Kebijakan Harga Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Pertanian terhadap Perubahan Tingkat Kesejahteraan

42 Kebijakan kuota impor dinilai lebih efektif dalam membatasi impor karena mengurangi secara fisik jumlah impor, sehingga jumlah barang impor yang masuk pasar domestik berkurang dan harga domestik mengalami peningkatan sebesar P’ d . Peningkatan harga domestik ini direspon petani dengan mengingkat- kan produksinya, sehingga kurva penawaran bergeser ke kanan dari S ke S’ yang menyebabkan surplus produsen mengalami peningkatan sebesar a. Sementara itu, kenaikan harga domestik menyebabkan konsumen kehilangan surplusnya sebesar – a – b – c – d Tabel 8. Kebijakan kuota impor ini mengakibatkan redistribusi pendapatan dari konsumen ke produsen sebesar a dan pemerintah sebesar b. Kebijakan ini juga mengakibatkan terjadinya inefisiensi sebesar – c – d yang tidak dinikmati oleh semua pihak, atau disebut dengan dead weight loss DWL. Walaupun jumlah impor dibatasi, tetapi pemerintah tetap memperoleh penerimaan sebesar b + e melalui tarif yang dipungut dari pihak yang menerima lisensi impor. Tabel 8 Dampak kebijakan kuota impor terhadap perubahan indikator kesejahteraan. Indikator Kesejahteraan Importir A ROW 1. Surplus produsen a – 1 – 2 – 3 – 4 2. Surplus konsumen – a – b – c – d 1 3. Perubahan penerimaan pemerintah b + e – 4. Kesejahteraan nasional – c – d + e – 2 – 3 – 4 5. Kesejahteraan dunia – c – d – 2 – 4 Sumber: Tweeten 1992 Walaupun tarif dan kuota impor memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membatasi impor, namun diantara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan Tweeten, 1992, yaitu: 1 pemberlakuan kuota impor akan memperbesar permintaan yang diikuti dengan meningkatnya harga dan produksi domestik, sementara kenaikan permintaan dari tarif impor tidak akan mengubah harga maupun produksi domestik, tetapi meningkatkan konsumsi dan kuantitas impor; 2 adanya distribusi lisensi pada kuota impor; 3 jika menerapkan kuota, pemerintah pendapatan melalui tarif yang dipungut dari pihak yang menerima lisensi impor; dan 4 kuota impor membatasi dalam jumlah yang pasti, sementara tarif impor membatasi dalam jumlah yang tidak bisa dipastikan. 43

3.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini diilustrasikan seperti pada Gambar 12 berikut ini. Gambar 12 Kerangka konseptual model Ketersediaan dan Akses Pangan di Indonesia. 44 Hubungan antarvariabel yang digunakan dalam model di atas, dapat diilustrasikan melalui kerangka kerja operasional pada Gambar 13. Keterangan: = konversi lahan sawah = fokus penelitian = tidak menjadi fokus penelitian = mempengaruhi Gambar 13 Kerangka kerja operasional penelitian. Eksternal Faktor Produksi Luas Baku Penggunaan Persaingan SDL Sawah Pertanian Non-Sawah Non- Pertanian Industri Perumahan Infrastrktr Pariwisata Konsumsi Pangan Permintaan Pangan Fisik Ekonomi Distribusi Pangan b p b ε b p j ε b I ε Penawaran Pangan Stabilitas Intensitas Tanam Tangible Intangible Internal Produksi Pangan Produktivitas Padi Pertumbuhan Ekonomi Desentralisasi Otonomi Daerah Pertambahan Penduduk SDL Terbatas Perbedaan Land-Rent Kebutuhan Pemilik Ketersediaan Pangan Akses Pangan Subsistem Ketahanan Pangan Penyerapan Pangan