Tekanan Intonasi Nada Unsur Suprasegmental

1 17 toh bertugas menguatkan maksud; adakalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi. 18 ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta persetujuan atau pendapat kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran. 19 yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau ketidakpastian atas isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila di tengah ujaran.

2.7 Unsur Suprasegmental

Unsur suprasegmental dibedakan atas tekanan, intonasi, dan nada. Berikut akan dipaparkan unsur-unsur suprasegmental tersebut.

2.7.1 Tekanan

Tekanan dalam bahasa Indonesia menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah 1 berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna,mungkin juga tidak distingtif Achmad Alek, 2013:33−34.

2.7.2 Intonasi

Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita deklaratif, kalimat tanya interogatif, dan kalimat perintah imperatif. Kalimat berita deklaratif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat tanya interogatif ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat perintah imperatif ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi Muslich, 2009:115−117. Keraf 1991:2008 menambahkan intonasi seru dalam jajaran intonasi dalam bahasa Indonesia. Intonasi seru tersebut membentuk pola kalimat seru. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati, kekaguman, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat ini biasanya ditandai oleh kata-kata atau ungkapan-ungkapan tertentu, yaitu sungguh, alangkah, betapa, dan dapat juga dinyatakan dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi.

2.7.3 Nada

Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi-rendahnya nada suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis. Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam 1 bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan. Makin tegang pita suara, yang disebabkan oleh arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Begitu juga posisi pita suara. Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi Muslich, 2009:112. Achmad Alek 2013:33−34 menjelaskan bahwa nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuens getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada, yaitu: 1 Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4 2 Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3 3 Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2 4 Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1.

2.8 Teori Maksud