Jumlah Beras Susut Indonesia Ketersediaan Beras Indonesia

63 konversi lahan sawah dengan indikator produksi padi terhadap akses pangan, yang diperlihatkan dari semakin meningkatnya harga riil beras. Peningkatan harga riil beras eceran mencerminkan inflasi bahan makanan, yang berakibat terhadap penurunan akses pangan. Perilaku harga beras eceran di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan harga gabah tingkat petani di Indonesia, perubahan produksi beras Indonesia, jumlah beras impor, perubahan cadangan beras, perubahan konversi lahan sawah di Indonesia, dan tren waktu. Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut: Indonesia HBEIR t = q + q 1 HGTTIR t – HGTTIR t-1 + q 2 PBRI t – PBRI t-1 + q 3 JMBI t-1 + q 4 PCADBI t + q 5 KLSI t – KLSI t-1 + q 6 T t + q 7 HBEIR t-1 + U 17 ..…………………………………………… 4.37 dimana: HBEIR t-1 = Lag harga beras eceran Indonesia Rpkg, dideflasi dengan Indeks Harga Pedagang Besar Indonesia tahun dasar 2005=100 U 17 = Peubah pengganggu Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah: q 1 , q 5 , q 6 0; q 2 , q 3 , q 4 0, dan 0 q 7 1.

4.1.3.6 Inflasi Bahan Makanan

Inflasi bahan makanan menggambarkan tingkat perubahan harga beras dari waktu ke waktu. Data pengeluaran konsumsi per kapita menyebutkan bahwa sekitar 51 persen pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah untuk konsumsi pangan. Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya inflasi harga beras akan berdampak terhadap penurunan aksesdaya beli konsumen terhadap beras. Inflasi bahan makanan dipengaruhi oleh harga riil beras eceran di Indonesia, perubahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar, excess demand beras, laju inflasi umum dan tren waktu. Indonesia IBM t = r + r 1 HBEIR t + r 2 ERIR t - ERIR t-1 + r 3 QDBI t – QSBI t + r 4 LIU t + r 5 T t + U 18 ……………………………………………… 4.38 64 dimana: IBM t = Inflasi bahan makanan LIU t = Laju inflasi umum U 18 = Peubah pengganggu Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah: r 1 , r 2 , r 3 , r 4 , r 5 0.

4.1.3.7 Akses Pangan per Kapita

Akses pangan per kapita diproksi dari pendapatan riil penduduk Indonesia per kapita. Hal ini dikarenakan pendapatan riil penduduk Indonesia per kapita mencerminkan akses daya beli individu terhadap pangan. Akses pangan per kapita ini dipengaruhi oleh inflasi bahan makanan, konversi lahan sawah di Indonesia, perubahan ketersediaan infrastruktur jalan di Indonesia diproksi dari panjang jalan nasional, dan lag akses pangan per kapita. Secara matematis, persamaan akses pangan per kapita dapat dituliskan sebagai berikut: Indonesia PPPKIR t = s + s 1 IBM t + s 2 KLSI t + s 3 PJLNI t – PJLNI t-1 + s 4 PPPKIR t-1 + U 19 ……………………………………………. 4.39 dimana: PJLNI t = Ketersediaan infrastruktur jalan di Indonesia km PJLNI t-1 = Lag ketersediaan infrastruktur jalan di Indonesia km PPPKIR t-1 = Lag pendapatan penduduk per kapita Rpjiwa U 19 = Peubah pengganggu Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah: s 3 0; s 1 , s 2 0; dan 0 s 4 1.

4.1.3.8 Penerimaan Pemerintah dan Devisa Negara

Persamaan penerimaan pemerintah merupakan persamaan identitas, berupa perkalian antara tarif impor dengan jumlah beras impor Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah selaku salah satu pelaku ekonomi beras memperoleh penerimaan dari tarif impor beras. Persamaan penerimaan pemerintah dituliskan sebagai berikut: