situasi dan suasana terjadinya tuturan, aspek tujuan penutur, aspek tuturan sebagai bentuk tindak atau aktivitas, serta aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.
5.1.2.1 Melanggar Norma
Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma banyak ditandai dengan penggunaan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa; kata fatis
ah, lho, ya, kok, wong, dan halah; nada tutur rendah dan sedang; tekanan lunak; intonasi berita dan tanya.
Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma cenderung dikatakan oleh seorang anak dalam keluarga pedagang; dalam suasana santai; tindak verbal
ekspresif, komisif, dan representatif; tindak perlokusi mitra tutur yang kesal hanya diam, tidak menanggapi tuturan penutur lagi.
5.1.2.2 Mengancam Muka Sepihak
Tuturan lisan tidak santun yang mengancam muka sepihak ditandai dengan penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis kok, sih, lho,dan lah; nada tutur
sedang dan tinggi; tekanan lunak dan keras; intonasi berita, tanya, perintah, dan seru.
Tuturan lisan tidak santun yang mengancam muka dapat dilakukan oleh siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai dan beberapa serius; tindak verbal
ekspresif, direktif, representatif, dan komisif; tindak perlokusi mitra tutur merasa tersinggung, tetapi tidak disadari oleh penutur.
5.1.2.3 Melecehkan Muka
Tuturan lisan tidak santun yang melecehkan muka ditandai dengan penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis heh, kok, yo, wong, ah, sih, halah,
dan mbok; nada tutur rendah, sedang, dan tinggi; tekanan lunak dan keras; intonasi berita, tanya, dan perintah.
Tuturan lisan tidak santun yang melecehkan muka dapat dituturkan oleh siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai, serius; tindak verbal ekspresif,
direktif, dan representatif; tindak perlokusi mitra tutur tersinggung, tetapi tetap melakukan apa yang diinginkan penutur.
5.1.2.4 Menghilangkan Muka
Tuturan lisan tidak santun yang menghilangkan muka ditandai dengan penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis lah, yo, mbok, kok, halah, lho,
weh, ah, dan heh; nada tutur rendah, sedang, dan tinggi pada satu tuturan; tekanan lunak dan keras; intonasi berita, tanya, perintah, dan seru.
Tuturan lisan tidak santun yang menghilangkan muka dapat dikatakan oleh siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai dan serius; tindak verbal
ekspresif, representatif, dan direktif; tindak perlokusi mitra tutur merasa malu
karena tuturan penutur tersebut dikatakan di depan orang lain.
5.1.2.5 Menimbulkan Konflik