Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Perubahan Tingkat Kesejahteraan

41 besar-kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain; 2 Negotiatedbilateral quota, adalah nilai kuota yang besar-kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih; 3 Tariff-quota, adalah gabungan antara tarif dan kuota; dan 4 Mixing quota, adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir. Pemberlakuan kuota impor akan menyebabkan barang yang diimpor akan berkurang di pasar dalam negeri suatu negara, sedangkan permintaan relatif tetap Gambar 11. Pembatasan impor ini menyebabkan excess demand di pasar dunia “patah” dibatasi dari ED menjadi ED’, sehingga titik keseimbangan tidak lagi berada di q e P w melainkan berada di q’ e P’ w . Hal ini menyebabkan harga di pasar domestik lebih tinggi daripada di pasar dunia sehingga akan menimbulkan monopoly profit. Sementara itu, yang menikmati monopoly profits tersebut tergantung dari: a jika eksportir dan importer terpisah dan mereka saling bersaing di pasar dan tidak ada sistem lisensi, maka harga impor akan sama dengan harga di pasar dunia; b jika importir memiliki lisensi impor, maka seluruh keuntungan akan dinikmati oleh importir, begitu pula dengan eksportir; dan c jika pemerintah mengadakan lelang untuk lisensi impor, maka keuntungan akan ada pada pemerintah dan pemegang lisensi impor Tweeten, 1992. P w P’ d P’ w S D ES ED 1 Importer A ROW Import Market of A Quantity Quantity Quantity Price Price Price Q’ c Q p Q‘ p Q c 3 2 4 q e q‘ e q c q’ c q p q’ p e a c b d S D S’ x y ED’ Sumber: Tweeten 1992 Gambar 11 Dampak kuota impor terhadap tingkat kesejahteraan. 42 Kebijakan kuota impor dinilai lebih efektif dalam membatasi impor karena mengurangi secara fisik jumlah impor, sehingga jumlah barang impor yang masuk pasar domestik berkurang dan harga domestik mengalami peningkatan sebesar P’ d . Peningkatan harga domestik ini direspon petani dengan mengingkat- kan produksinya, sehingga kurva penawaran bergeser ke kanan dari S ke S’ yang menyebabkan surplus produsen mengalami peningkatan sebesar a. Sementara itu, kenaikan harga domestik menyebabkan konsumen kehilangan surplusnya sebesar – a – b – c – d Tabel 8. Kebijakan kuota impor ini mengakibatkan redistribusi pendapatan dari konsumen ke produsen sebesar a dan pemerintah sebesar b. Kebijakan ini juga mengakibatkan terjadinya inefisiensi sebesar – c – d yang tidak dinikmati oleh semua pihak, atau disebut dengan dead weight loss DWL. Walaupun jumlah impor dibatasi, tetapi pemerintah tetap memperoleh penerimaan sebesar b + e melalui tarif yang dipungut dari pihak yang menerima lisensi impor. Tabel 8 Dampak kebijakan kuota impor terhadap perubahan indikator kesejahteraan. Indikator Kesejahteraan Importir A ROW 1. Surplus produsen a – 1 – 2 – 3 – 4 2. Surplus konsumen – a – b – c – d 1 3. Perubahan penerimaan pemerintah b + e – 4. Kesejahteraan nasional – c – d + e – 2 – 3 – 4 5. Kesejahteraan dunia – c – d – 2 – 4 Sumber: Tweeten 1992 Walaupun tarif dan kuota impor memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membatasi impor, namun diantara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan Tweeten, 1992, yaitu: 1 pemberlakuan kuota impor akan memperbesar permintaan yang diikuti dengan meningkatnya harga dan produksi domestik, sementara kenaikan permintaan dari tarif impor tidak akan mengubah harga maupun produksi domestik, tetapi meningkatkan konsumsi dan kuantitas impor; 2 adanya distribusi lisensi pada kuota impor; 3 jika menerapkan kuota, pemerintah pendapatan melalui tarif yang dipungut dari pihak yang menerima lisensi impor; dan 4 kuota impor membatasi dalam jumlah yang pasti, sementara tarif impor membatasi dalam jumlah yang tidak bisa dipastikan.