Pembangunan KPH Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan

memperhatikan kepentingan ekonomi, sosial dan sekaligus kepentingan lingkungan hidup. Secara fungsional, KPH dapat menyediakan barang dan jasa untuk menopang pengembangan wilayah tersebut. Oleh karena itu tujuan pengembangan KPH perlu diselaraskan dengan tujuan pengembangan wilayah KabupatenKota dan atau Propinsi. KPH yang lokasinya lintas wilayah KabupatenKota dapat menjadi penyelaras arah pengelolaan sumberdaya hutan khususnya maupun sumberdaya alam pada umumnya di kedua wilayah administrasi tersebut. KPH dan kelestarian hutan, faktor yang menentukan kelestarian hutan cukup banyak, meskipun pada prinsipnya kelestarian hutan ditentukan oleh kapasitas pemegang ijin atau pengelola hutan. KPH menjadi faktor pemungkin kapasitas tersebut dapat ditingkatkan atau bahkan pengadaan pengelola hutan yang selama ini tidak ada, misalnya dalam pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan yang tidak ada pengelolanya terbukti tidak membawa hasil.

2.1.2 Pembangunan KPH

Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, pengelola KPH adalah pihak yang paling mengetahui kondisi hutan di tingkat tapak. Oleh karena itu, meskipun proses administrasi perijinan berada di tangan pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya, namun pengelola KPH mempunyai peran penting dalam menentukan bagaimana masyarakat akan siap menerima dan menjalankan ijin itu atau bagaimana pengusaha aman dalam menjalankan usahanya setelah menerima ijin serta dalam konteks yang lebih luas, pengelola KPH menentukan bagaimana alokasi sumberdaya hutan dilaksanakan dengan peluang keberhasilan yang tinggi ataupun implikasi konflik minimal. Kegiatan pengelolaan hutan dan hasil hutan di dalam suatu KPH merupakan kombinasi antara para pemegang ijin dan pengelola KPH. Oleh karena itu selain kegiatan pengelolaan hutan dan hasil hutan yang secara konvensional telah dilakukan, seperti melakukan tata hutan, pemanfaatan, rehabilitasi, perlindungan, dan konservasi hutan, serta pengawasan, di dalam kegiatan itu perlu dipertimbangkan kebutuhan bersama semua pihak di dalam KPH itu. Misalnya aksesibilitas dan infrastruktur, tenaga kerja, informasi, penyelesaian konflik, dan pendampingan sesuai dengan karakteristik wilayah suatu KPH. Keberadaan KPH diharapkan dapat memecahkan permasalahan kehutanan terkait dengan pengelolaan hutan ditingkat tapak, akses masyarakat, pelestarian hutan, dan permasalahan sosial terkait tenurial. Kartodihardjo et al. 2011 dalam prakteknya KPH menyelenggarakan penguasaan sumberdaya hutan itu bukan dalam arti memberi ijin pemanfaatan hutan melainkan melakukan pengelolaan hutan sehari-hari. Dalam hal demikian itu, KPH menjadi pusat informasi mengenai kekayaan alam sekaligus menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin maupun dimanfaatkan melalui kegiatan yang direncanakan dan dijalankan sendiri. Selain sebagai pusat informasi mengenai potensi suatu kawasan hutan, KPH dapat memainkan peran sebagai mediator bagi akses masyarakat dalam kawasan hutan secara legal, Kartodihardjo et al. 2011 keberadaan KPH memungkinkan identifikasi keberadaan dan kebutuhan masyarakat tehadap manfaat sumberdaya hutan dengan lebih jelas, sehingga proses-proses pengakuan hak, ijin maupun kolaborasi menjadi lebih mungkin dilakukan. Demikian pula penyelesaian konflik maupun pencegahan terjadinya konflik lebih dapat dikendalikan. Pembangunan KPH saat ini terus menerus dilakukan di daerah, secara garis besar pembangunan KPH menunjukan kemajuan yang cukup signifikan, hal ini daapat dilihat dari perkembangan pembangunan KPH sampai dengan bulan Agustus 2011 Sumber Kemenhut, penetapan wilayah KPHL sebanyak 167 Unit dengan luas ± 20.834.918 Ha, KPHP sebanyak 246 Unit dengan luas ± 37.063.223 Ha yang tersebar pada 23 Provinsi, dan Khusus DI Jogyakarta tidak dibedakan antara KPHL dan KPHP dengan luas: ± 16.357 Ha. Selain itu Pemerintah telah melakukan penetapan wilayah KPHK pada 20 Taman Nasional. Untuk mempercepat pengoperasian KPH maka telah ditetapkan KPH model di masing-masing Provinsi, sampai dengan Agustus 2011, telah ditetapkan KPH model sebanyak 33 dengan rincian KPHL model sebanyak 12 unit dan KPHP model sebanyak 21 unit. KPH yang sudah memiliki organisasi pengelola dengan kedudukan sebagai UPTD terdapat 32 Unit dengan KPH model sebanyak 28 Unit dan bukan KPH model sebanya 4 unit.

2.1.3 Tugas dan Fungsi KPH