Persepsi Structuring Forest Tenure development of Forest Management Unit (FMU), (Case in KPHP Model Gunung Sinopa North Molucas).

konflik antarlembaga dalam hal pengelolaan hutan dapat dilihat dari tindakan pemerintah pusat yang mencabut ijin pemungutan dan pemanfaatan hasil hutan IPPHH yang menjadi kewenangan pemrintah daaerah. Konflik antarlembaga dalam hal pengelolaan hutan juga terjadi antara HPH BUMN dengan HPH BUMD. Inhutani merupakan perusahaan yang diberikan hak kontrak swasta sebagai mitra kerja pemerintah sekligus mendapatkan konsesi sebagai BUMN. Dengan adanya desentralisasi, apakah hak kontrak yang disepakati dengan pemerintah pusat apakah bersifat tetap atau dapat dibatalkan Chalid 2005. Ngakan et al. 2008, mengingat masih simpang siurnya pemahaman para stakeholder terhadap konsep kesatuan pengelolaan hutan KPH, maka konsep ini masih perlu dimantapkan, diperjelas dan disosialisasikan secara lebih intensif. Perbedaan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 terkait pembentukan wilayah hutan perlu segera diperjelas. Pembagian kewenangan merupakan persoalan krusial yang memerlukan pemecahan yang dapat diterima oleh semua pihak, terutama pembagian kewenangan antar lembaga dalam pembangunan kesatuan pengelolaan hutan. Potensi konflik antar lembaga dalam kesatuan pengelolaan hutan harus diminimalisasi dan dilakukan strategi yang tepat guna mengatasi potensi konflik tersebut. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Di Daerah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Provinsi dan KabupatenKota mengenai pembentukan organisasi pengelola KPHL dan KPHP sebagai satuan kerja perangkat daerah tidak menutup kemungkinan menimbulkan potensi konflik antara KPHL atau KPHP dengan lembaga yang selama ini sudah ada dalam urusan kehutanan baik lembaga pemerintah daerah maupum UPTD Kementrian Kehutanan yang ada di daerah.

2.6 Persepsi

Boedojo 1986 mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Persepsi mencakup penafsiran objek, tanda,dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Menurut Krech 1962, diacu dalam Pujiastuti 2011 persepsi merupakan integrasi dari individu dan rangsangan yang diterimanya. Apa yang dipersepsikan individu dalam suatu saat tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh rangsangan yang diterima, namun dipengaruhi juga oleh apa yang ada dalam diri individu tersebut, misalnya pengalaman, perasaan, prasangka, keinginan, sikap dan tujuan. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisir yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Persepsi manusia terhadap lingkungan environmental perception merupakan persepsi spasial yakni sebagai interpretasi tentang suatu setting ruang oleh individu yang didasarkan atas latar belakang, budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Dengan demikian setiap individu dapat mempunyai persepsi lingkungan yang berbeda terhadap objek yang sama karena tergantung dari latar belakang yang dimiliki. Persepsi lingkungan yang menyangkut persepsi spasial sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam rangka migrasi, komunikasi dan transportasi. Respon manusia terhadap lingkungannya tergantung pada bagaimana individu tersebut mempersepsikan lingkungannya Boedojo 1986. Ada dua jenis lingkungan dalam kaitannya antara manusia dengan kondisi fisik lingkungannya Boedojo 1986. Pertama adalah lingkungan yang telah akrab dengan manusia yang bersangkutan. Lingkungan jenis ini cenderung dipertahankan. Kedua adalah lingkungan yang masih asing, dimana manusia terpaksa melakukan penyesuaian diri atau sama sekali menghindarinya. Setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya dan timbul akna tentang objek pada diri manusia yang bersangkutan yang dinamakan persepsi yang selanjutnya menimbulkan reaksi. 25 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pendekatan Studi