4.2.2.3 Subkategori Menyindir
Cuplikan Tuturan 8
P : “Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok sini lho” B4 MT: “Eh, iya, Mbak. Ini bentar lagi kok.”
Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang membuat minum untuk penutur. MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang
tamu. Jarak dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara dengan nada sedang. Penutur mengatakan
tuturan hanya dengan maksud bercanda. MT merasa dirinya disindir karena terlalu sibuk padahal sedang ada tamu.
Cuplikan Tuturan 13 MT: “Mbak, aku nitip helm yo?”
P : “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro sebulan?” B9
MT: “Yowes, Mbak, ra sido.”
Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT baru saja datang, tetapi hendak pergi lagi. MT menitipkan
helmnya kepada penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm. Penutur mengatakan tuturan dengan maksud bercanda. Penutur tidak tahu
bahwa tuturan sudah menyinggung MT. MT merasa tidak boleh menitipkan helmnya kepada penutur.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di
atas. Tuturan B4 :
“Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok sini lho”
Tuturan B9 : “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro
sebulan?” Kamu nitip helm ada pajaknya lho. Berani bayar berapa sebulan?
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan B4 : Penutur berbicara ketika MT tengah sibuk. Penutur tidak
menyadari bahwa MT tersinggung karena tuturannya. Tuturan B9 :
Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara tanpa mempedulikan MT yang tersinggung akibat tuturannya. Penutur bersikap
santai saja. 3
Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan B4 :
tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel sih dan lho, nada tutur sedang, tekanan keras pada frasa sibuk banget sih, serta diksi bahasa
nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku mbaknya dan banget;
penggunaan istilah bahasa Jawa mbok. Tuturan B9 :
tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, partikel lho, nada tutur sedang, tekanan keras pada kata piro, serta diksi bahasa nonstandar dengan
menggunakan bahasa Jawa. 4
Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan B4 :
Tuturan terjadi ketika MT sedang membuat minum untuk
penutur. MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang tamu. Jarak
dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara
dengan nada sedang. Penutur mengatakan tuturan hanya dengan maksud
bercanda. MT merasa dirinya disindir karena terlalu sibuk padahal sedang ada
tamu. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 22 April 2013. Penutur perempuan berusia 23 tahun. MT
perempuan berusia 19 tahun. Tujuan dari penutur adalah menyuruh MT untuk
ikut berbincang-bincang bersama. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi MT langsung buru-buru
menyelesaika pekerjaannya. Tuturan B9 :
Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT baru saja datang, tetapi hendak pergi lagi. MT menitipkan helmnya kepada
penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm. Penutur mengatakan
tuturan dengan maksud bercanda. Penutur tidak tahu bahwa tuturan sudah
menyinggung MT. MT merasa tidak boleh menitipkan helmnya kepada penutur. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah pada
sore hari. Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT perempuan berusia 24 tahun. MT adalah adik sepupu penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi
permintaan MT yang hendak menitipkan helmnya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT
langsung pergi dengan memakai helmnya kembali. 5
Maksud Ketidaksantunan Tuturan B4
: penutur hanya bermaksud basa-basi dengan mitra tutur.
Tuturan B9 :
penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.
4.2.2.4 Subkategori Memperingatkan