Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, dan 5 sistematika penyajian. Berikut adalah uraian dari kelima hal tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial yang senantiasa akan hidup berdampingan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Manusia dapat berinteraksi dengan baik apabila ia mampu berkomunikasi dengan baik pula. Masyarakat manusia, apa pun bentuknya, selalu memerlukan alat atau cara untuk berkomunikasi antar sesama warganya Sumarsono, 2004:53. Alat komunikasi utama untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama manusia adalah bahasa. Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat Chaer, 2011:2. Bahasa yang kita gunakan sehari-hari merupakan suatu sarana untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep, dan perasaan. Manusia akan bersosialisasi dengan sesamanya melalui aktivitas berbahasa yang dapat diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis. Ilmu yang mengkaji tentang bahasa adalah linguistik. Sosok linguistik sebagai ilmu bahasa yang meneliti dan mengkaji seluk-beluk bahasa natural manusia, tidak saja aspek-aspek internal tetapi juga bagian-bagian eksternalnya, di dalam perkembangannya memiliki beberapa cabang atau ranting-ranting ilmu Rahardi, 2003:9. Salah satu cabang ilmu linguistik yang bersifat eksternal adalah pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’ yang dibicarakan Verhaar, 1996:14. Rahardi 2003:16 mengatakan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Karena pragmatik mengkaji maksud penutur sesuai konteks dan lingkungan sosialnya, bidang kajian pragmatik tentu berkaitan dengan kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bidang kajian pragmatik yang sudah banyak diteliti dan dikaji secara mendalam oleh para peneliti. Sementara ketidaksantunan merupakan kajian yang baru mulai dikembangkan. Ketidaksantunan dalam berbahasa merupakan fenomena pragmatik yang baru. Fenomena pragmatik yang tidak dikaji secara mendalam, tentu tidak akan bermanfaat banyak bagi perkembangan ilmu bahasa, khususnya pragmatik. Ketidaksantunan berbahasa ini dapat dikaji dalam berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, keluarga, dan agama. Ketidaksantunan perlu dikaji untuk mempertimbangan bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa yang harus dihindari dalam praktik berkomunikasi. Kajian ini akan dapat memperkuat pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan, keluarga, dan agama, yang ketiga-tiganya merupakan faktor sangat penting dan berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa. Ranah keluarga adalah salah satu bidang kajian ketidaksantunan berbahasa yang menarik untuk dikaji. Keluarga merupakan satuan atau kelompok terkecil dalam masyarakat. Keluarga menjadi titik awal seseorang mulai berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri, komunikasi dalam keluarga adalah salah satu faktor penting pembentukan karakter seseorang. Keluarga adalah tempat bagi seorang anak mengenal bahasa untuk pertama kalinya. Oleh sebab itu, kekhasan bahasa dalam keluarga akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kebahasaan orang- orang yang ada di dalam keluarga tersebut. Begitu pula jika di dalam keluarga kurang memperhatikan bahasa yang santun dalam praktik berkomunikasi tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anggota keluarga tersebut terutama anak yang masih dalam masa perkembangan. Kehidupan sebuah keluarga tentu tidak pernah lepas dari status sosialnya. Cara berkomunikasi dalam kelompok masyarakat terkecil yang tidak lain adalah keluarga sangat erat kaitannya dengan status sosial yang telah melekat pada keluarga itu sendiri. Status sosial ini membagi keluarga dalam kelas-kelas sosial sesuai dengan lingkup pekerjaan dan lingkungannya. Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas Upper Class, menengah Midlle Class, dan bawah Lower Class. Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas. Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, wiraswastawan, pedagang, dan kelompok fungsional lainnya. Sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya. Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada lingkungan itu. Content varian lebih banyak menyangkut variasi strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada lingkungan lainnya Bungin, 2006:49−50. Fenomena komunikasi yang terjadi dalam setiap keluarga tentu berbeda- beda. Komunikasi sosial baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga tentu harus disesuaikan dengan konteks sosialnya. Fenomena komunikasi keluarga pedagang tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan komunikasi dalam keluarga pendidik atau keluarga berstatus sosial lainnya. Bagaimana anggota keluarga pedagang berbahasa tentu tidak luput dari pengaruh lingkungannya. Lingkungan yang tidak jauh dari dunia jual beli tentu akan membawa dampak tersendiri bagi komunikasi dalam keluarga ini. Dunia jual beli memberi efek tersendiri bagi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa keluarga yang berlatar belakang sebagai pedagang. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang tidak lepas dari peristiwa tawar menawar. Ketika menjajakan dagangannya, si penjual tentu akan menggunakan berbagai cara agar dapat menarik perhatian pembeli, salah satunya menggunakan suara dengan volume yang cukup keras. Volume yang keras ini menimbulkan kesan kasar pada bahasa yang digunakan oleh si penjual. Karena sudah menjadi bahasa sehari-hari si pedagang ketika menjajakan dagangannya, bahasa yang terkesan kasar itu akan terbawa dalam komunikasi keluarganya, bahkan menjadi kekhasan bahasa sehari-hari dalam keluarga. Oleh karena itu, pedagang yang berdagang di Pasar Beringharjo memberikan daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh bagaimana ketidaksantunan berbahasa pada keluarga pedagang di pasar yang sangat terkenal di Yogyakarta tersebut. Pasar Beringharjo dipilih oleh peneliti karena pasar tersebut merupakan pasar yang terbesar di Yogyakarta dengan komoditi perdagangan yang sangat bervariasi. Berbagai macam komoditi, baik sandang maupun pangan, dijual di pasar ini. Pedagangnya pun bermacam-macam, baik daerah asal maupun sukunya. Selain pedagangnya yang bermacam-macam, pembeli yang datang ke pasar ini pun berasal dari berbagai daerah dengan beraneka bahasa. Dengan kondisi pasar yang demikian, sangat dimungkinkan terjadinya komunikasi yang terkesan kasar atau kurang santun. Dengan demikian, kemungkinan besar bahasa khas ala pasar yang kurang santun tersebut akan terbawa ketika si pedagang berada di rumah atau berkomunikasi dengan keluarganya. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta yang ditinjau dari kajian linguistik dan pragmatik.

1.2 Rumusan Masalah