72
5.1.2.4 Status Tata Kelola Masyarakat Transmigrasi
Selain masyarakat lokal yang keseluruhan wilayah desanya masuk dalam wilayah KPHP GS, terdapat juga masyarakat transmigrasi yang memiliki lahan
usaha II yang sudah bersertifikat hak milik yang sebagian 94 Ha berada dalam wilayah KPHP GS berdasarkan hasil observasi lapangan dengan menggunakan
GPS. Berdasarkan hasil wawancara, pemanfaatan lahan usaha II yang berada dalam wilayah KPHP GS oleh transmigrasi hanya sebagian kecil ditanami
palawija pada tahun 1993-1994 karena masyarakat transmigrasi masih fokus dalam pengelolaan lahan usaha I yang ditanami tanaman pangan. Rencana
pemanfaatan lahan usaha II oleh transmigrasi adalah ditanami tanaman keras yang komersial seperti kakao, kelapa setelah lahan tersebut dibersihkan oleh PT
Sulindo melalaui kegiatan ijin pemanfaatan kayu IPK. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, lahan usaha II dimaksud
didominasi dengan tanaman kelapa yang dikuasai oleh masyarakat lokal sejak tahun 1994 sampai sekarang. Tanaman kelapa tersebut menjadi salah satu sumber
pendapatan masyarakat lokal mengingat saat ini tanaman kelapa memasuki masa produksi yang maksimal, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Tanaman kelapa yang sudah berproduksi pada lahan usaha II yang dikuasai oleh masyarakat lokal sejak tahun 1994.
73
5.1.3 Status Tata Perijinan Dalam Wilayah KPHP GS
Galudra et al. 2006 tata perijinan yang berlaku pada suatu klaim penguasaan lahan pada masyarakat didasari pada kebiasan yang disepakati dalam
kehidupan sosial mereka, sedangkan oleh pemerintah didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan diterbitkan oleh pihak yang berwewenang. Pada
klaim penguasaan tanah dan SDA dalam wilayah KPHP GS terdapat beberapa tata perijinan yang berlaku sesuai dengan kebiasaan masyarakat lokal dan kebijakan
PEMDA serta peraturan pemerintah terkait dengan pengelolaan hutan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
5.1.3.1 Status Tata Perijinan Menurut UPTD KPHP GS
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan bahwa pemanfaatan hutan dan hasil hutan diwujudkan dalam bentuk ijin. Pada wilayah
KPHP dapat dimanfaatkan melalui mekanisme perijinan seperti: Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Alam IUPHHK-HA, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman IUPHHK-HT, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu IUPHHKBK, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Jasa Lingkungan IUPHH Jasling, dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi
Ekosistem IUPHHK-RE. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pengalokasian dan
penetapan kawasan hutan tertentu dalam wilayah KPHP oleh pemerintah sebagai hutan kemasyarakatan, hutan adat, hutan desa dan kawasan hutan dengan tujuan
khusus KHDTK berdasarkan usulan KPH, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 pasal 11 ayat 2. Tata
perijinan ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam wilayah KPHP GS, sehingga parapihak dapat melakukan pemanfaatan hutan
untuk memperolah manfaat hasil hutan dan jasa hutan secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat Kartodihardjo et al. 2011.