39
3.1.8.2 Kebijakan Impor
Kebijakan ekonomi sektor pertanian di bidang perdagangan diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, arah, serta bentuk perdagangan dan pembayaran internasional. Menurut Tweeten
1992, terdapat tiga macam restriksi dalam perdagangan internasional, yaitu: 1 Tarif, adalah pembebanan pajak terhadap barang-barang yang melewati batas
suatu negara; 2 Kuota, adalah pembatasan jumlah fisik terhadap barang yang masuk dan keluar suatu negara; dan 3 Subsidi, adalah pemberian insentif
terhadap barang-barang yang melewati suatu negara. Tarif dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: 1 Bea ekspor, adalah pajakbea yang dikenakan terhadap barang
yang diangkut menuju ke negara lain; 2 Bea transito, adalah pajakbea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui wilayah suatu negara dengan
ketentuan barang tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain; dan 3 Bea impor, adalah pajakbea yang dikenakan terhadap barang yang masuk dalam area
suatu negara dengan ketentuan negara tersebut sebagai negara akhir. Sedangkan berdasarkan jenisnya, tarif dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1 Tarif Ad-valorem,
adalah bea yang nilainya dinyatakan dalam persentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut; 2 Tarif spesifik, adalah bea yang nilainya dinyatakan
untuk tiap ukuran fisik dari barang unit; dan 3 Tarif Spesifik Ad-valorem atau campuran, adalah bea yang merupakan kombinasi antara spesifik dan ad-valorem.
Penerapan restriksi perdagangan, baik tarif maupun kuota impor, akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan pelaku ekonomi. Gambar 9 dan 10
akan mengilustrasikan dampak tarif dan kuota impor terhadap perubahan tingkat kesejahteraan, yaitu: surplus produsen, surplus konsumen, dan penerimaan
pemerintah, serta net surplus. Penerapan tarif dan kuota impor menyebabkan: kenaikan harga P
w
ke P’
w
+t; penurunan konsumsi domestik dari q
c
ke q’
c
; peningkatan produksi domestik dari q
p
ke q’
p
; redistribusi pendapatan dari konsumen kepada produsen; cost of protection; dan penurunan impor dari q
p
q
c
menjadi q’
p
q’
c
. Berikut dampak kebijakan tarif impor terhadap perubahan tingkat kesejahteraan masing-masing pelaku ekonomi Gambar 10.
40
P
w
P’
w
P’
w
+t S
D ED-t
ES
ED 1
Importer A ROW
Import Market of A
Quantity Quantity
Quantity Price
Price Price
Q’
c
Q
p
Q‘
p
Q
c
3 2
4
q
p
q‘
p
q
c
q’
c
q
p
q’
p
e a
c b
d S
D
Keterangan: ROW = Rest of World
Sumber: Tweeten 1992
Gambar 10 Dampak tarif impor terhadap perubahan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan gambar di atas, kebijakan tarif impor yang diberlakukan di
dalam negeri importir mengakibatkan peningkatan harga domestik dari P
w
menjadi P
w
+t. Hal ini menyebabkan konsumen mengalami kerugian yang ditunjukkan oleh hilangnya surplus konsumen sebesar – a – b – c – d. Kebijakan
tarif impor meningkatkan surplus produsen sebesar a dan pemerintah memperoleh penerimaan dari tarif impor sebesar c + e Tabel 7.
Tabel 7 Dampak kebijakan tarif impor terhadap perubahan indikator kesejahteraan.
Indikator Kesejahteraan Importir A
ROW
1. Surplus produsen
a – 1 – 2 – 3 – 4
2. Surplus konsumen
– a – b – c – d 1
3. Perubahan penerimaan pemerintah
c + e –
4. Kesejahteraan nasional
– b – d + e – 2 – 3 – 4
5. Kesejahteraan dunia
– b – d – 2 – 4
Sumber: Tweeten 1992
Kebijakan impor lainnya adalah kuota impor. Berdasarkan jenisnya, kuota impor dibedakan menjadi: 1 Absolute uniteral quota, adalah nilai kuota yang
41 besar-kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain;
2 Negotiatedbilateral quota, adalah nilai kuota yang besar-kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih; 3 Tariff-quota, adalah
gabungan antara tarif dan kuota; dan 4 Mixing quota, adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi
barang akhir. Pemberlakuan kuota impor akan menyebabkan barang yang diimpor akan berkurang di pasar dalam negeri suatu negara, sedangkan permintaan relatif
tetap Gambar 11. Pembatasan impor ini menyebabkan excess demand di pasar dunia “patah” dibatasi dari ED menjadi ED’, sehingga titik keseimbangan tidak
lagi berada di q
e
P
w
melainkan berada di q’
e
P’
w
. Hal ini menyebabkan harga di pasar domestik lebih tinggi daripada di pasar dunia sehingga akan menimbulkan
monopoly profit. Sementara itu, yang menikmati monopoly profits tersebut tergantung dari: a jika eksportir dan importer terpisah dan mereka saling
bersaing di pasar dan tidak ada sistem lisensi, maka harga impor akan sama dengan harga di pasar dunia; b jika importir memiliki lisensi impor, maka
seluruh keuntungan akan dinikmati oleh importir, begitu pula dengan eksportir; dan c jika pemerintah mengadakan lelang untuk lisensi impor, maka keuntungan
akan ada pada pemerintah dan pemegang lisensi impor Tweeten, 1992.
P
w
P’
d
P’
w
S D
ES
ED 1
Importer A ROW
Import Market of A
Quantity Quantity
Quantity Price
Price Price
Q’
c
Q
p
Q‘
p
Q
c
3 2 4
q
e
q‘
e
q
c
q’
c
q
p
q’
p
e a
c b
d S
D S’
x y
ED’
Sumber: Tweeten 1992
Gambar 11 Dampak kuota impor terhadap tingkat kesejahteraan.