penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan. Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun.
Wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun. Penanda ketidaksantunan linguistik
dianalisis berdasarkan intonasi, penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda ketidaksantunan pragmatik berupa konteks
yang melingkupi setiap tuturan. Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra
tutur. Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
4.2.1.1 Subkategori Menolak
Cuplikan tuturan 1 MT : “Gek belajar ndisek, Le, wes wektune belajar ki lho”
P : “Halah, mbok mengko ah, Bu.” A1 Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur disuruh oleh MT untuk
belajar karena sudah waktunya belajar. Penutur sedang menonton TV di ruang tengah. Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di
atas. Tuturan A1 :
“Halah, mbok mengko ah, Bu.” Halah, nanti ah, Bu.
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan A1: Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat
ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati peraturan di rumah.
3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Tuturan A1 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel halah dan ah,
nada tutur sedang, tekanan lunak pada kata mengko, dan diksi bahasa
nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. 4
Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A1 :
tuturan terjadi ketika penutur disuruh oleh MT untuk belajar
karena sudah waktunya belajar. Penutur sedang menonton TV di ruang tengah. Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB. Suasana ketika tuturan
terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari.
Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT perempuan berusia 56 tahun. MT
adalah ibu dari penutur. Tujuan penutur adalah menanggapi dengan kesal tuturan MT yang menyuruh penutur belajar. Tindak verbal yang terjadi adalah
tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT hanya diam, tidak merespons tuturan penutur lagi.
5 Maksud Ketidaksantunan
Tuturan A1 :
penutur bermaksud menunda belajarnya.
4.2.1.2 Subkategori Menentang
Cuplikan tuturan 3 MT : “Waktunya belajar dulu, nontonnya udah”
P : “Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini kok” A3 MT : “Gek belajar sana, nek gak tv-nya tak matiin ini”
Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruh penutur
untuk belajar karena sudah pukul 20.00 WIB, waktu belajar keluarga. Cuplikan tuturan 4
MT : “Kowe ki mbok belajar to” P : “Halah, ora sinau, aku yo iso kok.” A4
Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB,
waktu belajar yang sudah ditetapkan dalam keluarga. MT menyuruh penutur untuk belajar dulu. Penutur merasa dirinya sudah pandai, oleh
karenanya ia tidak mau belajar. Penutur menjawab dengan kesal karena merasa dirinya diatur-atur.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di
atas. Tuturan A3 :
“Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini kok” Tuturan A4 :
“Halah, ora sinau, aku yo iso kok.” Halah, gak belajar, aku
bisa kok. 2
Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A3:
Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati
peraturan di rumah. Penutur menanggapi MT dengan sinis.
Tuturan A4: Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat
ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati peraturan di rumah. Penutur bersikap sinis kepada MT.
3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Tuturan A3 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel ya, wong, dan
kok, nada tutur sedang, tekanan lunak pada kata bentar, serta diksi bahasa
nonstandar dengan menggunakan dengan kata tidak baku bentar, masih, dan
segini; penggunaan istilah bahasa Jawa wong. Tuturan A4 :
tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel yo, halah, dan kok, nada tutur rendah, tekanan lunak pada kata iso, serta diksi bahasa
nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. 4
Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan A3 :
tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang
keluarga. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruh penutur untuk
belajar karena sudah pukul 20.00 WIB waktu belajar keluarga. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai.Tuturan terjadi di rumah pukul
20.10 WIB, tanggal 6 Mei 2013. Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur
adalah menanggapi MT yang menyuruhnya belajar. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal komisif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT
langsung meninggalkan penutur dengan kesal.
Tuturan A4 : tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga
sedang menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, waktu belajar
yang sudah ditetapkan dalam keluarga. MT menyuruh penutur untuk belajar
dulu. Penutur merasa dirinya sudah pandai, oleh karenanya ia tidak mau belajar. Penutur menjawab dengan kesal karena merasa dirinya diatur-atur.
Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur laki-laki berusia 13 tahun. MT perempuan berusia 40
tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi
MT yang menyuruhnya belajar, sementara penutur merasa dirinya bisa tanpa
belajar. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal representatif. Tindak
perlokusi yang terjadi adalah MT langsung diam dan pergi dengan jawaban
penutur yang tidak menuruti nasihatnya. 5
Maksud Ketidaksantunan Tuturan A3 :
penutur bermaksud menunda belajarnya.
Tuturan A4 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya akan
perintah mitra tutur.
4.2.2 Mengancam Muka Sepihak