Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Melecehkan Muka

Tuturan B5: tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur memberikan kisi-kisi jumlah soal UAS pilihan ganda yang berjumlah 40 soal kepada penutur. Penutur merasa soal yang berjumlah 40 tersebut terlalu banyak. Tuturan B7: tuturan tersebut dituturkan pada saat penutur melihat mitra tutur yang sebelumnya badannya agak gemuk tetapi sekarang semakin kurus. Nilai pelajaran mitra tutur juga menurun.

4.2.2.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan linguistik yang memain-mainkan muka sebagai berikut. Tuturan B2: nada rendah, tekanan lemah, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku buk dan penggunaan interferensi ke dalam bahasa Jawa lali. Tuturan B3: nada sedang, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku nggak dan kata populer pelajaran. Tuturan B4: nada rendah, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah Tuturan B5: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar dan kata slang. Bahasa nonstandar ditunjukkan oleh penggunaan kata seru weh, kata fatis ha dan kok, dan kata tidak baku banget, sedangkan kata slang ditunjukkan dengan penggunaan kata ciyus. Tuturan B7: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku aja.

4.2.2.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yang berupa penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selain itu, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat pula berdasarkan informasi indeksal tuturan yang meliputi tindak verbal dan tindak perlokusi. Penanda ketidaksantunan pragmatik dalam tuturan yang memain-mainkan muka sebagai berikut. Tuturan B2 Konteks tuturan B2 terjadi di kelas tanggal 9 November 2012 pada saat mitra tutur menanyakan kepada penutur yang tidak maju presentasi terkait masalahnya. Penutur merasa dia tidak presentasi karena tidak membawa bahannya. Tuturan B2 merupakan tindak verbal asertif karena penutur saat itu memang tidak mengikuti presentasi karena bahan presentasi ada di kertas. Suasana dalam tuturan B2 sedang serius karena saat itu akan diadakan presentasi. Penutur dalam tuturan B2 tersebut ialah siswa kelas X berumur 15 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur memberikan