Tuturan D16 : penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.
4.2.4.4 Subkategori Kesal
Cuplikan Tuturan 51 P : “Le, tumbaske gulo sek neng warung kono”
MT: “Iyo, Bu, mengku disek.” P : “Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.” D13
Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur hendak membuatkan minuman untuk tamunya. MT sedang menyiapkan buku pelajarannya
besok. Penutur menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya. MT tidak langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-
bukunya terlebih dahulu. Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada tamu.
Cuplikan Tuturan 56
MT : “Gimana, Dek, maunya di mana?” P : “Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.” D18
MT : “Ya udah, ibu nurut aja, yang penting sukanya di mana.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang
membicarakan tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga. MT memberi tawaran kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di
UNS. Penutur tidak tertarik melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran MT sambil beranjak meninggalkan MT.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di
atas. Tuturan D13 :
“Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.” Ah, kamu itu kalau diperintah membuat kecewa.
Tuturan D18 : “Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.”
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan D13 : Penutur berbicara di depan tamunya. Penutur tidak melihat
kondisi MT. Penutur membuat MT malu. Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara dengan suara keras.
Tuturan D18 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur
berbicara di depan anggota keluarga yang lain. Penutur mempermalukan MT, tetapi penutur tidak merasa telah mempermalukan MT. Penutur berbicara
dengan ketus. 3
Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan D13 :
tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel ah, nada tutur
tinggi, tekanan keras pada kata gelo, dan diksi bahasa nonstandar dengan
menggunakan bahasa Jawa. Tuturan D18 :
tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang, tekanan keras pada frasa gak mau, dan diksi bahasa nonstandar dengan
menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, aja, gak. 4
Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan D13 :
Tuturan terjadi ketika penutur hendak membuatkan minuman
untuk tamunya. MT sedang menyiapkan buku pelajarannya besok. Penutur menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya. MT tidak
langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-bukunya terlebih dahulu.
Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada
tamu. Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pukul 19.30 WIB, tanggal 20 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 41 tahun. MT
laki-laki berusia 12 tahun. MT adalah anak penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang tidak langsung melaksanakan perintahnya. Tindak verbal
yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung pergi melaksanakan perintah penutur.
Tuturan D18 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang membicarakan
tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga. MT memberi tawaran kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS. Penutur tidak
tertarik melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran MT sambil beranjak meninggalkan MT. Suasana ketika tuturan terjadi serius.
Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur perempuan berusia 22 tahun. MT perempuan berusia 47 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan
dari penutur adalah menolak melanjutkan kuliah di UNS. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT
langsung menuruti kemauan penutur. 5
Maksud Ketidaksantunan Tuturan D13 :
penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada
mitra tutur yang sulit diperintah. Tuturan D18 :
penutur bermaksud protes kepada mitra tutur.
4.2.4.5 Subkategori Meremehkan