1
penutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan
daripada yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Pragmatik semakin menarik karena melibatkan bagaimana orang
saling memahami satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini
mengharuskan orang untuk saling memahami apa yang ada dalam pikiran mereka. Dari definisi beberapa ahli di atas, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik
merupaka ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan
lingkungan di mana tuturan itu lahir. Dengan demikian, jelaslah bahwa pragmatik adalah ilmu yang terikat konteks. Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik
sangatlah penting dalam kajian ilmu kebahasaan. Tidak mungkin tidak pragmatik diluputkan dalam studi kebahasaan.
2.3 Fenomena Pragmatik
Pragmatik sebagai ilmu bahasa yang terikat konteks mengkaji enam fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, kesantunan, an
ketidaksantunan. Berikut pemaparan dari keenam fenomena tersebut.
2.3.1 Praanggapan
Praanggapan atau presupposisi merupakan unsur penting yang harus saling dipahami oleh penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Penutur beranggapan
1
bahwa terdapat informasi tertentu yang sudah diketahui oleh mitra tuturnya berkenaan dengan tuturan yang akan disampaikan oleh penutur. Oleh karena itu,
informasi tersebut tidak perlu dikatakan meskipun informasi tersebut merupakan
bagian yang harus dipahami oleh mitra tutur bersama dengan tuturan si penutur.
Yule 2006:43 memaparkan bahwa presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan.
Presupposisi ini dimiliki oleh penutur, bukan kalimat. Dalam analisis tentang bagaimana asumsi-asumsi penutur diungkapkan secara khusus, presupposisi sudah
diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur. Berdasarkan hal tersebut, Yule 2006:46 membagi presupposisi menjadi enam
jenis, yaitu presupposisi eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi leksikal, presupposisi nonfaktif, presupposisi struktural, presupposisi faktual tandingan
atau konterfaktual.
2.3.2 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah fenomena pragmatik yang berkenaan dengan tindakan penutur yang ditunjukkan melalui tuturan. Diperjelas oleh Yule 2006:82−84
bahwa tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan
mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Pertama, tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang
bermakna. Kedua, tindak illokusi. Penutur membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Tindak illokusi ditampilkan melalui penekanan
1
komunikatif suatu tuturan. Ketiga, tindak perlokusi. Tentu penutur tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan
itu memiliki akibat. Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklaratif,
representatif, ekspresif, direktif, dan komisif Yule, 2006:92–94. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Pastor
: Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri. Seperti contoh tersebut menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam
konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.
Jenis tindak tutur selanjutnya adalah representatif. Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan.
Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Contoh : Bumi itu datar. Itu merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh
penutur yang
menggambarkannya. Pada
waktu menggunakan
sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia kepercayaannya.
Selanjutnya, tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan
pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh: Sungguh,
saya minta maaf. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman
penutur.
1
Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi
keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh
1: Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit. Contoh 2: Jangan menyentuh itu Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia
dengan kata lewat pendengar. Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif. Jenis tindak tutur ini adalah
jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa
saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh : Saya akan kembali. Pada waktu
menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-
kata lewat penutur.
2.3.3 Implikatur