Implikatur Deiksis Fenomena Pragmatik

1 Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh 1: Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit. Contoh 2: Jangan menyentuh itu Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata lewat pendengar. Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif. Jenis tindak tutur ini adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh : Saya akan kembali. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata- kata lewat penutur.

2.3.3 Implikatur

Ketika terjadi sebuah tuturan, sesungguhnya penutur dan mitra tutur harus memiliki pemahaman yang sama tentang latar belakang pengetahuan dari topik yang dituturkan oleh penutur. Hal itulah yang akan memperlancar terjadinya komunikasi. Grice 1975 via Rahardi 2005:43 menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. 1 Yule 2006:61 juga memaparkan implikatur secara kompleks. Jika seorang pendengar mendengar suatu tuturan, pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. Informasi itu tentunya memiliki makna lebih banyak daripada sekedar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur. Dengan mengatakan suatu tuturan, penutur berharap pendengar akan mampu menentukan implikatur yang dimaksud dalam konteks berdasarkan pada apa yang sudah diketahui.

2.3.4 Deiksis

Deiksis adalah fenomena pragmatik tentang apa yang ditunjuk oleh penutur berkaitan dengan konteks tuturannya. Yule 2006:13−14 menjabarkan bahwa deiksis adalah istilah teknis dari bahasa Yunani untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis. Ketika seseorang menunjuk suatu objek dan bertanya, “Apa itu?”, maka ia telah menggunakan ungkapan deiksis “itu” untuk menunjuk sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba. Ungkapan-ungkapan deiksis kadang- kala juga disebut indeksikal. Masih oleh Yule, dijelaskan pula bahwa ungkapan-ungkapan itu berada di antara bentuk-bentuk awal yang dituturkan oleh anak-anak yang masih kecil dan dapat digunakan untuk menunjuk orang dengan deiksis pesona ‘ku’, ‘mu’, atau untuk menunjuk tempat dengan deiksis spasial ‘di sini’, ‘di sana’, atau untuk 1 menunjuk waktu dengan deiksis temporal ‘sekarang’, ‘kemudian’. Untuk menafsirkan deiksis-deiksis itu, semua ungkapan bergantung pada penafsiran penutur dan pendengar dalam konteks yang sama. Jelas sekali bahwa deiksis mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur, yang dibedakan secara mendasar antara ungkapan-ungkapan deiksis’dekat penutur’ dan ‘jauh dari penutur’.

2.3.5 Kesantunan