kategori ini adalah ungkapan-ungkapan umum dan kebiasaan menggunakan bentuk-bentuk gramatikal tertentu oleh kalangan ini. Selain mencakup kata-
kata populer dan kontruksi idiomatis, bahasa percakapan juga menjackup kata-kata ilmiah atau kata-kata yang tidak umum slang yang biasa dipakau
oleh golongan terpelajar saja. Suatu bentuk dari bahasa percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya, dok, prof, kep masing-masing bentuk untuk
dokter, profesor, dan kapten. Penulis dapat menggunakan kata-kata
percakapan ini untuk melukiskan bahasa percakapan itu sendiri seperti dalam drama dan dialog-dialog naratif. Namun, bahasa umum ataupun dalam bahasa
ilmiah unsur-unsur percakapan ini hendakya dihindari.
2.6.5 Kata Slang
Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informal yang disusun
secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan.
Kadangkala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja atau kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang
makna yang lain. Kata-kata slang dipergunakan oleh semua kalangan masyarakat. Setiap lapisan masyarakat dapat menciptakan istilah yang khusus
atau mempergunakan kata-kata umum dan pengertian-pengertian yang khusus yang berlaku untuk kelompoknya.
Kata-kata slang mengandung dua kekurangan yaitu pertama, hanya sedikit yang dapat hidup dan yang kedua pada umumnya kata-kata slang
selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata-kata slang yang suatu waktu tumbuh secara populer namun kata-kata tersebut akan hilang dari pemakaian.
Kata-kata slang misalnya rapi jali, mana tahan, eh ketemu lagi, dan sebagainya. Kesegarannya dan gaya gunanya hanya dirasakan pada saat
pertama kali dipakai namun terlalu sering dipakai mengakibatkan kata-kata tersebut segera lusuh dan kehilangan tenaganya.
2.6.6 Idiom
Idiom merupakan pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah- kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak
bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Untuk mengetahui makna sebuah
idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya melalui makna dari kata-kata yang membentuknya. Idiom
bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk idiom hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-
peraturan umum bahasa.
2.6.7 Bahasa Artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam
pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud. Fakta dan pernyataan- pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan
langsung tidak perlu disembunyikan.
2.6.8 Kata Seru
Kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin, misalnya kaget, terharu, marah, atau sedih disebut kata seru Chaer, 2011:194
Dilihat strukturnya ada dua macam kata seru yaitu
1 Kata seru yang berupa kata-kata singkat, seperti wah, cih, hai, o, oh,
nah, ha, hah 2
Kata seru yang berupa kata-kata biasa, seperti aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, ya ampun
. Serta kata serapan astaga, masya Allah, allhamduliliah,
dan sebagainya. Kata seru yang berupa kata-kata singkat dapat digunakan dengan fungsi untuk
menyatakan berbagai perasaan batin tergantung dengan intonasinya.
2.6.9 Kata Fatis
Kata fatis adalah kata-kata dalam bahasa lisan percakapan dengan
fungsi-fungsi ‘tertentu’. Misalnya kata sih, kan, ya, lho,seperti dalam kalimat: