2.1.3 Tugas dan Fungsi KPH
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 17 ayat 1 mengamanatkan bahwa pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan
untuk tingkat Provinsi, KabupatenKota dan Unit Pengelolaan. Tujuan pembentukan wilayah pengelolaan hutan tersebut adalah untuk mewujudkan
pengelolaan hutan yang efisien dan lestari. Bentuk unit pengelolaan hutan adalah dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH baik pada kawasan hutan
produksi, hutan lindung danatau hutan konservasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 Jo Peraturan Pemerintah
Nomor 3 tahun 2008, dijelaskan bahwa KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari, seluruh kawasan hutan terbagi ke dalam KPH, yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan
hutan Nasional, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota. Dalam Peraturan Pemerintah ini juga ditetapkan tugas pokok dan fungsi KPH, yakni:
1. Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi: a Tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan; b Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang ijin; c Penggunaan kawasan
hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang ijin; d Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu; e Rehabilitasi hutan dan reklamasi; f
Perlindungan hutan dan konservasi alam. 2.
Menjabarkan kebijakan kehutanan Nasional, Provinsi, KabupatenKota untuk diimplementasikan.
3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan
pengawasan serta
pengendalian. 4.
Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya.
Tugas pokok dan fungsi KPH tersebut terutama untuk KPHP dan KPHL sebelum ada KPH sebagian dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Propinsi dan
KabupatenKota dan sebagian diantaranya dilaksanakan oleh para pemegang ijin.
Dengan demikian, maka sebelum ada KPH, seluruh tugas pokok dan fungsi KPH tetap dijalankan oleh Dinas Kehutanan Propinsi dan KabupatenKota.
Kartodihardjo 2008 mengemukakan bahwa organisasi KPH ditetapkan dalam tiga fase yaitu: fase pertumbuhan, fase pengembangan dan fase
pemantapan. Fase pertumbuhan merupakan suatu proses menuju pembentukan organisasi KPH, di saat KPH belum terbentuk. Fase ini diharapkan berjalan
sampai akhir tahun 2009, dimana telah terbentuk minimal 1 satu KPH di setiap propinsi. Bagi setiap KPH yang telah terbentuk segera memasuki fase berikutnya
yaitu fase pengembangan. Fase pengembangan adalah fase dimana KPH telah terbentuk, dimana perhatian pembangunan KPH diarahkan pada struktur dan
fungsi organisasi, jumlah dan kualifikasi sumberdaya manusia, manajemen dan kepemimpinan, serta ketersediaan sumberdaya lainnya. Sedangkan fase
pemantapan adalah fase dimana Pemerintah diharapkan telah mempunyai perangkat evaluasi kinerja KPH, baik kriteria dan indikator berbasis kinerja,
sistem evaluasi, maupun mekanisme perbaikan kinerja KPH.
2.2 Konsep Hak Kepemilikan