Status Tata Kelola Masyarakat Transmigrasi

73

5.1.3 Status Tata Perijinan Dalam Wilayah KPHP GS

Galudra et al. 2006 tata perijinan yang berlaku pada suatu klaim penguasaan lahan pada masyarakat didasari pada kebiasan yang disepakati dalam kehidupan sosial mereka, sedangkan oleh pemerintah didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan diterbitkan oleh pihak yang berwewenang. Pada klaim penguasaan tanah dan SDA dalam wilayah KPHP GS terdapat beberapa tata perijinan yang berlaku sesuai dengan kebiasaan masyarakat lokal dan kebijakan PEMDA serta peraturan pemerintah terkait dengan pengelolaan hutan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

5.1.3.1 Status Tata Perijinan Menurut UPTD KPHP GS

UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan bahwa pemanfaatan hutan dan hasil hutan diwujudkan dalam bentuk ijin. Pada wilayah KPHP dapat dimanfaatkan melalui mekanisme perijinan seperti: Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam IUPHHK-HA, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman IUPHHK-HT, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu IUPHHKBK, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Jasa Lingkungan IUPHH Jasling, dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem IUPHHK-RE. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pengalokasian dan penetapan kawasan hutan tertentu dalam wilayah KPHP oleh pemerintah sebagai hutan kemasyarakatan, hutan adat, hutan desa dan kawasan hutan dengan tujuan khusus KHDTK berdasarkan usulan KPH, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 pasal 11 ayat 2. Tata perijinan ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam wilayah KPHP GS, sehingga parapihak dapat melakukan pemanfaatan hutan untuk memperolah manfaat hasil hutan dan jasa hutan secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat Kartodihardjo et al. 2011. 74

5.1.3.2 Status Tata Perijinan Menurut PEMDA

Berdasarkan hasil penelitian bahwa, dalam penguasaaan perkebunan kelapa oleh PEMDA seluas 411 Ha terdapat pola pemberian ijin kepada masyarakat dari PEMDA untuk melakukan pengelolaan kebun kelapa dengan sistem bagi hasil. Izin yang diberikan PEMDA kepada masyarakat sekitar adalah pemetikan buah kelapa yang kemudian diolah lebih lanjut untuk menjadi kopra. Proses pengolahan buah kelapa menjadi kopra terlihat pada gambar 12 merupakan tugas dari masyarakat lokal, sedangkan hasilnya dibagi antara PEMDA dan masyarakat yang diberi izin dengan pembagian hasil kopra dibagi dua. Gambar 12 Proses pengolahan buah kelapa menjadi kopra oleh masyarakat.

5.1.3.3 Status Tata Perijinan Menurut Masyarakat Lokal

Pembukaan hutan untuk membuat kebun baru harus melalaui suatu mekanisme minta izin berman yakni minta izin kepada pemilik kebun atau yang memberi tanda di hutan yang terdahulu. Prosesnya pertama: orang yang ingin membuka hutan untuk berkebun harus mencari tahu terlebih dahulu siapa yang sudah berkebun disekitar lokasi tersebut, atau mencari tau orang yang sudah memberi tanda di hutan untuk meminta izin berkebun di sebelahnya, Kedua: Pemilik kebun yang lebih duluan akan mengarahkan dimana yang bersangkutan boleh memulai membuka hutan dan dimana batas-batas kebun awal, Ketiga: Batas yang telah ditunjukan oleh pemilik kebun yang lebih dahulu dijadikan batas dan kearah lainnya, batas ditentukan oleh kemampuan orang kedua tadi, Keempat begitu selanjutnya orang ketiga yang ingin berkebun harus meminta izin ke orang