Teori Permintaan Kerangka Teoritis

35 konsep pengukuran surplus produsen producer’s surplus dan surplus konsumen consumer’s surplus. Menurut Just et al. 1982, surplus produsen didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah nilai uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah nilai minimum yang diinginkan produsen tersebut willingness to accept. Sementara itu, surplus konsumen adalah perbedaan antara jumlah maksimum yang ingin dibayar oleh konsumen dengan yang benar-benar akan dibayar terhadap jumlah tertentu dari suatu produk willingness to pay. Gambar 7 meng- ilustrasikan surplus produsen dan surplus konsumen. P Price Quantity Q B S D C A Consumer’s Surplus Producer’s Surplus Sumber: Just et al. 1982, dimodifikasi. Gambar 7 Surplus produsen dan surplus konsumen. Secara matematis, surplus produsen dan konsumen diukur dengan pengintegralan fungsi penawaran dan permintaan Chiang, 1984, sebagai berikut: ∫ = Pe Pm m dp P Q SP ..…………………………………………… 3.27 ……………………………………………… 3.28 ∫ = Pd Pe d dp P Q SK dimana: SP = Besar surplus produsen Rp 36 SK = Besar surplus konsumen Rp P e = Harga keseimbangan Rp P d = Harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga P m = Harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga

3.1.7 Dampak Konversi Lahan Sawah terhadap Perubahan Tingkat Kesejahteraan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, konversi lahan sawah akan menyebabkan penurunan penawaran padi beras domestik, sehingga mengakibat- kan pergeseran kurva penawaran ke kiri. Gambar 8 di bawah ini mengilustrasikan dampak konversi lahan sawah yang terjadi terhadap perubahan tingkat kesejahteraan yang ditunjukkan oleh perubahan daerah arsiran surplus produsen dan surplus konsumen pada saat sebelum dan setelah konversi lahan sawah. Sumber: Pyndick and Rubinfeld 2009, dimodifikasi. Gambar 8 Dampak konversi lahan sawah terhadap perubahan surplus produsen dan surplus konsumen. Seperti ditunjukkan oleh gambar di atas, daerah surplus produsen dan surplus konsumen masing-masing meliputi daerah ABP dan P BC pada saat sebelum konversi lahan sawah terjadi. Pergeseran kurva penawaran akibat 37 konversi lahan sawah menyebabkan daerah surplus produsen dan surplus konsumen mengalami perubahan. Surplus produsen dan surplus konsumen setelah konversi lahan masing-masing meliputi daerah FEP 1 dan P 1 EC Tabel 5. Gambar 8 menunjukkan bahwa konversi lahan sawah yang terjadi menyebabkan penurunan surplus produsen dan surplus konsumen sebagaimana berkurangnya daerah arsiran masing-masing surplus. Konversi lahan sawah yang ada tidak saja mengurangi surplus produsen yang diterima petani, namun juga mengurangi surplus konsumen akibat kenaikan harga padi beras tersebut. Tabel 5 Dampak konversi lahan sawah terhadap perubahan indikator kesejahteraan. Indikator Kesejahteraan Sebelum konversi Setelah konversi 1. Surplus produsen P BA P 1 EF 2. Surplus konsumen P BC P 1 EC Sumber: Pyndick and Rubinfeld 2009

3.1.8 Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian terhadap Perubahan Tingkat Kesejahteraan

3.1.8.1 Kebijakan Harga

Terdapat banyak kebijakan di sektor pertanian, seperti kebijakan: faktor produksi, harga, sarana dan prasarana, teknologi, perdagangan, fiskal, dan lain sebagainya. Kebijakan harga bertujuan untuk melindungi petani dari harga yang rendah dan memberi insentif bagi petani untuk terus melakukan usahataninya. Gambar 9 mengilustrasikan dampak kebijakan Harga Dasar Gabah terhadap surplus konsumen dan surplus produsen. Penjelasan gambar tersebut adalah sebagai berikut: keseimbangan pasar terletak pada titik B, dimana harga keseimbangan pada P dan jumlah permintaan pada Q. Ketika pemerintah menetapkan harga dasar sebesar P’, maka akan menyebabkan jumlah permintaan menurun menjadi Q d ’, sementara jumlah penawaran akan meningkat menjadi Q s ’, sehingga ada kelebihan produksi beras excess supply sebanyak Q s ’ – Q d ’. Kebijakan harga dasar ini dinilai efektif P’ P, jika pemerintah dapat menyerap kelebihan produksi surplus beras tersebut, sehingga besarnya pengeluaran pemerintah adalah sebesar Q d ’JKQ s ’. 38 Sumber: Hirshleifer et al. 2005, dimodifikasi. Gambar 9 Kurva harga dasar yang efektif. Sebelum kebijakan Harga Dasar Gabah HDG diterapkan, surplus produsen dan konsumen masing-masing meliputi daerah PBA dan PBC. Sementara itu, setelah pemerintah menerapkan kebijakan Harga Dasar Gabah HDG yang bias kepada petani produsen, maka surplus produsen meliputi daerah P’KA, sedangkan surplus konsumen meliputi daerah P’JC. Melalui instrumen kebijakan Harga Dasar Gabah HDG pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara menyerap semua kelebihan produksi surplus padi yang dihasilkan petani, dengan konsekuensi pemerintah mengeluarkan dana sebesar Q d ’JKQ s Tabel 6. Tabel 6 Dampak kebijakan Harga Dasar Gabah HDG terhadap perubahan indikator kesejahteraan. Indikator Kesejahteraan Sebelum HDG Setelah HDG 1. Surplus produsen PBA P’KA 2. Surplus konsumen PBC P’JC 3. Perub. pengeluaran pemerintah – Q d ’JKQ s Sumber: Hirshleifer et al. 2005