Impor Beras Indonesia Keragaan Hasil Pendugaan Ketersediaan dan Akses Pangan di Indonesia

103 luas areal panen tidak dapat tergantikan dengan faktor lainnya dalam meningkatkan ketersediaan pangan. Fenomena ini mengindikasikan bahwa ketersediaan pangan per kapita dalam jangka panjang responsif terhadap perubahan luas areal panen per kapita. Indikator luas areal panen saja tidak cukup menggambarkan kemampuan dalam hal luas areal panen, oleh karena itu harus memperhitungkan jumlah penduduk yang ada. Luas areal panen per kapita menggambarkan seberapa luas kemampuan masing-masing individu dalam menghasilkan areal panen. Sumarno 2011 menyebutkan bahwa luas areal panen padi per kapita di Indonesia termasuk yang terkecil di dunia. Hal ini disebabkan lahan sawah, selain untuk tanaman padi, juga diperebutkan oleh 17 komoditas lain yang masing-masing juga diharapkan memenuhi kebutuhan nasional swasembada, seperti gula, jagung, dan kedelai.

5.2.6 Permintaan Beras di Indonesia

Hasil pendugaan parameter permintaan beras di Indonesia menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas yang terdiri dari harga rii beras eceran Indonesia, harga riil jagung di tingkat produsen, akses pangan per kapita, dan lag permintaan beras di Indonesia, mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi nilai peubah endogennya dengan baik 86.139 persen, sedangkan sisanya 13.861 persen dijelaskan oleh peubah penjelas lain di luar persamaan. Semua peubah penjelas memiliki arah dan besaran sesuai harapan. Persamaan permintaan beras di Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh semua peubah penjelasnya, kecuali peubah harga riil jagung di tingkat produsen Tabel 20. Harga riil jagung yang tidak berbeda nyata pada taraf probabilitas 15 persen mengindikasikan bahwa jagung sebagai komoditas substitusi beras belum mampu menggantikan fungsi beras sebagai makanan pokok penduduk Indonesia. Hal ini terkait dengan pandangan umum yang menganggap jagung masih merupakan barang inferior terhadap beras. Permintaan beras secara nyata dipengaruhi pendapatan per kapita dan elastis pada jangka pendek. Hubungan ini mengindikasikan bahwa proporsi untuk membelanjakan beras masih menjadi proporsi yang besar dalam pendapatan per kapita mayoritas penduduk Indonesia. 104 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita untuk makanan adalah 51.43 persen dan 48.57 persen untuk non makanan pada tahun 2010 BPS, 2011. Tabel 20 Hasil pendugaan parameter permintaan beras di Indonesia QDBI Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 14 857.000 - - 0.019 HBEIR 1 996.394 0.199 0.271 0.047 Harga riil beras eceran di Indonesia HJTPIR -783.449 -0.032 -0.043 0.359 Harga riil jagung di tkt produsen di Indonesia PPPKIR 0.545 0.163 0.223 0.004 Akses pangan per kapita LQDBI 0.266 - - 0.134 Lag permintaan beras di Indonesia Prob|F| = .00010 R 2 = 0.86139 Dw = 1.87518 Dh = - Respon permintaan beras Indonesia terhadap semua peubah penjelasnya bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil studi ini sama dengan temuan Sitepu 2003 dimana respon permintaan beras Indonesia terhadap harga beras eceran dan harga jagung bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sedikit berbeda dengan temuan Hidayat 2012 yang menyatakan bahwa respon permintaan beras terhadap perubahan harga beras eceran dan harga jagung adalah inelastis dalam jangka pendek, akan tetapi elastis dalam jangka panjang. Permintaan beras Indonesia yang kurang responsif terhadap perubahan harga riil beras eceran dan harga riil jagung di tingkat produsen tersebut mengindikasikan bahwa beras masih menjadi makanan pokok bagi sekitar 98 persen penduduk Indonesia, sehingga kenaikan harga riil beras eceran sampai pada tingkat harga tertentu belum menyebabkan konsumen menurunkan permintaannya terhadap jenis pangan ini.

5.2.7 Harga Riil Gabah Pembelian Pemerintah

Peubah harga riil beras impor Indonesia, pendapatan nasional riil, lag nilai tukar, dan lag harga riil pembelian pemerintah secara bersama-sama belum mampu 46.6 persen menjelaskan keragaman nilai peubah harga riil gabah pembelian pemerintah yang ditunjukkan oleh nilai R 2 sebesar 46.6, sedangkan 105 sisanya 53.4 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Nilai koefisien determinasi yang kurang dari 60 persen ini dikarenakan keterbatasan data peubah penjelas lainnya yang tersedia, sehingga baru sebatas empat peubah saja yang dimasukkan dalam persamaan. Namun demikian, semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan Tabel 21. Tabel 21 Hasil pendugaan parameter harga riil gabah pembelian pemerintah HPPGR Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -154.101 - - 0.449 HMBIR 0.320 0.120 0.145 0.109 Harga riil beras impor Indonesia GDPIR 2.430x10 -13 0.303 0.366 0.045 Pendapatan nasional riil Indonesia LERIR 0.092 0.488 0.590 0.007 Lag nilai tukar rupiah thd US dollar LHPPGR 0.172 - - 0.267 Lag harga riil gabah pembelian pemerintah Prob|F| = 0.04070 R 2 = 0.46600 Dw = 2.37654 Dh = - Harga riil gabah pembelian pemerintah dipengaruhi secara signifikan oleh peubah harga riil beras impor Indonesia, pendapatan riil nasional Indonesia dan nilai tukar tahun sebelumnya. Harga riil gabah pembelian pemerintah memiliki respon inelastis terhadap perubahan semua peubah penjelasnya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Fenomena ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada peubah harga riil beras impor Indonesia, pendapatan nasional riil dan juga nilai tukar, berdampak kecil terhadap perubahan harga riil gabah pembelian pemerintah. Hal ini diduga ada faktor eksternal lainnya seperti politik, yang menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan harga riil gabah pembelian pemerintah. Hasil studi ini sejalan dengan temuan Kusumaningrum 2008 yang menyatakan bahwa harga dasar pembelian pemerintah tidak responsif terhadap peubah harga beras dunia studi ini menggunakan harga riil beras impor sebagai transmisi harga beras dunia dan nilai tukar dalam jangka pendek dan jangka panjang. Jika dilihat sekilas, antara harga dasar pembelian pemerintah dalam studi Kusumaningrum 2008 dan harga gabah pembelian pemerintah 106 dalam studi ini memiliki kemiripan dan merupakan perubahan nama saja tanpa mengubah fungsi. Namun sebenarnya ada perbedaan yang sangat mendasar dari perubahan nama tersebut Simatupang, 2003, sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 3.

5.2.8 Harga Riil Gabah di Tingkat Petani

Hasil pendugaan pada persamaan harga riil gabah di tingkat petani di Jawa menghasilkan koefisien determinasi R 2 sebesar 60.022 persen, yang dapat diartikan bahwa peubah-peubah penjelas yang terdiri dari perubahan harga riil gabah pembelian pemerintah, perubahan marjin pemasaran beras, perubahan produksi padi, tren waktu, dan lag harga riil gabah tingkat petani mampu menjelaskan secara bersama-sama sekitar 60.022 persen keragaman variasi nilai peubah endogennya, dan sisanya sebesar 39.978 persen dijelaskan oleh peubah lain di luar persamaan. Semua arah dan besaran peubah-peubah penjelas pada persamaan sesuai dengan harapan Tabel 22. Tabel 22 Hasil pendugaan parameter harga riil gabah di tingkat petani di Jawa HGTTJR Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 710.856 - - 0.044 HPPGR – LHPPGR 0.141 0.001 0.003 0.086 Perubahan harga riil gabah pembelian pemerintah MPBJ – LMPBJ -0.146 -0.023 -0.054 0.009 Perubahan marjin pe- masaran beras di Jawa PPDJ – LPPDJ -3.000x10 -5 -0.006 -0.015 0.177 Perubahan produksi padi di Jawa T 10.947 0.068 0.163 0.042 Tren waktu LHGTTJR 0.583 - - 0.007 Lag harga riil gabah di tingkat petani di Jawa Prob|F| = 0.01530 R 2 = 0.60022 Dw = 1.40088 Dh = 3.80785 Harga riil gabah tingkat petani di Jawa secara signifikan dipengaruhi oleh peubah perubahan harga riil gabah pembelian pemerintah, perubahan marjin pemasaran beras, tren waktu dan harga riil gabah di tingkat petani di Jawa tahun sebelumnya. Harga riil gabah tingkat petani di Jawa memiliki respon inelastis