51 Tabel 8 Jumlah penduduk desa Lembah Asri berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa 1
2 3
4 5
6 Tamat AkdemikPerguruan Tinggi
Tamat SLTASMK Tamat SLTP
Tamat SD Belum Tamat SD
Tidak Sekolah 9
29 46
94 238
33 Jumlah
449 Sumber: Monografi Desa Lembah Asri Tahun 2010
Desa Lembah Asri memiliki tataruang penggunaan lahan yang disediakan oleh Pemerintah dengan luas ± 712 Ha. Lahan tersebut terdiri dari persawahan,
pemukiman, kebun, faslitas umum dan lainnya sebagaimana terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Luas lahan dan penggunaannya di desa Lembah Asri
No Penggunaan Lahan
Luas Ha Keterangan
1 2
3 4
5 Persawahan
Pemukiman Kebun
Fasilitas Umum Lain-Lain
190,5 63,5
254,0 12,0
192,0 Lahan Usaha I
Pekarangan Lahan Usaha II
Tanah Negara yang belum bersertifikat
Jumlah 712
Sumber: Monografi Desa Lembah Asri Tahun 2010. Penggunaan lahan khususnya lahan usaha II pada lokasi tertentu mengalami
kendala dimana warga transmigrasi tidak dapat mengolahnya walaupun sertifikat tanah tersebut telah diberikan oleh BPN. Warga tidak dapat mengolah sebagian
lahan usaha II akibat adanya sengketa dengan warga lokal yang terjadi sejak tahun 1994. Sebagian warga yang tanahnya tidak dapat diolah pada lahan usaha
52 II, mencoba mengolah tanah negara yang belum disertifikat dan ternyata berada
dalam kawasan Hutan Produksi berdasarkan Peta Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku, lampiran SK Menteri Kehutanan Nomor 415Kpts-
II1999. Sebagai warga transmigrasi, kepatuhan terhadap aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah cukup tinggi terutama terkait dengan hak dan kewajiban kepemilikan tanah. Legalitas kepemilikan lahan berupa serifikat hak milik tanah sangat
dipahami fungsi dan kegunaannya serta akibat hukumnya. Berbarengan dengan kesadaran akan hak kepemilikan tanah, kesadaran untuk menunaikan kewajiban
akibat diterbitkannya sertifikat tanah berupa pajak bumi sangat tinggi dimana setiap tahun tidak ada tunggakan pembayaran pajak di Desa Lembah Asri.
53
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Konflik Dalam Wilayah KPHP GS
Tujuan dari analisis potensi konflik dalam wilayah KPHP GS dengan menggunakan metode Rapid Land Tenure Assessment Galudra et al. 2006
adalah untuk menilai, memahami dan menjelaskan secara sistematis bahwa di dalam wilayah KPHP GS terdapat potensi konflik atau tidak yang mencakup
subjek siapa, objek tanah dan Sumber daya alam SDA, dan bentuk-bentuk hubungan kausal parapihak. Ada beberapa bagian penting dalam analisis potensi
konflik yang menjadi kerangka yang difokuskan pada kepentingan parapihak dan sistem penguasaan tanah dan SDA, aturan-aturan pengelolaan SDA yang terkait
dengan hak-hak penguasaan parapihak. Selain itu akan dianalisis bagaimana hubungan diantara hak-hak penguasaan parapihak apakah saling bersinergi atau
saling bertolakan. Hasil penelitian ini mengidentifikasi pihak-pihak yang secara de jure dan
de facto mengklaim penguasaan tanah dan SDA dalam wilayah KPHP GS yakni: UPTD KPHP GS, Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Tengah PEMDA,
Masyarakat Lokal dan Masyarakat Transmigrasi. Hasil penilaian assessment terhadap tenurial dalam wilayah KPHP GS dengan menggunakan metode Rapid
Land Tenure Assessment RaTA masing-masing pihak memiliki basis legitimasi klaim. Galudra et al. 2006 menyatakan bahwa data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis berdasarkan basis legitimasi klaim yang terdiri terdiri dari status tanah tata kuasa, perencanaan pengelolaan tata kelola dan perijinan tata
perijinan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bahwa basis legitimasi klaim parapihak yang memiliki klaim dalam wilayah KPHP GS yang berupa tata
kuasa, tata kelola dan tata perijinan dapat dilihat pada Tabel 10.
54 Tabel 10 Hasil rapid land tenure assessment RaTA dalam wilayah KPHP GS
Basis Legitimasi
Klaim UPTD KPHP
GS PEMDA
Masyarakat Lokal
Masyarakat Transmigrasi
1. Status tata kuasa
1. Klaim Secara
de jure : SK Menhut Nomor:
SK.337Menhut- II2010.
2. Bukti klaim di
lapangan tidak ada sampai dengan
penelitian ini.
1. Klaim secara de
jure SK Bupati No 525KEP46.a2005
dan de facto.
2 . Bukti klaim
tanaman kelapa berupa pal batas,
adanya bangunan gudang kopra
sebagai asset PEMDA HalTeng
saat ini.
1. Klaim atas
pemukiman secara de jure
dengan seripikat hak
milik yang diterbitkan
BPN
2. Klaim
secara de facto pada kebun
dengan bukti tanaman
kelapa, kuburan tua,
cerita asal usul kampung.
1. Klaim
secara de jure berupa
Sertifikat hak milik Lahan
Usaha II
2. Bukti klaim
di lapangan berupa
tanaman perkebunan
yang dikelola masyarakat
lokal sejak tahun 1994
sampai sekarang.
2. Status Tata Kelola
1. Mengelola
wilayah KPHP GS seluas ±
44.577,14 Ha dengan
berpedoman pada tupoksi
KPH sesuai PP No.6 Thn 2007
jo PP No.3 Tahun 2008.
1. RTRW Kabupaten:
Perluasan ibukota Kabupaten, Lokasi
Bandara ± 300 Ha.
2. Pengelolaan
Perkebunan Kelapa milik PEMDA
seluas 411 Ha
1 .Pemukiman
masyarakat ± 100 Ha, Lahan
perkebunan ± 3.957 Ha.
1 . Lahan
Usaha II seluas 92 Ha.
2 .Pengolahan
Lahan “R” seluas ± 50
Ha.
3. Status tata
perijinan Dimungkinkan:
• IUPHHK – HA • IUPHHK -HT
• IUPHHKBK • IUPHH – Jasa
lingkungan -
Pengelolaan perkebunan
kelapa bersama masyarakat
dengan sistem bagi hasil
-
Ijin Berman,
Pemilik kebun yang
pertama berhak
menetapkan batas bagi
yang ingin membuka
lahan berikutnya.
-
Sumber: Data Primer dan Sekunder yang diolah