92 baku lahan sawah yang kemudian berdampak terhadap penurunan luas areal panen
padi dengan asumsi intensitas pertanaman tetap. Hal ini karena luas areal panen padi dipengaruhi oleh luas baku sawah dan intensitas pertanamannya.
Sebagaimana luar Jawa, respon luas areal panen padi di Indonesia terhadap intensitas pertanaman padi bersifat inelastis dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, walaupun peubah ini berpengaruh secara nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Intensitas pertanaman IP maksimum di Indonesia adalah
3 kali dalam setahun dan ini dinilai sudah sangat tinggi, sehingga peningkatan IP padi secara teknis sulit dilakukan Sumarno, 2011. Ini pun hanya dapat
diaplikasikan di beberapa daerah tertentu, baik di Jawa maupun luar Jawa. Oleh karena itu, salah satu upaya optimalisasi intensitas pertanaman padi dalam
meningkatkan luas areal panen padi di Indonesia adalah dengan tidak mengkonversi lahan sawah irigasi itu sendiri, karena intensitas pertanaman sangat
tergantung pada ketersediaan air pada lahan sawah irigasi. Luas areal panen padi di Jawa, luar Jawa, dan tak terkecuali di Indonesia
secara keseluruhan juga dijelaskan oleh peubah luas areal panen tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif
lambat bagi petani dalam memutuskan untuk menambah atau mengurangi luas areal pertanaman padinya. Petani akan menyesuaikan kembali pada tingkat
keseimbangan sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi, baik perubahan teknologi, kelembagaan, maupun ekonomi.
5.2.3 Produktivitas Padi
Koefisien determinasi R
2
yang dihasilkan dari pendugaan parameter produktivitas padi di Jawa adalah sebesar 84.78 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa peubah penjelas yang terdiri dari rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Jawa, jumlah penggunaan pupuk TSP di Jawa,
curah hujan di Jawa, rasio luas irigasi di Jawa dan tren waktu secara bersama- sama mampu menjelaskan keragaman produktivitas padi di Jawa dengan baik,
yakni sebesar 84.78 persen, sedangkan sisanya sebesar 15.22 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Semua peubah penjelas mempunyai arah dan
besaran yang sesuai harapan Tabel 14.
93 Tabel 14 Hasil pendugaan parameter produktivitas padi di Jawa YPPJ
Peubah Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Keterangan Peubah
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Intercept 1.768 -
- 0.014
LHGTTJR LHUREJR
0.044 0.045
- 0.011
Rasio lag harga riil gabah di tkt petani dg
lag harga riil pupuk Urea di Jawa
JTSPJ 0.018 0.405
- 0.000
Jumlah penggunaan
pupuk TSP di Jawa CHJ 4.200x10
-5
0.013 -
0.273 Curah hujan di Jawa
LASIJ LLASIJ 0.496
0.098 -
0.193 Rasio luas irigasi di
Jawa T 0.040
- -
0.001 Tren
waktu Prob|F| = .00010
R
2
= 0.84780 Dw = 1.81188
Perilaku produktivitas padi di Jawa dipengaruhi secara nyata oleh peubah rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Jawa,
jumlah penggunaan pupuk TSP di Jawa, dan tren waktu. Sementara itu peubah curah hujan dan rasio luas areal irigasi di Jawa tidak berbeda nyata pada taraf
probabilitas 15 persen. Respon produktivitas padi di Jawa terhadap semua peubah penjelasnya bersifat inelastis dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan
bahwa saat ini produktivitas lahan sawah di Jawa telah mengalami pelandaian produksi leveling-off, sehingga untuk memperoleh tingkat produktivitas yang
sama dibutuhkan faktor produksi yang lebih banyak atau proporsi penambahan faktor produksi itu lebih kecil dibandingkan dengan proporsi penambahan
produksi padinya. Rata-rata produktivitas padi di Jawa dalam 21 tahun terakhir ini, yaitu sekitar 5.071 tonha dinilai sudah mendekati produktivitas maksimal
operasional dari seluruh areal tanam yang ada di Indonesia, yaitu 5.8 tonha Sumarno, 2011. Peningkatan produktivitas padi secara teknis masih dapat
dioptimalkan, namun demikian kenaikannya akan terus mengalami penurunan sebagaimana “law of diminishing return” dimana tingkat produksi akan optimum
pada kondisi hara tertentu. Fenomena ini diperkuat dengan respon produktivitas padi di Jawa terhadap penggunaan pupuk TSP yang bersifat inelastis dalam
jangka pendek, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka pendeknya sebesar 0.405. Hal ini diartikan bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan
94 pupuk TSP, ceteris paribus, hanya akan meningkatkan produktivitas padi di Jawa
sebesar 0.405 persen. Demikian pula respon produktivitas padi di Jawa terhadap peubah penjelas
lainnya yang juga inelastis dalam jangka pendek, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya. Peningkatan rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan
lag harga riil pupuk Urea tidak direspon cepat oleh petani di Jawa untuk meningkatkan produktivitas padinya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas
jangka pendeknya sebesar 0.045 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 persen rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan lag harga riil pupuk Urea,
ceteris paribus, akan meningkatkan produktivitas padi di Jawa sebesar 0.045 persen saja. Fenomena ini mengindikasikan bahwa kebijakan peningkatan harga
output dan input yang diimplementasikan pemerintah ternyata tidak lagi efisien dijadikan sebagai insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas padinya,
sehingga diperlukan kombinasi kebijakan dalam mengatasi permasalahan ini. Curah hujan dan rasio luas areal irigasi juga mempengaruhi produktivitas
padi di Jawa, walaupun tidak signifikan pada taraf probabilitas 15 persen. Respon produktivitas padi di Jawa inelastis terhadap curah hujan 0.013 dan rasio luas
areal irigasi 0.098 pada jangka pendek. Secara kuantitas dan kualitas, luas areal irigasi di Jawa relatif lebih baik daripada di luar Jawa. Sesuai fungsinya, areal
irigasi berfungsi sebagai penampung air hujan dan pengatur debit air untuk mengairi sawah-sawah di sekitar irigasi tersebut. Namun demikian, laju konversi
lahan sawah irigasi di Jawa yang tinggi menyebabkan berkurangnya areal penampung air hujan, sehingga curah hujan yang tinggi tidak lagi tertampung
bahkan langsung menggenangi lahan sawah. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan radiasi matahari rendah dan kelembaban tinggi, sehingga berakibat
pada meningkatnya penyakit tanaman yang dapat mengurangi produktivitas padi. Tingginya konversi areal irigasi di Jawa juga mengakibatkan fungsi sistem
pengairan sawah di Jawa mengalami penurunan, sehingga berdampak terhadap penurunan produktivitas padi di Jawa. Oleh karena itu, konversi lahan sawah
merupakan konsen utama yang harus segera dikendalikan agar dampak negatifnya terutama terhadap ketersediaan dan akses pangan dapat ditekan. Jika dilihat dari
tren, ceteris paribus, produktivitas padi di Jawa masih mengalami peningkatan
95 walaupun dengan nilai yang sangat kecil yaitu sebesar 0.014 ton per hektar setiap
tahunnya. Namun demikian, tingkat kesuburan tanah alami yang relatif lebih baik dan ditunjang pula oleh adopsi teknologi budidaya yang lebih maju, menyebabkan
terjadinya kesenjangan produktivitas yang tinggi antara di Jawa dan luar Jawa, dimana produktivitas padi di Jawa pada tahun 2010 adalah sebesar 5.58 tonha,
sedangkan di luar Jawa baru sebesar 4.207 tonha BPS, 2011. Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas padi di luar Jawa
menghasilkan koefisien determinasi R
2
sebesar 97.529 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa keragaman nilai peubah endogen sekitar 97.529 persen mampu
secara bersama-sama dijelaskan oleh peubah-peubah penjelasnya rasio harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di luar Jawa, rasio jumlah
penggunaan pupuk TSP di luar Jawa, curah hujan di luar Jawa, luas areal irigasi di luar Jawa, dan lag produktivitas padi di luar Jawa, sedangkan sisanya sebesar
2.471 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Semua arah dan besaran sesuai harapan, kecuali besaran lag produktivitas padi di luar Jawa yang lebih
besar dari 1, sekalipun kelebihannya sangat kecil yaitu 0.029. Namun demikian, besaran lag yang lebih besar dari 1 mengakibatkan perubahan arah elastisitas
jangka panjang. Tetapi karena nilai elastisitas adalah mutlak, maka perubahan arah ini tidak akan mempengaruhi arti elastisitas dari masing-masing peubah
penjelasnya. Produktivitas padi di luar Jawa hanya dipengaruhi secara nyata oleh
peubah produktivitas padi tahun sebelumnya Tabel 15. Hal ini memperkuat pendapat yang ada bahwa produktivitas padi telah mengalami pelandaian produksi
leveling-off. Sebagaimana halnya produktivitas di Jawa, respon produktivitas padi di luar Jawa respon terhadap semua peubah penjelasnya dalam jangka
pendek bersifat inelastis, kecuali peubah lag produktivitas padi di luar Jawa. Sementara itu, respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap peubah rasio harga
riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di luar Jawa, rasio jumlah penggunaan pupuk TSP di luar Jawa, curah hujan di luar Jawa bersifat
inelastis dalam jangka panjang, kecuali luas irigasi dan lag produktivitas padi di luar Jawa. Produktivitas padi di luar Jawa masih rendah dibandingkan di Jawa,
96 sehingga masih berpeluang ditingkatkan sesuai potensi hasilnya, salah satunya
dengan penggunaan pupuk yang tepat.
Tabel 15 Hasil pendugaan parameter produktivitas padi di luar Jawa YPPLJ
Peubah Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Keterangan Peubah
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Intercept -0.417 -
- 0.185
HGTTLJR HURELJR
0.003 0.003
-0.116 0.362
Rasio harga riil gabah di tkt petani dg harga
riil pupuk Urea di luar Jawa
JTSPLJ LJTSPLJ 0.091
0.025 -0.866 0.155 Rasio jumlah peng-
gunaan pupuk TSP di luar Jawa
CHLJ 2.100x10
-5
0.011 -0.379 0.240
Curah hujan di luar Jawa
LASILJ 9.817x10
-8
0.061 -2.087 0.189 Luas irigasi di luar
Jawa LYPPLJ 1.029
- -
0.000 Lag produktivitas padi
di luar Jawa Prob|F| = .00010
R
2
= 0.97529 Dw = 2.38848 Dh = -0.93257
Penggunaan pupuk TSP spesifik lokasi yang sesuai dengan rekomendasi nasional berdasar hasil uji tanah dan dikombinasikan dengan penggunaan pupuk
organik akan memberikan efisiensi yang lebih tinggi terhadap peningkatan produktivitas padi, terutama di luar Jawa, dalam jangka panjang. Sebagaimana
ditunjukkan oleh hasil pendugaan parameter produktivitas padi di luar Jawa bahwa respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap rasio jumlah penggunaan
pupuk TSP dalam jangka panjang lebih tinggi daripada dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk TSP yang ada masih dapat
ditingkatkan sesuai dosis yang direkomendasikan. Penggunaan pupuk yang spesifik lokasi ini tidak saja efisien dalam meningkatkan produktivitas padi, tetapi
juga dapat menekan biaya produksi, sehingga pendapatan petani pun meningkat. Respon produktivitas padi di luar Jawa terhadap luas irigasi di luar Jawa
adalah inelastis dalam jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya jangka pendek dan jangka
panjang masing-masing sebesar 0.061 dan 2.087. Kontribusi fungsi irigasi di luar Jawa terhadap peningkatan produktivitas padi dalam jangka pendek lebih kecil
97 dibandingkan dalam jangka panjang. Fenomena ini mengindikasikan bahwa
produktivitas padi di luar Jawa masih dapat ditingkatkan melalui peningkatan luas areal irigasi dan mengoptimalisasikan fungsi irigasi tersebut. Konversi lahan
sawah yang terjadi, terutama lahan sawah irigasi, akan berakibat pada penurunan produktivitas padi di luar Jawa, sehingga upaya untuk menekan laju konversi ini
harus segera dilakukan. Produktivitas padi di luar Jawa juga responsif terhadap peubah lag-nya peubah bedakala pada jangka pendek dan jangka panjang, yang
mengindikasikan adanya tenggang waktu yang lambat bagi produktivitas padi di luar Jawa dalam merespon perubahan yang terjadi, baik perubahan perekonomian,
teknologi maupun kelembagaan, atau dengan kata lain, produktivitas padi di luar Jawa relatif tidak stabil.
Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas padi di Indonesia menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga riil
gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Indonesia, jumlah penggunaan pupuk Urea di Indonesia, curah hujan di Indonesia, luas irigasi di
Indonesia, dan lag produktivitas padi di Indonesia secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman peubah endogennya dengan baik 97.74 persen, sedang-
kan 2.26 persen dijelaskan oleh peubah lain di luar persamaan. Arah dan besaran semua peubah penjelas sesuai harapan.
Produktivitas padi Indonesia tidak elastis terhadap perubahan peubah- peubah penjelasnya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dapat
dilihat dari nilai elastisitas yang kurang dari 1 Tabel 16. Produktivitas padi Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh rasio harga riil gabah tingkat petani
dengan harga riil pupuk Urea, jumlah penggunaan pupuk Urea, curah hujan, dan lag produktivitas Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan
Kusumaningrum 2008 yang menyebutkan respon produktivitas padi tidak elastis terhadap harga gabah dan penggunaan pupuk Urea. Hal ini hampir sama dengan
temuan Sitepu 2002, dimana respon produktivitas padi terhadap rasio harga gabah dan pupuk, serta penggunaan pupuk Urea bersifat inelastis dengan
pengaruh yang tidak nyata. Hal yang membedakan keduanya adalah penelitian Kusumaningrum 2008 menggunakan peubah harga gabah, sedangkan penelitian