Konteks Sebuah Tuturan Konteks Tuturan

aspek situasi yang disampaikan di depan itu menjadi penentu makna sebuah tuturan. Dengan perkataan lain pula, sesungguhnya itulah yang dimaksud dengan konteks pragmatik. Tuturan dapat dikatakan sebagai produk dari tindak verbal di dalam aktivitas bertutur sapa karena pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses pertuturan itu adalah hasil atau produk dari tindakan verbal dari para pelibat tuturnya, dengan segala macam pertimbangan konteks situasi sosio-kultural dan aneka macam kendala konteks yang melingkupi dan mewadahinya. Jadi jelas, bahwa sebenarnya tuturan atau ujaran itu tidak dapat disamakan dengan kalimat. Kalimat pada hakikatnya adalah entitas produk struktural atau produk gramatikal, sedangkan tuturan atau ujaran itu merupakan hasil atau produk dari tindakan verbal yang hadir dalam proses pertuturan. Berkaitan dengan kenyataan ini maka sesungguhnya sebuah tuturan dapat dianggap sebagai maujud tindak tutur, atau sebagai manifestasi dari tindak ujar, tetapi pada sisi lain dapat juga dianggap sebagai produk dari tindak ujar itu sendiri Rahardi, 2007: 22. Sebuah tuturan sebenarnya dapat mengandung dua macam perwujudan, pertama adalah sebagai wujud dari tindak tutur sentence instance dan yang kedua adalah wujud dari sebuah produk tindak tutur itu sendiri sentence token. Perwujudan tersebut banyak dikaji dalam pragmatik dan objek kebahasaan itu menjadi titik fokus dari kajian dan penelitian ilmu bahasa pragmatik yang berkembang hingga saat ini.

2.4.6 Rangkuman

Berdasarkan definisi konteks di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks sangat diperlukan dalam pragmatik. Pengertian konteks dapat didefinisikan sebagai berikut, konteks merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan situasi dan kondisi penutur dan mitra tutur yang mempunyai latar belakang pemahaman dan asumsi yang sama terhadap suatu hal dalam berkomunikasi. Konteks tersebut meliputi penutur, mitra tutur, di mana, kapan, tujuan tutur, usia, jenis kelamin, emosi, motivasi, kepercayaan penutur dan mitra tutur, latar belakang pengetahuan penutur dan mitra tutur, status sosial, jarak sosial, dan hal-hal lain yang mendukung tuturan seperti adanya tindak verbal dan tindak perlokusi dari suatu tuturan.

2.5 Bunyi Suprasegmental

Bunyi-bunyi yang bisa disegmentakan disebut bunyi segmental, misalnya bunyi vokoid dan bunyi kontoid. Bunyi-bunyi yang tidak dapat disegmen-segmen karena kehadiran bunyi tersebut selalu diiringi, atau ditemani bunyi segmental bak vokoid maupun kontoid bunyi tersebut disebut bunyi suprasegmental atau bunyi nonsegmental. Bunyi-bunyi suprasegmental dikelompokkan menjadi empat jenis aspek yaitu a tinggi- rendah bunyi nada, b keras-lemahnya bunyi tekanan, c panjang-pendek bunyi tempo, dan d kesenyapan jeda Muslich, 2008:61-63.