Kata Fatis Pilihan Kata

ketidaksantunan berbahasa yang diucapkan baik antara guru kepada siswa maupun siswa kepada guru.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan fenomena ketidaksantunan berbahasa karena peneliti akan menguraikan peritiwa tutur antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode simak dan metode cakap. Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap Mahsun, 2005: 92. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan itu diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data menyadap penggunaan bahasa para guru dan siswa. Selanjutnya, teknik sadap sebagai teknik dasar ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap. Dalam teknik simak libat cakap, peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam dialog Mahsun, 2005: 93, penyimakan ini diwujudkan ke dalam pencatatan dengan teknik catat. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan peneliti ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Selain itu, peneliti juga menggunakan metode cakap. Metode cakap adalah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan Mahsun, 2005: 95. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. Selanjutnya, teknik dasar tersebut dijabarkan ke dalam dua teknik lanjutan yakni teknik lanjutan cakap semuka dan teknik lanjutan cakap tansemuka. Teknik lanjutan cakap semuka berarti peneliti langsung melakukan percakapan dengan pengguna bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan berupa daftar pertanyaan atau secara spontanitas, maksudnya pancingan dapat muncul di tengah-tengah percakapan. Teknik lanjutan cakap tansemuka berarti peneliti tidak secara langsung melakukan percakapan dengan pengguna bahasa menyajikan kasus atau situasi. Kedua teknik tersebut dapat dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara terbuka maupun tersembunyi, sehingga hasilnya dapat diperoleh data kebahasaan yang berupa tuturan-tuturan kebahasaan yang di dalamnya mengandung wujud