Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Berupa Kesembronoan

Tuturan D9: Pak ulangi to Jangan cepet-cepet Tuturan D14: Kamu mau ikut olahraga tidak? Kalau tidak, silahkan keluar saja

4.2.4.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks yang menyertai tuturan. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang mengancam muka ialah sebagai berikut. Tuturan D1: ada kelompok yang sedang maju presentasi. Penutur tiba-tiba memotong presentasi mitra tutur karena dirasa penjelasannya masih kurang. Tuturan D2: suasana ketika remedial berlangsung di kelas. Tiba-tiba terdengar bunyi HP dari dalam tas mitra tutur. Penutur berusaha mencari tahu tas yang di dalamnya terdapat HP yang aktif tersebut. Saat diketahui ternyata pemilik HP tersebut adalah mitra tutur yang mengikuti remedial. Tuturan D7: suasana terjadi ketika penutur sedang menjelaskan materi. Mitra tutur ribut sendiri di belakang dan tidak memerhatikan. Penutur memberikan pertanyaan kepada mitra tutur terkait materi yang baru saja diberikan. Penutur meminta mitra tutur untuk menjawab pertanyaan. Tuturan D9: suasana ketika mitra tutur terlalu cepat dalam menjelaskan. Penutur tidak dapat mengikuti pelajaran tersebut. Tuturan D14: penutur sedang menjelaskan materi pelajaran di lapangan olahraga. Mitra tutur sibuk berbicara dengan teman sebelahnya di belakang. Penutur masih sambil menjelaskan materi, penutur tiba-tiba mendatangi mitra tutur.

4.2.4.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan linguistik yang mengancam muka ialah sebagai berikut. Tuturan D1: nada tinggi, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan berupa bahasa standar. Tuturan D2: nada tinggi, tekanan sedang, intonasi perintah, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan interferensi ke dalam bahasa Jawa yaitu pateni sek. Tuturan D7: nada tinggi, tekanan keras, intonasi perintah, dan diksi yang digunakan ialah bahasa nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku nggak. Tuturan D9: nada tinggi, tekanan keras, intonasi perintah, dan diksi yang digunakan ialah kata nonstandar yang ditunjukkan dengan penggunaan interferensi ke dalam bahasa Jawa cepet-cepet dan penggunaan kata fatis to. Tuturan D14: nada tinggi, tekanan sedang, intonasi perintah, dan diksi yang digunakan ialah kata populer yang berupa kata olahraga.

4.2.4.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yang berupa penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selain itu, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat pula berdasarkan informasi indeksal tuturan yang meliputi tindak verbal