Aspek-aspek Fisik Penutur dan Mitra Tutur

tujuan, pada maksud, maka dikatakan sebagai ‘goal-oriented activity’, tidak berhenti di situ pula, dapat ditegaskan bahwa tindakan-tindakan verbal yang berorientasi tujuan berciri fungsional. Bentuk kebahasaan itu, secara pragmatik selalu didasarkan pada fungsi function, bukan semata-mata bentuk forms, karena setiap bentuk kebahasaan sesungguhnya sekaligus merupakan bentuk tindak verbal, yang secara fungsional selalu memiliki maksud dan tujuan. Jadi, dalam pragmatik pandangan yang dijadikan dasar selalu berfokus pada ‘fungsi’ pada ‘kegunaan’ atau ‘use’, dan semuanya selalu harus didasarkan pada maksud atau tujuan. Misalnya kita masuk gang-gang tertentu di Yogyakarta atau mungkin daerah lainnya di Jawa, Anda akan mendapati peringatan seperti, ‘JBM 19.00- 21.00’. Secara fungsional, bentuk kebahasaan kedua, ‘JBM 19.00-21.00’ digunakan untuk memberikan pengetahuan bagi warganya terkait jam belajar masyarakat yang diberlakukan mulai pukul 19.00 hingga pukul 21.00. Jadi jelas sekali, setiap tuturan—bukan kalimat karena kalau sebutannya kalimat pasti berdimensi nonpragmatik—pasti berorientasi pada fungsi, bukan pada bentuk. Maka, kentara sekali pragmatik itu menggunakan paradigma fungsionalisme, bukan paradigma formalisme seperti yang lazimnya dianut dalam gramatika. Seperti yang diungkapkan Halliday melalui Baryadi, 2007:61 yang menjelaskan bahwa pragmatik berorientasi pada teori linguistik fungsional.

2.4.4 Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Aspek keempat dari situasi tuturan sebagamana yang disampaikan Leech 1983 adalah bahwa tuturan itu harus selalu dianggap sebagai tindak verbal. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau wujud dari sebuah aktivitas linguistik, merupakan bidang pokok yang dikaji di dalam pragmatik karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang sungguh-sungguh terdapat dalam situasi dan suasana pertuturan tertentu. Lebih lanjut, tuturan sebagai bentuk tindakan ialah maujud-maujud atau entitas-entitas kebahasaan yang sifatnya tidak dinamis dan selalu tetap saja keberadaannya. Tindak-tindak verbal verbal acts ini menjadi titik fokus kajian pragmatik serta membedakan antara pragmatik yang memfokuskan kajiannya pada tindak-tindak verbal verbal acts dengan semantik yang berorientasi pokok pada proposisi atau ‘proposisition’, dan entitas-entitas kebahasaan, khususnya frasa dan kalimat dalam sintaksis.

2.4.5 Tuturan sebagai produk tindak verbal

Aspek kelima dari situasi tutur yang disampaikan Leech 1983 adalah bahwa tuturan itu menjadi produk tindak verbal. Misalnya ada seorang guru di dalam kelas yang mengatakan, ‘Kapurnya habis’ kepada para siswa, maka sesungguhnya produk tindak verbal yang diharapkan dari tuturan itu adalah supaya ada tindakan mengambilkan kapur oleh salah seorang siswa. Jadi, itulah sesungguhnya tuturan yang berdimensi produk tindak verbal. Kelima aspek situasi yang disampaikan di depan itu menjadi penentu makna sebuah tuturan. Dengan perkataan lain pula, sesungguhnya itulah yang dimaksud dengan konteks pragmatik. Tuturan dapat dikatakan sebagai produk dari tindak verbal di dalam aktivitas bertutur sapa karena pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses pertuturan itu adalah hasil atau produk dari tindakan verbal dari para pelibat tuturnya, dengan segala macam pertimbangan konteks situasi sosio-kultural dan aneka macam kendala konteks yang melingkupi dan mewadahinya. Jadi jelas, bahwa sebenarnya tuturan atau ujaran itu tidak dapat disamakan dengan kalimat. Kalimat pada hakikatnya adalah entitas produk struktural atau produk gramatikal, sedangkan tuturan atau ujaran itu merupakan hasil atau produk dari tindakan verbal yang hadir dalam proses pertuturan. Berkaitan dengan kenyataan ini maka sesungguhnya sebuah tuturan dapat dianggap sebagai maujud tindak tutur, atau sebagai manifestasi dari tindak ujar, tetapi pada sisi lain dapat juga dianggap sebagai produk dari tindak ujar itu sendiri Rahardi, 2007: 22. Sebuah tuturan sebenarnya dapat mengandung dua macam perwujudan, pertama adalah sebagai wujud dari tindak tutur sentence instance dan yang kedua adalah wujud dari sebuah produk tindak tutur itu sendiri sentence token. Perwujudan tersebut banyak dikaji dalam pragmatik dan objek kebahasaan itu menjadi titik fokus dari kajian dan penelitian ilmu bahasa pragmatik yang berkembang hingga saat ini.