAKAN METODE DINAMIKA KELOMPOK

YANG DIAPLIKASIKAN DALAM PERMAINAN

PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 4 WATES TAHUN AJARAN 2014/2015


(3)

(4)

195


(5)

(6)

197


Dokumen yang terkait

Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/ 2016).

1 4 211

Upaya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa SMP melalui bimbingan kelompok berbasis outbound (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi).

0 8 189

Peningkatan motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan media permainan edukatif : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

0 0 178

Minat siswa terhadap layanan bimbingan klasikal pada kelas yang menggunakan dinamika kelompok dan pada kelas yang tidak menggunakan dinamika kelompok : studi deskriptif pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Gantiwarno Klaten

0 16 126

Peningkatan motivasi siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penerapan dinamika kelompok (permainan) : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, tahun ajaran 2012/2013.

0 0 201

Peningkatan karakter ksatria melalui pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.(penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas V

0 0 179

Peningkatan motivasi mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan media permainan edukatif penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajara

1 1 176

Minat siswa terhadap layanan bimbingan klasikal pada kelas yang menggunakan dinamika kelompok dan pada kelas yang tidak menggunakan dinamika kelompok

0 1 124

UPAYA BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

0 2 19

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA MENGIKUTI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MELALUI PENERAPAN DINAMIKA KELOMPOK (PERMAINAN) ( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman Tahun Ajaran 20122013 )

0 3 199