Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Mengancam muka

mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 25 tahun. Tindak perlokusinya ialah penutur mengharapkan supaya mitra tutur lebih pelan dalam menjelaskan materi pelajaran. Tuturan D14 Konteks tuturan D14 terjadi di lapangan olahraga tanggal 14 November 2012 ketika penutur sedang menjelaskan materi pelajaran. Mitra tutur sibuk berbicara dengan teman sebelahnya di belakang. Penutur masih sambil menjelaskan materi, Penutur tiba-tiba mendatangi mitra tutur untuk menegur. Tuturan yang disampaikan penutur D14 merupakan tindak verbal direktif karena penutur menginginkan agar mitra tutur memerhatikan penutur ketika sedang menjelaskan. Apabila mitra tutur memang tidak mau mengikuti pelajaran, penutur meminta untuk keluar dari lapangan saja. Penutur dalam tuturan D14 ialah guru perempuan berumur 43 tahun dan mitra tuturnya ialah siswa kelas XI berumur 16 tahun. Tindak perlokusinya ialah penutur mengharapkan supaya mitra tutur menghargai penutur ketika sedang menjelaskan dengan cara diam, tidak berbicara dengan teman di sebelahnya.

4.2.4.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Mengancam Muka

Makna ketidaksantunan berbahasa yang mengancam muka secara umum ialah memojokkan dan mengancam mitra tutur. Adapun makna dari masing-masing tuturan yang mengancam muka ialah sebagai berikut. Tuturan D1: peringatan dan terkesan memberikan juga ancaman bagi mitra tutur terkait bahan presentasi yang masih kurang. Tuturan D2: peringatan yang memojokkan mitra tutur terkait alat komunikasinya yang berbunyi saat remedial berlangsung di kelas dan memintanya untuk segera mematikan. Tuturan D7: menyuruh mitra tutur untuk menjawab pertanyaan dari penutur tanpa membaca buku yang bersifat mengancam mitra tutur. Tuturan D9: ancaman kepada mitra tutur untuk mengulangi materi yang disampaikan karena dirasa terlalu cepat. Tuturan D14: teguran yang bersifat mengancam kepada mitra tutur karena sibuk berbicara dengan teman dan tidak memerhatikan penjelasan materi dari penutur.

4.2.5 Menghilangkan Muka

Pemahaman Jonathan Culpeper 2008: 3 tentang ketidaksantunan berbahasa adalah sebagai berikut: ‘Impoliteness, as I would define it, involves communicative behavior intending to cause the “face loss” of a target or perceived by the target to be so.’ Dia memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’— kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘ilang raine’ hilang mukanya. Tuturan-tuturan yang mengandung kehilangan muka dianalisis sebagai berikut. Cuplikan Tuturan 21 Penutur: guru perempuan, umur 26 tahun Mitra tutur: siswa kelas XI, umur 16 tahun