Subkategori Memperingatkan Menimbulkan Konflik

4.2.5.3 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan Tuturan 63 P : “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.” E5 MT: “Wong nggolek duit ki yo pancen ngge anak lho, Bu.” P : “Yo, tapi kwi kan marai tuman, Pak. Kwe ki manjakke anak tenan.” MT: “Halah, Bu. Kwe ki opo-opo mung nyalahke.” Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan anaknya. MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur. MT lalu membela diri, tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak. MT semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus. Cuplikan Tuturan 65 P : “Aku juga butuh makan, cepetan” E7 MT: “Sabar kenapa sih” Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras. 1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di atas. Tuturan E5 : “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.” Pak, kamu apa-apa untuk anak dibelikan. Seperti itu membuat kebiasaan. Tuturan E7 : “Aku juga butuh makan, cepetan” 2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan E5 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara sambil mengerjakan pekerjaan lain. Penutur berbicara tanpa melihat MT. Penutur memancing emosi dan adu mulut dengan MT. Tuturan E7 : Penutur berbicara dengan suara keras. Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur berbicara dengan ketus. 3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik Tuturan E5 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang, tekanan lunak pada frasa marai tuman, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. Tuturan E7 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, nada tutur tinggi, tekanan keras pada kata cepetan, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu butuh, cepetan. 4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Tuturan E5 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan anaknya. MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur. MT lalu membela diri, tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak. MT semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus. Tuturan terjadi dalam suasana serius. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur perempuan berusia 37 tahun. MT laki-laki berusia 40 tahun. MT adalah suami dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menegur MT yang selalu menuruti permintaan anaknya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi MT balas marah kepada penutur karena ia merasa dipojokkan. Tuturan E7 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras. Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah pada pagi hari. Penutur perempuan berusia 25 tahun. MT laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang sangat lambat dalam mengerjakan sesuatu. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung menutup pintu kamar dengan keras. 5 Maksud Ketidaksantunan Tuturan E5 : penutur bermaksud melarang mitra tutur menuruti setiap permintaan anaknya. Tuturan E7 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur agar lebih bertindak cepat.

4.2.5.4 Subkategori Kesal