Konversi Lahan Sawah Keragaan Hasil Pendugaan Ketersediaan dan Akses Pangan di Indonesia

88 ini ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya yang bertanda negatif, dimana setiap peningkatan 1 persen harga riil pupuk Urea di Jawa, ceteris paribus, akan menurunkan luas areal panen padi di Jawa sebesar 0.024 persen pada jangka pendek dan 0.026 persen pada jangka panjang Tabel 11. Konversi lahan sawah irigasi di Jawa tentunya akan berdampak terhadap pengurangan luas areal panen dan produksi beras di Indonesia, karena sekitar 60 persen produksi beras nasional dihasilkan dari Jawa BPS, 1990 – 2011. Tabel 11 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di Jawa LAPJ Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -309 785.000 - - 0.363 HGTTJR HBEJR 21 693.230 0.008 0.008 0.191 Rasio harga riil gabah di tkt petani dg harga riil beras eceran di Jawa LHJTPJR -70.459 -0.019 -0.021 0.221 Lag harga riil jagung di tkt produsen di Jawa LHUREJR -224.238 -0.024 -0.026 0.020 Lag harga riil pupuk Urea di Jawa KLSJ -2.006 -0.015 -0.016 0.000 Konversi lahan sawah di Jawa IPJ 3 358 886.000 1.021 1.116 0.000 Intensitas pertanaman di Jawa LLAPJ 0.085 - - 0.219 Lag luas areal panen padi di Jawa Prob|F| = .00010 R 2 = 0.95749 Dw = 1.34678 Dh = 1.65955 Hasil pendugaan model persamaan luas areal panen padi di luar Jawa menghasilkan koefisien determinasi R 2 sebesar 90.61 persen, yang berarti peubah penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya sebesar 90.61 persen, sedangkan sisanya sebesar 9.39 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan tersebut. Arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan. Respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap seluruh peubah penjelasnya rasio harga riil gabah di tingkat petani di luar Jawa terhadap harga riil gabah di tingkat petani Indonesia, lag harga riil jagung di tingkat produsen di luar Jawa, harga riil pupuk Urea di luar Jawa, lag konversi lahan sawah di luar 89 Jawa, intensitas pertanaman di luar Jawa, dan lag luas areal panen padi di luar Jawa bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas jangka pendeknya yang berkisar antara 0.007 – 0.454 dan nilai elastisitas jangka panjang antara 0.014 – 0.947 Tabel 12. Tabel 12 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di luar Jawa LAPLJ Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 179 787.800 - - 0.418 HGTTLJR HGTTIR 527 040.200 0.092 0.191 0.035 Rasio harga riil gabah di tkt petani di luar Ja- wa dg hrg riil gabah di tkt petani di Indonesia LHJTPLJR -293.320 -0.078 -0.162 0.272 Lag hrg riil jagung di tkt produsen di luar Jawa HURELJR -41.537 -0.005 -0.010 0.387 Harga riil pupuk Urea di luar Jawa LKLSLJ -0.620 -0.007 -0.014 0.043 Lag konversi lahan sawah di luar Jawa IPLJ 2 182 419.000 0.454 0.947 0.007 Intensitas pertanaman di luar Jawa LLAPLJ 0.521 - - 0.012 Lag luas areal panen padi di luar Jawa Prob|F| = .00010 R 2 = 0.90610 Dw = 2.51132 Dh = -2.88745 Faktor harga output dan input belum mampu menjadi pertimbangan bagi petani di luar Jawa untuk memperluas areal panen padinya. Peubah rasio harga riil gabah di tingkat petani di luar Jawa terhadap harga riil gabah di tingkat petani Indonesia berpengaruh secara nyata, sedangkan peubah harga lainnya dalam persamaan ini adalah lag harga riil gabah di tingkat petani dan harga riil pupuk Urea berpengaruh tidak nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Namun demikian, respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap ketiga peubah harga ini bersifat inelastis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor harga bukanlah faktor utama yang mendorong petani untuk meningkatkan luas areal panen padi di luar Jawa. Fenomena ini diduga karena terdapat faktor eksternal yang lebih penting, seperti teknologi dan kelembagaan, yang mempengaruhi petani dalam meningkatkan luas areal panen padi. 90 Adanya konversi lahan sawah yang terjadi pada tahun sebelumnya akan mengurangi luas baku sawah dan kemudian berakibat terhadap pengurangan areal panen padi di luar Jawa. Konversi lahan sawah yang bersifat kumulatif menyebabkan penurunan produksi padi tahun sebelumnya akan mengakumulasi produksi padi pada tahun berikutnya. Berbeda dengan fenomena di Jawa, respon luas areal panen padi di luar Jawa terhadap intensitas pertanaman padi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa intensitas pertanaman di luar Jawa tidak sebaik di Jawa, baik dilihat dari sisi kualitas dan kuantitas luas areal irigasi maupun dari sisi kesuburan tanahnya. Sementara itu, hasil pendugaan pada persamaan luas areal panen padi di Indonesia menghasilkan koefisien determinasi R 2 sebesar 89.66 persen, yang berarti peubah penjelas yang terdiri dari rasio harga riil gabah di tingkat petani di Indonesia, harga riil jagung di tingkat produsen di Indonesia, harga riil pupuk Urea di Indonesia, lag konversi lahan sawah di Indonesia, intensitas pertanaman di Indonesia, dan lag luas areal panen padi di Indonesia sebesar 89.66 persen mampu secara bersama-sama menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya, sedangkan sisanya sebesar 10.34 persen dijelaskan peubah di luar persamaan. Semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan. Sebagaimana di luar Jawa, respon luas areal panen padi di Indonesia terhadap semua peubah penjelasnya rasio harga riil gabah di tingkat petani, lag harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil pupuk Urea, lag konversi lahan sawah di Indonesia, intensitas pertanaman, dan lag luas areal panen padi di Indonesia bersifat inelastis pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang, luas areal panen padi di Indonesia responsif terhadap faktor eksternal lain di luar persamaan, seperti teknologi dan kelembagaan. Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa jagung merupakan tanaman pesaing bagi tanaman padi, yang ditunjukkan oleh elastisitas silangnya yang bertanda negatif. Kondisi yang sama juga terjadi pada luas areal panen padi di luar Jawa dan Indonesia. Selain kenaikan harga riil jagung di tingkat produsen, kenaikan harga riil pupuk Urea dan lag konversi lahan sawah juga menurunkan 91 luas areal panen padi di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan oleh parameter dugaan yang bertanda negatif. Respon luas areal panen padi bersifat inelastis terhadap perubahan ketiga peubah penjelas ini pada jangka pendek dan jangka panjang. Peningkatan harga riil jagung di tingkat produsen dan harga riil pupuk Urea mengakibatkan petani mengurangi luas pertanaman padinya yang kemudian dapat mengurangi luas areal panen padi di Indonesia, walaupun dengan nilai pengurangan yang kecil. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas peubah harga riil pupuk Urea di Indonesia pada jangka pendek sebesar -0.067 Tabel 13, yang berarti setiap terjadi kenaikan harga riil pupuk Urea sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan menurunkan luas areal panen padi di Indonesia sebesar 0.067 persen. Tabel 13 Hasil pendugaan parameter luas areal panen padi di Indonesia LAPI Peubah Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Keterangan Peubah Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept 2 886 463.000 - - 0.018 HGTTIR HGTTIR 128 519.000 0.012 0.017 0.278 Rasio harga riil gabah di tkt petani di Indonesia HJTPIR -258.459 -0.033 -0.049 0.276 Harga riil jagung di tkt produsen di Indonesia HUREIR -523.550 -0.067 -0.101 0.014 Harga riil pupuk Urea di Indonesia LKLSI -0.031 0.000 0.000 0.466 Lag konversi lahan sawah di Indonesia IPI 4 123 558.000 0.509 0.765 0.000 Intensitas pertanaman di Indonesia LLAPI 0.335 - - 0.030 Lag luas areal panen padi di Indonesia Prob|F| = .00010 R 2 = 0.89660 Dw = 2.09002 Dh = -0.29219 Berdasarkan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga riil gabah di tingkat petani dan harga riil pupuk Urea yang diimplementasikan pemerintah dinilai belum mampu menjadi insentif yang efektif bagi petani untuk meningkatkan luas areal pertanaman padi di Indonesia, tanpa didukung adanya kebijakan eksternal lain di luar persamaan, seperti teknologi dan kelembagaan. Maraknya konversi lahan sawah yang terjadi di Indonesia akan mengurangi luas 92 baku lahan sawah yang kemudian berdampak terhadap penurunan luas areal panen padi dengan asumsi intensitas pertanaman tetap. Hal ini karena luas areal panen padi dipengaruhi oleh luas baku sawah dan intensitas pertanamannya. Sebagaimana luar Jawa, respon luas areal panen padi di Indonesia terhadap intensitas pertanaman padi bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang, walaupun peubah ini berpengaruh secara nyata pada taraf probabilitas 15 persen. Intensitas pertanaman IP maksimum di Indonesia adalah 3 kali dalam setahun dan ini dinilai sudah sangat tinggi, sehingga peningkatan IP padi secara teknis sulit dilakukan Sumarno, 2011. Ini pun hanya dapat diaplikasikan di beberapa daerah tertentu, baik di Jawa maupun luar Jawa. Oleh karena itu, salah satu upaya optimalisasi intensitas pertanaman padi dalam meningkatkan luas areal panen padi di Indonesia adalah dengan tidak mengkonversi lahan sawah irigasi itu sendiri, karena intensitas pertanaman sangat tergantung pada ketersediaan air pada lahan sawah irigasi. Luas areal panen padi di Jawa, luar Jawa, dan tak terkecuali di Indonesia secara keseluruhan juga dijelaskan oleh peubah luas areal panen tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi petani dalam memutuskan untuk menambah atau mengurangi luas areal pertanaman padinya. Petani akan menyesuaikan kembali pada tingkat keseimbangan sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi, baik perubahan teknologi, kelembagaan, maupun ekonomi.

5.2.3 Produktivitas Padi

Koefisien determinasi R 2 yang dihasilkan dari pendugaan parameter produktivitas padi di Jawa adalah sebesar 84.78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peubah penjelas yang terdiri dari rasio lag harga riil gabah di tingkat petani dengan harga riil pupuk Urea di Jawa, jumlah penggunaan pupuk TSP di Jawa, curah hujan di Jawa, rasio luas irigasi di Jawa dan tren waktu secara bersama- sama mampu menjelaskan keragaman produktivitas padi di Jawa dengan baik, yakni sebesar 84.78 persen, sedangkan sisanya sebesar 15.22 persen dijelaskan oleh peubah di luar persamaan. Semua peubah penjelas mempunyai arah dan besaran yang sesuai harapan Tabel 14.