Koefisien determinasi Impact of Wetland Conversion in Java and Outside Java on National Food Availability and Accessibility

73 dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai statistika U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0 maka pendugaan sempurna, dan jika U=1 maka pendugaan model naif. Keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya R 2 . Semakin besar nilai R 2 tersebut berarti semakin besar proporsi variasi perubahan peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam peubah penjelas, sehingga model semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa validasi pendugaan model semakin baik jika nilai RMSPE dan U-Theil’s semakin kecil, sedangkan nilai R 2 semakin besar. Adakalanya nilai RMSPE dan U-Theil’s tidak searah Sitepu Sinaga, 2006, maka nilai yang menjadi acuan adalah nilai RSMPE karena RSMPE dapat mengukur eror yang disebabkan sumber data yang berbeda.

4.2.4 Simulasi Model

Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Simulasi adalah suatu metode untuk mengetahui arah sign dan besaran magnitude perubahan dari satu atau beberapa peubah endogen decision variables dengan melakukan perubahan satu atau beberapa peubah eksogen atau koefisien di dalam model Sitepu Sinaga, 2007. Simulasi model dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model, mengevaluasi kebijakan- kebijakan pada masa lampau, membuat peramalan pada masa yang akan datang Pyndick Rubinfeld, 1998. Simulasi diperlukan untuk mengetahui dampak perubahan peubah-peubah eksogen terhadap peubah-peubah endogen dalam model. Simulasi menggunakan solusi dari nilai-nilai lag variabel simulasi dinamik untuk melihat pengaruh antarwaktu Sitepu Sinaga, 2006. Skenario simulasi kebijakan yang dilakukan meliputi: 1 Konversi lahan sawah di Jawa tetap existing dan kebijakan tanpa impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak konversi lahan sawah yang ada saat ini terhadap kemandirian pangan nasional. 74 2 Konversi lahan sawah di Jawa meningkat 1 persen dan kebijakan dengan impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sawah sebesar 1 persen terhadap ketersediaan dan akses pangan nasional. Angka 1 persen merupakan laju konversi lahan sawah yang berdasarkan penelitian tahun 1992 – 2002 sudah mencapai 0,77 persen per tahun Irawan, 2005. 3 Konversi lahan sawah di Jawa meningkat 1 persen dan kebijakan tanpa impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sebesar 1 persen sawah terhadap kemandirian pangan nasional. 4 Konversi lahan sawah di Jawa meningkat 18 persen dan kebijakan dengan impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sawah sebesar 18 persen terhadap ketersediaan dan akses pangan nasional. Angka 18 persen merupakan laju konversi lahan sawah di Jawa yang menyebabkan ketersediaan dan akses pangan per kapita telah mengalami penurunan, dalam kondisi bertumpu pada impor. 5 Konversi lahan sawah di Jawa meningkat 18 persen dan kebijakan tanpa impor Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sawah sebesar 18 persen terhadap kemandirian pangan nasional. 6 Konversi lahan sawah di luar Jawa tetap existing dan kebijakan tanpa impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak konversi lahan sawah yang ada saat ini terhadap kemandirian pangan nasional. 7 Konversi lahan sawah di luar Jawa meningkat 1 persen dan kebijakan dengan impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sawah sebesar 1 persen terhadap ketersediaan dan akses pangan nasional. 8 Konversi lahan sawah di luar Jawa meningkat 1 persen dan kebijakan tanpa impor. Alternatif ini dilakukan untuk melihat dampak peningkatan konversi lahan sebesar 1 persen sawah terhadap kemandirian pangan nasional.