santun. Penanda ketidaksantunan linguistik dianalisis berdasarkan intonasi, penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda
ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang melingkupi setiap tuturan. Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika
mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra tutur. Berikut adalah analisis tuturan dari kelima subkategori tersebut.
4.2.2.1 Subkategori Kesal
Cuplikan Tuturan 5 MT : “Wedange endi, Kung?”
P : “Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung kok.” B1 Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur sedang membersihkan
kandang burung peliharaannya. MT sedang bermain dengan temannya. MT meminta dibuatkan susu. Sebelumnya, MT sudah menghabiskan
minuman penutur. Penutur mengatakan tuturannya sambil asyik memandikan burung peliharaannya tanpa melihat MT. MT merasa
penutur memarahi dirinya karena sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya membuat MT menangis.
Cuplikan Tuturan 6
P : “Sayur e endi bu? Emoh mangan aku nek gak enek sayur e.” B2 MT: “Mbok sabar to le, kowe ki ra ndelok ibu sibuk po iki.”
P : “La wong aku ngelih lho.” Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari sekolah.
MT sedang menyapu lantai rumah. Penutur hendak makan, lalu ia membuka tudung saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur tidak mau
makan jika tidak ada sayur. Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur
untuk penutur. Tuturan terjadi dalam suasana serius.
1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di
atas. Tuturan B1 :
“Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung kok.” Apa. Kamu
menghabiskan minum kung kok. Tuturan B2 :
“Sayur e endi, Bu? Emoh mangan aku nek gak enek sayur e.” Sayurnya mana, Bu? Tidak mau makan aku kalau tidak ada
sayurnya.
2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan B1 : Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak merasa
menyinggung MT. Penutur mempedulikan akibat dari tuturannya. Tuturan B2 :
Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak
mempedulikan akibat dari tuturannya. Penutur tidak merasa membuat MT tersinggung.
3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Tuturan B1 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel wong dan kok,
nada tutur sedang, tekanan lunak pada frasa kowe ngentekke, serta diksi bahasa
nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. Tuturan B2 :
tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, nada tutur tinggi, tekanan keras pada frasa sayur e endi, diksi bahasa nonstandar dengan
menggunakan bahasa Jawa.
4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik
Tuturan B1 : tuturan terjadi ketika penutur sedang membersihkan kandang
burung peliharaannya. MT sedang bermain dengan temannya. MT meminta dibuatkan susu. Sebelumnya, MT sudah menghabiskan minuman penutur.
Penutur mengatakan tuturannya sambil asyik memandikan burung peliharaannya tanpa melihat MT. MT merasa penutur memarahi dirinya karena
sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya membuat MT menangis. Tuturan terjadi dalam suasana santai.
Tuturan terjadi di halaman rumah pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. Penutur laki-laki berusia 60 tahun. MT laki-laki berusia 3 tahun. MT adalah
cucu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi dengan kesal permintaan MT yang minta dibuatkan susu. Tindak verbal yang terjadi adalah
tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung
menangis dan berlari ke pelukan ibunya. Tuturan B2 :
tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari sekolah. MT sedang menyapu lantai rumah. Penutur hendak makan, lalu ia membuka tudung
saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur tidak mau makan jika tidak ada sayur. Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan
MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk penutur. Tuturan terjadi dalam suasana serius. Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. Penutur laki-
laki berusia11 tahun. MT perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur bertanya dengan kesal sayur yang seharusnya
sudah tersedia di meja makan. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal
ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung buru-buru
memasak sayur untuk penutur. 5
Maksud Ketidaksantunan Tuturan B1 :
penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya terhadap mitra tutur yang menghabiskan minumannya.
Tuturan B2 : penutur bermaksud memprotes mitra tutur yang tidak
menyediakan sayur.
4.2.2.2 Subkategori Memerintah