Tinggi-Rendah Nada, Tona, Keras-Lemah Tekanan, Aksen,

situasi yang formal tiba-tiba menggunakan kata-kata yang bersifat kedaerahan, suasana yang formal akan terganggu Keraf, 1985:103. Sebab itu ada beberapa hal yang perlu dipergunakan tidak akan mengganggu suasana dan tidak menimbulkan ketegangan antara penulis atau penutur dengan mitra tutur. Syarat-syarat tersebut sebagai berikut. 1 Menghindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal 2 Menggunakan kata-kata ilimiah dalam situasi khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata populer. 3 Menghindari penggunaan jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. 4 Penulis atau pembivara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata- kata slang. 5 Dalam penulisan tidak boleh mempergunakan kata percakapan. 6 Menghindari ungkapan-ungkapan usang idiom yang mati. 7 Menjauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial. Semua persyaratan di atas diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

2.6.1 Bahasa Standar dan Nonstandar

Kata-kata bukan saja menunjukkan barang-barang atau sikap orang tetapi merefleksikan juga tingkah laku sosial dari orang-orang yang mempergunakannya. Pemakaian bahasa dipengaruhi oleh latar belakang si penutur yang berpendidikan atau tidak. Misalnya pada waktu yang sama sebuah pertanyaan seperti “Tahukah Tuan di mana tempat tinggal Ahmad?”, ada kemungkinan kita mendapatkan jawaban sebagai berikut “Saya tidak tahu” atau “Saya tidak mengerti”. Kedua jawaban mungkin sama jelasnya namun perbedaan bentuk jawaban tersebut dipengetahui suatu penafsiran situasi. Bentuk pertama tersebut disebut bahasa standar bahasa baku serta bentuk kedua disebut bahasa nonstandar bahasa nonbaku Keraf, 1985:104. Bahasa standar adalah dialek kelas dan dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Bahasa ini dipergunakan oleh orang yang terpelajar, misalnya pejabat pemerintahan, ahli-ahli bahasa, ahli-ahli hukum, dokter, guru, dan sebagainya. Bahasa nonstandar adalah bahasa dipergunakan oleh mereka yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai dalam tulisan-tulisan. Kadang-kadang unsur nonstandar dipergunakan juga ileh kaum terpelajar dalam bersenda gurau, berhumor, atau untuk menyatakan sarkasme atau menyatakan ciri-ciri kedaerahan. Bahasa standar lebih ekspresif dari bahasa nonstandar. Pergunaan ungkapan-ungkapan atau unsur-unsur yang nonstandar akan mencerminkan bahwa latar sosial ekonomis si pemakai masih terbelakang atau masih rendah. Itu sebabnya, orang-orang yang terpelajar juga segan mempergunakan unsur- unsur tadi. Dengan demikian, pilihan kata seseorang harus sesuai dengan lapisan pemakaian bahasa. Dalam suatu suasana formal harus dipergunakan unsur-unsur bahasa standar dan pemakaian unsur-unsur nonstandar tidak boleh menyelinap masuk dalam tutur seseorang.

2.6.2 Kata Ilmiah dan Kata-Kata Populer

Tidak semua orang yang menduduki status sosial yang tinggi mempergunakan gaya yang sama dalam aktivitas bahasanya. Mereka akan mempergunakan beberapa macam variasi pilihan kata yang sesuai dengan kesempatan yang dihadapinya. Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategoti sesuai dengan penggunaannya. Salah satu di antaranya adalah kata- kata ilmiah dan kata populer. Kata-kata populer adalah kata yang dipakai dalam komunikasi sehari- hari baik mereka yang berada di lapisan atas maupun antara mereka yang di lapisan bawah atau antara lapisan atas dan lapisan masyarakat maka kata-kata ini dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Kata-kata ilmiah dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus. Dengan demikian perbedaan kata-kata ilmiah dan kata-kata populer membantu pengarang atau penutur memilih kata sesuai sasaran mitra tuturnya. Bila yang menjadi sasaran adalah suatu kelompok khusus yang diikat oleh suatu bidang ilmu tertentu maka harus mempergunakan kata-kata ilmiha tetapi bila yang menjadi