38 Tabel 3 Tipologi masalah sosial terkait tenurial dalam wilayah KPH
No Tipologi
Masalah Sosial Alas Hak
klaim Tanah Ketergantun
gan hidup pada klaim
tanah Bukti
Sejarah Keterlanjuran
dalam kawasan
hutan 1
Konflik Tenurial Berat
Kuat Tinggi
Ada Terlanjur
2 Konflik Tenurial
Ringan Lemah
Tinggi Tidak
ada
Terlanjur
3 Masalah Akses
Terhadap SDH Tidak ada
Tinggi Ada
Terlanjur
4 Masalah
Aktivitas Haram Tidak ada
Tinggi Tidak
ada Diterobos
Sumber: Kartodihardjo et al. 2011 dimodifikasi
3.2.4 Validasi Data
Validitas adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan ukuran yang jelas secara akurat menggambarkan konsep yang diteliti Babbie, 1998, dalam
penelitian kualitatif, menurut Alwasilah 2002 validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah diskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis
laporan. Validitas dilihat dari bagaimana proses peneliti untuk mendapatkan data dan informasi.
Tabel 4 Konsep yang digunakan, pengumpulan dan analisis data pada masing-masing tujuan penelitian
No Tujuan Penelitian
Konsep Yang Digunakan Data
Metode Pengumpulan data Penentuan Responden
Metode analisis data
1 Menganalisis potensi konflik
tenurial kawasan hutan di dalam wilayah KPHP Model
Gunung Sinopa. Konsep Tenurial
- Aktor-aktor yang terlibat
- Kondisi sosekbud
masyarakat. -
Sistem Penguasaan tanah oleh parapihak.
- Sejarah penguasaan lahan
oleh parapihak -
Aturan-aturan penggunaan lahan
- Bukti-Bukti penguasaan
lahan -
Ketergantungan kehidupan dengan hutan
- Lokasi klaim penguasaan
lahan -
Datapeta Penunjukan kawasan hutan.
Pengumpulan dokumen, observasi, wawancara
mendalam indepth interview
Snowball sampling, Purposive sampling
Analisis RaTA Galudra at al.2006
2 Memetakan sekumpulan hak
bundle of rights sistem tenurial atas tanah dan SDA
yang diklaim parapihak di dalam wilayah KPHP Model
Gunung Sinopa. Konsep sekumpulan
hak bundle of rightssistem tenurial
- Hak-hak dalam
penguasaan lahan -
Implementasi hak kepemilikan atas klaim
lahan oleh masyarakat, pemerintah, dan pihak
lainnya.
- Sejarah penguasaan lahan
Pengumpulan Dokumen, observasi, wawancara
mendalam indepth interview.
Snowball sampling, Purposive sampling
Analisis bundle of rights Schlager Ostrom 1992
3 Mengidentikiasi makna
keamanan tenurial atas tanah dan SDA menurut
presepsi parapihak yang ada dalam wilayah KPHP Model
Gunung Sinopa. .
Kepastian Tenurial tenure security
- Peristiwa apa yang menjadi
ancaman keamanan tenurial
- Presepsi parapihak
terhadap keamanan tenurial.
Pengumpulan Dokumen, observasi, wawancara
endalam indepth interview.
Snowball sampling, Purposive sampling
Analisis Presepsi Parapihak
4. Mengidentifikasi Tipologi
Masalah sosial terkait tenurial dalam wilayah KPHP Model
Gunung Sinopa. .
Konsep Pembangunan KPH
- Transkrip wawancara dan
data lapangan terkait klaim kepemilkan lahan oleh
parapihak. -
Hasil analisis kumpulan Hak, Analisis RaTA, dan
Presepsi keamanan tenurial parapihak.
- Dokumen Hasil Mediasi
Konflik kehutanan Pengumpulan teks
dokumen dan Diskusi dengan pakar
Snowball sampling, Analisis Tipologi Masalah
Sosial dalam KPH Kartodihardjo et al. 2011
41
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 KPHP Model Gunung Sinopa
4.1.1 Letak dan Luas
Wilayah yang ditetapkan sebagai KPHP Model Gunung Sinopa selanjutnya disebut KPHP GS, secara geografis terletak pada 0
o
16’ 24” LU0
o
27’ 09” LU dan 127
o
44’ 17” BT–127
o
55’ 09” BT dan secara administratif terletak di antara dua wilayah kabupatenkota yaitu Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Tidore
Kepulauan. KPHP GS merupakan KPH lintas kabupaten, dengan luas ± 44.577,14 Ha, dengan fungsi kawasan hutan pada masing-masing
KabupatenKota tersaji pada Tabel 5. Tebal 5 Luas fungsi kawasan hutan pada wilayah KPHP Model Gunung Sinopa
No Fungsi Kawasan
Hutan Luas Kawasan Hutan Ha
Kab. Halmahera Tengah
Kota Tidore Kepulauan
Jumlah 1
Hutan Lindung
HL 7.247,47
13.809,41 21.056,89
2 Hutan
Produksi Terbatas HPT
9.511,82 4.409,93
13.916,75 3
Hutan Produksi
HP 9.603,50
9.603,50 Total
44.577,14 Sumber: SK Menhut No.337Menhut-II2010 diolah
Potensi hasil hutan kayu jenis pohon komersial yang mendominasi wilayah KPHP GS adalah: Mersawa, Nyatoh, Matoa, Kenari, Agathis dan Merbau,
sedangkan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK adalah: Rotan dari berbagai jenis, Kopal dan Bambu. Di dalam kawasan hutan Lindung Gunung Sinopa juga
terdapat potensi untuk wisata alam berupa Air Terjun Sibela yang terletak di Kecamatan Oba Selatan Dishut Malut 2009 .
42
4.1.2 Perkembangan KPHP GS 4.1.2.1 Sosial Budaya
Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan sekitar KPHP GS adalah sebagai sumber kayu bangunan, kayu bakar, areal berladang,
pengumpulan HHBK, serta sumber tanaman pangan dan obat-obatan Dishut Malut 2009. Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan ini semakin
meningkat dengan adanya migrasi penduduk baik lokal maupun pendatang yang ingin mencari nafkah di daerah yang baru dimekarkan. Pembukaan lahan baru
untuk perumahan, perkantoran dan lahan kebun pada akhirnya akan merambah ke dalam kawasan hutan. Aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan
dilatarbelakangi oleh preferensi ekonomi dan preferensi sosial budaya seperti tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Preferensi masyarakat mengelola lahan dalam wilayah KPHP GS
No
Preferensi Ladang
Kebun Hutan
Ubi Kayu
Sa yur
Ja gung
Kaca ng
Tan ah
Cabe Rawit
Ka kao
Ko pi
Ke lapa
Pi sa ng
Kayu bakar
Kayu bangu
nan 1.
Ekonomi
Konsumsi
+ +
+ +
+ +
+ +
Dijual
+ +
+ +
+ +
+ ++
++ ++
Tabungan
+ +
+ +
Kayu Banguan
+ +
+
2.
Sosial Budaya
Status Sosial
+ +
Keperluan Upacara
Adat
+
Keperluan perkawinan
+ +
Warisan
+ ++
Sumber: Dishut Malut 2009 Keterangan: +
= dominan ++
= sangat dominan Preferensi masyarakat menanam berbagai komoditas bervariasi seperti
komoditas ubi kayu dan jagung lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari dibanding untuk komersial. Sedangkan jenis tanaman