Subkategori Kesal Menimbulkan Konflik

Tindak perlokusi yang terjadi MT balas marah kepada penutur karena ia merasa dipojokkan. Tuturan E7 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras. Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah pada pagi hari. Penutur perempuan berusia 25 tahun. MT laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang sangat lambat dalam mengerjakan sesuatu. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung menutup pintu kamar dengan keras. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan E5 : penutur bermaksud melarang mitra tutur menuruti setiap permintaan anaknya. Tuturan E7 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur agar lebih bertindak cepat.

4.2.5.4 Subkategori Kesal

Cuplikan Tuturan 62 P : “Bu, aku njaluk dolanan anyar yo” MT: “Yo, tapi mengku yo, Le, ibu lagek ra ndwe duit.” P : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.” E4 MT: “Kamu tu masih kecil udah berani ngomong gitu sama ibu.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang memainkan mainannya. MT sedang membersihkan rumah. Penutur merasa mainannya kurang, ia meminta mainan baru kepada MT. MT menyuruh penutur untuk bersabar karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk penutur. Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah. Penutur membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit. Karena dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya. Cuplikan Tuturan 64 P : “Kowe ra sekolah?” MT: “Ora bu, loro weteng.” P : “Anak kok bandel, nakal, kurangajar” E6 Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru saja pulang dari pasar. Sesampai di rumah, penutur mendapat laporan dari nenek MT bahwa MT membolos dari sekolah. Penutur langsung menghampiri MT yang berada di meja makan hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi MT yang bandel tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya. Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal. Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di atas. Tuturan E4 : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.” Halah, ibu itu pelit sekali, tidak seperti bapak. Tuturan E6 : “Anak kok bandel, nakal, kurangajar” 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan E4 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur menyindir MT dengan membandingkan MT dengan ayahnya. Penutur berbicara dengan orang tua. Penutur tadinya masih bersabar menjadi marah. Tuturan E6 : Penutur berbicara dengan suara keras Penutur berbicara dengan berkacak pinggang. Penutur berbicara menggunakan kata-kata kasar. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan E4 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel halah, nada tutur sedang, tekanan keras pada kata pelit, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. Tuturan E6 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, partikel kok, nada tutur tinggi, tekanan keras pada kata bandel, nakal, kurangajar, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan kata umpatan bandel, nakal, kurangajar. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan E4 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang memainkan mainannya. MT sedang membersihkan rumah. Penutur merasa mainannya kurang, ia meminta mainan baru kepada MT. MT menyuruh penutur untuk bersabar karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk penutur. Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah. Penutur membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit. Karena dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. Penutur laki-laki berusia 11 tahun. MT perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah marah kepada MT karena tidak dibelikan mainan. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung memarahi penutur yang tidak mau mengerti keadaan orang tuanya. Tuturan E6 : Tuturan terjadi ketika penutur baru saja pulang dari pasar. Sesampai di rumah, penutur mendapat laporan dari nenek MT bahwa MT membolos dari sekolah. Penutur langsung menghampiri MT yang berada di meja makan hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi MT yang bandel tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya. Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal. Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. Penutur perempuan berusia 40 tahun. MT laki-laki berusia 13 tahun. MT adalah anak dari penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang bolos sekolah. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT tidak membalas perkataan itu, tetapi membanting piring yang sedang dipegangnya lalu pergi sampai larut malam. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan E4 : penutur bermaksud protes kepada mitra tutur yang tidak membelikannya mainan. Tuturan E6 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada mitra tutur yang tidak berangkat sekolah.

4.3 Pembahasan

Data yang telah dianalisis pada bagian sebelumnya akan dibahas secara mendalam pada subbab ini. Secara berurutan, data akan dibahas berdasarkan kategori ketidaksantunan berbahasa dan subkategaori ketidaksantunan berbahasa. Berikut pembahasan dari penelitian ini.

4.3.1 Melanggar norma

Locher dan Watts 2008 berpandangan bahwa perilaku tidak santun adalah perilaku yang secara normatif dianggap negatif negatively marked behavior, lantaran melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Juga mereka menegaskan bahwa ketidaksantunan merupakan peranti untuk menegosiasikan hubungan antarsesama a means to negotiate meaning. Locher dan Watts lebih menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif dianggap negatif, karena dianggap melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau keluarga tertentu. Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma sesuai dengan pandangan Locher dan Watts dikategorikan dalam dua subkategori. Subkategori menolak dan menentang dalam kategori ini hanya menimbulkan efek tersinggung pada si mitra tutur yang biasanya membuat mitra tutur hanya terdiam.