Penanda Ketidaksantunan Linguistik Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D2: peringatan yang memojokkan mitra tutur terkait alat komunikasinya yang berbunyi saat remedial berlangsung di kelas dan memintanya untuk segera mematikan. Tuturan D7: menyuruh mitra tutur untuk menjawab pertanyaan dari penutur tanpa membaca buku yang bersifat mengancam mitra tutur. Tuturan D9: ancaman kepada mitra tutur untuk mengulangi materi yang disampaikan karena dirasa terlalu cepat. Tuturan D14: teguran yang bersifat mengancam kepada mitra tutur karena sibuk berbicara dengan teman dan tidak memerhatikan penjelasan materi dari penutur.

4.2.5 Menghilangkan Muka

Pemahaman Jonathan Culpeper 2008: 3 tentang ketidaksantunan berbahasa adalah sebagai berikut: ‘Impoliteness, as I would define it, involves communicative behavior intending to cause the “face loss” of a target or perceived by the target to be so.’ Dia memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’— kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘ilang raine’ hilang mukanya. Tuturan-tuturan yang mengandung kehilangan muka dianalisis sebagai berikut. Cuplikan Tuturan 21 Penutur: guru perempuan, umur 26 tahun Mitra tutur: siswa kelas XI, umur 16 tahun A: Buk, permisi mau izin keluar. B: Ehhh, kamu gimana malah mau keluar Gimana penilaianmu terhadap temanmu? Siapa yang mau menggantikan? E1 Konteks tuturan: Ada siswa yang maju ke depan untuk membacakan teks berita. Setiap siswa harus memberikan penilaian terhadap teman lain yang maju ke depan. Di sisi lain, mitra tutur meminta izin kepada penutur untuk keluar ke kamar mandi. Penutur merasa siswa tersebut kurang bisa menghargai temannya saat maju ke depan. Cuplikan Tuturan 22 Penutur: guru perempuan, umur 26 tahun Mitra tutur: siswa kelas XI, umur 17 tahun mitra tutur sibuk dengan dirinya sendiri di depan kelas A: Ayo Kamu ini buang-buang waktu saja Mana rambut berantakan Gimana kamu ini, inikan ulangan E2 B: Iya-iya buk. Konteks tuturan: Mitra tutur diminta maju ke depan kelas untuk membacakan teks berita. Mitra tutur tidak segera membacakan tetapi malah sembrono di depan kelas. Penutur merasa bahwa mitra tutur tersebut terlalu membuang-buang waktu di depan kelas. Cuplikan Tuturan 23 Penutur: guru perempuan, umur 30 tahun Mitra tutur: siswa kelas X, umur 16 tahun saat remedial berlangsung, tiba-tiba terdengar suara bunyi HP A: Punya siapa itu yang bunyi? B: tidak menjawab A: penutur sambil mencari sumber bunyi HP tersebut Ow.. punya kamu ya? B: Bukan, buk. Bukan punya saya. A: Saya ambil yaaa? Asiikk, lumayan punya HP bagus satu atau dua minggu. Saya ganti sim card biar saya pakai. E3 Konteks tuturan: Suasana ketika remedial berlangsung di kelas.Tiba-tiba terdengar bunyi HP dari dalam tas mitra tutur. Penutur berusaha mencari tahu tas yang di dalamnya terdapat HP yang aktif saat proses remedial tersebut . Cuplikan Tuturan 24 Penutur: siswa kelas X, umur 14 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 30 tahun mitra tutur sedang menjelaskan materi tentang seksualitas A: Jadi, untuk aborsi di kelas XI aja ya? B: Kenapa buk emangnya? Nggak punya bahan lagi po? E6 A: Iya e Konteks tuturan: Mitra tutur sedang menjelaskan materi tentang seksualitas. Mitra tutur mengatakan kepada penutur untuk materi aborsi di kelas dua saja. Cuplikan Tuturan 25 Penutur: siswa kelas X, umur 15 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 35 tahun mitra tutur sedang menjelaskan materi di depan kelas tetapi terkesan ‘pilih kasih’ A: Pak, di kelas ini muridnya ada berapa e? Kenapa yang diperhatikan cuma mereka? E9 B: mitra tutur bingung terhadap reaksi protes penutur Konteks tuturan: Pelajaran sedang berlangsung di kelas. Mitra tutur terkesan ‘pilih kasih’ dengan siswa. Penutur menjadi salah satu siswa yang ‘kurang diperhatikan’ oleh mitra tutur. penutur menyampaikan protes di depan kelas.

4.2.5.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan yang menghilangkan muka. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut. Tuturan E1: Ehhh, kamu gimana malah mau keluar Gimana penilaianmu terhadap temanmu? Siapa yang mau menggantikan? Tuturan E2: Ayo Kamu ini buang-buang waktu saja Mana rambut berantakan Gimana kamu ini, inikan ulangan Tuturan E3: Saya ambil yaaa? Asiikk, lumayan punya HP bagus satu atau dua minggu. Saya ganti sim card biar saya pakai. Tuturan E6: Kenapa buk emangnya? Nggak punya bahan lagi po? Tuturan E9: Pak, di kelas ini muridnya ada berapa e? Kenapa yang diperhatikan cuma mereka?

4.2.5.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks yang menyertai tuturan. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang menghilangkan muka ialah sebagai berikut. Tuturan E1: ada siswa yang maju ke depan untuk membacakan teks berita. Setiap siswa harus memberikan penilaian terhadap teman lain yang maju ke depan. Di sisi lain, mitra tutur meminta izin kepada penutur untuk keluar ke kamar mandi. Penutur merasa siswa tersebut kurang bisa menghargai temannya saat maju ke depan. Tuturan E2: mitra tutur diminta maju ke depan kelas untuk membacakan teks berita. Mitra tutur tidak segera membacakan tetapi malah sembrono di depan kelas. Penutur merasa bahwa mitra tutur tersebut terlalu membuang-buang waktu di depan kelas.