Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Menghilangkan Muka
Penutur berusaha mencari tahu tas yang di dalamnya terdapat HP yang aktif saat proses remedial tersebut. Tuturan yang disampaikan penutur seperti dalam tuturan
E3 merupakan tindak verbal asertif yakni saat itu memang benar HP mitra tutur berbunyi ketika sedang jam pelajaran dan tepatnya saat remedial berlangsung.
Penutur dalam tuturan E3 ialah guru perempuan berumur 30 tahun dan mitra tuturnya ialah siswa kelas X SMA berumur 16 tahun. Tindak perlokusinya ialah
penutur mengharapkan supaya mitra tutur tidak mengaktifkan HP saat proses KBM berlangsung.
Tuturan E6
Konteks tuturan E6 terjadi di ruang BK tanggal 21 November 2012 ketika mitra tutur sedang menjelaskan materi tentang seksualitas. Mitra tutur mengatakan
kepada penutur untuk materi aborsi di kelas dua saja. Tuturan E6 berupa tindak verbal asertif karena mitra tutur memang tidak memiliki bahan lain tentang
seksualitas untuk diberikan di kelas XI apabila materi mengenai aborsi sudah diberikan di kelas X. Penutur dalam tuturan E6 ialah siswa kelas X berumur 14
tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya ialah penutur mengharapkan supaya mitra tutur mempersiapkan bahan
lebih banyak lagi.
Tuturan E9
Konteks tuturan E9 terjadi di kelas tanggal 9 November 2012 ketika pelajaran sedang berlangsung. Mitra tutur terkesan ‘pilih kasih’ dengan siswa.
Penutur menjadi salah satu siswa yang ‘kurang diperhatikan’ oleh mitra tutur. Penutur
menyampaikan protes di depan kelas. Tuturan E9 berupa tindak verbal ekspresif karena tuturan E9 merupakan ekspresi penutur yang merasa kesal karena tidak
diperhatikan oleh mitra tutur. Penutur dalam tuturan E9 ialah siswa kelas X, berumur 15 tahun dan mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 35 tahun. Tindak
perlokusinya ialah mitra tutur memberikan perhatian yang sama bagi semua siswa di kelas tersebut.